Maura Hasni Nauli Siregar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Misteri Di Kebun Pisang Kakek (6)

Misteri Di Kebun Pisang Kakek (6)

Seperti yang di katakan kakek dan nenek, aku dan kedua kakak beradik itu berkemah di kebun kakek. Semua perlengkapan sudah di siapkan oleh nenek.

Aku, Windy, dan nenek mempersiapkan tenda, karpet, cemilan dan minuman serta bantal dan gulingnya. Sementara kakek dan Andi sudah mencari kayu. Nah, kayu itu sudah di bakar oleh kakek dan Andi, membuat suasana lebih hangat dan terang.

"Terima kasih kakek, nenek,"

"Sama-sama. Kami pulang dulu."

Kakek dan nenek langsung pulang setelah membantu kami untuk persiapan kemah. Setelah punggung kakek dan kakek tidak lagi terlihat, aku menatap Andi dan Windy, memberi kode lagi. Mereka berdua mengganguk.

Kebun pisangnya yang berantakkan. Kami tidak akan tahu jika tidak mencaritahu sendiri.

Kami mulai memasuki kebun pisang dengan langkah mengendap-endap. Aku dan Andi sama-sama mengarahkan senter ke berbagai arah untuk melihat-lihat.

“Tia, Andi lihat ini, deh!” ucap Windy sambil melihat tanah dengan kaca pembesar. Senterku menghadapkan ke tanah, menangkap jelas kulit pisang. Lalu, di depannya ada jejak kaki mungkin seperti ukuran kaki Andi.

“Jejak kaki siapa ini?” tanyaku heran. Aku segera mengangkat kamera yang ku kalungkan di leherku. Aku memotret jejak kaki itu dan kulit pisang itu.

“Enak sekali. Untung aku bisa makan, walau hanya buah pisang. Tapi, ini cukup!” terdengar sebuah suara tak jauh dari sini.

“Ayo cepat! Cepat!” ujarku sepelan mungkin.

Kami berlari ke sumber suara. Ku harap dia tidak pergi saat kami datang. Aku akan menangkapnya! Seenaknya dia mencuri pisang kakekku, tanpa ijin lagi!

Aku, Andi, dan Windy sampai di salah satu belakang pohon pisang yang agak jauh dari tempat jejak kaki tadi. Dari sini, aku bisa melihat seorang anak laki-laki yang duduk dengan baju dan celana lusuh, tanpa alas kaki sedang memakan pisang milik kakekku dengan terburu-buru. Kami bertiga bertatapan. Lalu, tanpa aba-aba, aku langsung menghampirinya. Tentu saja Andi dan Windy mengikutiku dari belakang.

“Tertangkap!” Seru ku mengejutkan anak laki-laki itu. Ketika ia tersadar, anak laki-laki itu hendak kabur, namun, lengannya di tahan oleh Andi, sehingga ia tidak bisa berlari.

***

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post