Maura Hasni Nauli Siregar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Misteri Di Kebun Pisang Kakek (2)

Misteri Di Kebun Pisang Kakek (2)

"Tiara," aku dapat mendengar suara bunda yang berusaha membangunkan ku.

"Emmm ..." Erang ku.

Aku pun duduk di tepi kasur sambil mengucek-ngucek mata. Akhirnya bengong sebentar, baru setelah itu menatap bunda. Bunda tersenyum melihat ku yang baru bangun.

"Kata bi Inah, kamu bosan, ya? Mau ke rumah Kakek?" tanya bunda sembari mengelus rambut ku yang berantakan.

"Iya, Bun. Teman-teman semua pada liburan, masa aku di rumah aja? Aku juga pingin liburan, Bun." Adu ku pada bunda. Berharap bunda memperbolehkan liburan di desa Kakek.

"Kamu mau liburan di desa Kakek?" tanya bunda. Aku mengangguk antusias.

"Ya sudah, besok bunda antar kamu ke rumah Kakek. Tapi, bunda dan ayah harus pulang sorenya, nggak papa, kan?" tanya Bunda hati-hati agar aku tak kecewa. Sekali lagi aku mengganguk.

Bunda keluar dari kamar ku. Aku langsung mandi dan salat Ashar. Setelah itu, aku membuka lemari ku, mengambil tas kecil, dan memasukan beberapa barang yang akan ku bawa besok ke desa Kakek.

***

Pagi harinya.

Aku sudah bangun dan mandi. Sekarang ini, aku sudah di ruang tengah bersama bunda sambil menunggu ayah. Aku sudah tidak sabar untuk ke desa kakek.

"Ayah ...!" Panggil ku karena ayah lama sekali.

"Iya, Ra. Sebentar." Ucap ayah keluar membawa kunci mobil.

Kemudian, aku, ayah, dan bunda keluar rumah, dan masuk kedalam mobil. Kata bunda, perjalanan ke rumah kakek hanya butuh waktu 2 jam. Ah, betapa tidak sabarnya aku.

***

Sekarang ini, kami sudah memasuki desa kakek. Mobil berhenti di depan halaman rumah kakek yang masih terlihat asri sama seperti sebelumnya. Aku buru-buru turun dan menghambur memeluk kakek yang sudah menunggu kami sedari tadi.

“Kakek ...” panggilku.

“Assalamualaikum, Pak.” Salam bunda dan ayah sambil mencium punggung tangan kakek.

“Tiara, nggak sopan, salim dulu sama kakek!” tegur bunda sambil membantu ayah membawakan koper ku.

“Hehehe ...” Tawaku. “Assalamualaikum kakek sayang ..., maaf, Tiara nggak sopan sama Kakek,” ucapku mencium punggung tangan kakek.

“Waalaikum Salam, cucu kakek yang cantik. Apa kabar kalian semua?” kakek mengelus rambutku dan mengiring kami masuk ke dalam rumahnya.

“Alhamdulilah.”

Aku, kakek dan ayah duduk di ruang tamu. Sedangkan bunda menuju dapur menghampiri nenek untuk menyiapkan makanan kecil dan teh.

“Hai Tiara sayang, sudah besar,” sapa nenek menaruh cemilan di meja. Aku buru-buru berdiri dan mencium tangan nenek.

“Iya, Nek. Tiara sekarang kelas enam SD.” Jawabku sambil tersenyum.

“Bu, Pak, Tiara bilang bosan di rumah kalau di rumah. Makannya, dia minta ke sini. Yana titip Tiara di sini, ya? Nanti sore kami pulang.” Kata bunda sambil ikut duduk di sofa.

“Iya, Ibu sama Bapak senang Tiara bisa tinggal di sini.” Jawab kakek. “Tia, kakek pastikan Tia nggak bosan deh, kalau tinggal di sini. Desa kakek rame, lho!” aku mengganguk karena asyik menikmati cemilan.

Tiba-tiba aku mengantuk. Aku menguap sebentar. Lalu, beranjak dari dudukku. “Tia masih mengantuk, Tia mau tidur dulu, ya.” Ucapku sambil berjalan meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarku di rumah kakek. Memang aku tidak sopan, tapi, aku masih sangat mengantuk.

***

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagussss, semangat yaaaa

16 Mar
Balas

Makasii. Kamu juga semangat yaaa

16 Mar

Masamaaa

16 Mar



search

New Post