Maritza Edgina Rizky

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hubungan terlarang

Hubungan terlarang

Pergaulan bebas, sepertinya kata itu sudah dapat kulihat dmana saja sekarang. Kadang kurenungkan dalam tidurku “kenapa hal ini bisa menjadi hal yang normal”, yang terus berdengung dan mengulang dengan sendirinya terus menerus. Bergandeng tangan, berpelukan, bahkan melakukan hal yang tak senonoh di tempat terbuka bagaikan sebuah hal yang tidak mengejutkan lagi di zaman ini. Saking parahnya, bahkan banyak dari mereka yang hamil diluar nikah. Dunia seperti sudah menormalisasi “pergaulan bebas ini”, miris sekali.

Tak perlu menyaksikan dalam televisi, hal ini bisa dilihat secara langsung. Bahkan aku sering menyaksikannya dengan mataa kepalaku sendiri. Mungkin orang orang berpikir bahwa pergaulan bebas itu adalah bersetubuh dengan orang yang belum menikah, padahal sebenarnya berpacaran saja sudah disebut pergaulan bebas.

Kudengarkan cerita temanku tentang kekasihnya, tentang bagaimana bahagianya dia dengan kekasihnya itu. Dan esoknya kudengarkan kesedihannya gara gara kekasihnya yang selingkuh tanpa alasan yang jelas. Hatiku berkata bahwa aku harus menasehati temanku ini, bahwaa lebih baik sendiri dari pada melakukan hal yang sudah dilarang oleh islam. Namun setiap kali ku beritahu kata “memang kamu tahu apa soal perasaanku?!” masuk kedalam indra pendengaranku. Akhirnya kututup rapat mulut ini.

Tak disekolah, di jalan pun jadi. Kadang kudengar orang tua yang mengatakan “diamana pacarnya?” pada anaknya. Ku piker kan sejenak, mungkin saja ajaran agama kami berbeda, jadi aku tak peduli dan melanjutkan langkahku. Namun semua hal tadi membuatku ragu akan diriku sendiri. Apa aku akan selamanya seperti ini? Apa aku tak akan tergoda dengan hal yang disebut “berpacaran”?. Aku mulai meragukan diriku sendiri, pertanyaan ini muncul dikepalaku tak kalah sering dari kejadian dan berita tentang “pergaulan bebas”.

Aku takut, takut akan kenyataan bahwa aku akan menentang argumen ku sendiri tentang pergaulan bebas. Setelah ku mantap kan tekad ku, terdengar kata yang tidak aku suka mnyeruak kedalam telingaku. “oi! Liat tuh pacarmu” katanya, apa mereka masih belum sadar? Kadang ingin sekali aku mengungkapkan itu pada mereka, tapi apa gunanya? Sekalinya mereka yakin akan sesuatu akan sangat susah menasehatinya, daripada aku membuang buang waktuku aku lebih memilih untuk melanjutkan hariku.

Tak jarang materi tentang pergaulan bebas di bawa dan di ajarkan di kelas. Dan dengan serempak mereka menjawab “hal itu salah!”. Ku pikir mereka telah sadar, namamu sepertinya itu hanya image yang mereka jaga di hadapan guru. Begitu guru itu keluar, mulailah percakapan “itu” kembali. Dari sebelah kanan dan kiri kudengar mereka yang sedang memamerkan kekasih mereka. Dari belakang dan depan ku dengar mereka yang sedang dibuat sedih oleh kekasih mereka.

Kuharap sedikit demi sedikit ku berharap bahwa mereka akan sadar. Temanku, dan seluruh masyarakat yang menormalisasi pergaulan bebas mulai sadar. Sebelum semuanya hancur dan rusak. Lagi pula, memangnya kita tahu kapan kita akan kembali? Dan apa salahnya menghindari hal yang memang sudah dilarang? Tak ada yang mudah, mengurangi perbuatan ini sedikit demi sedikit, tak ada yang tak mungkin di dunia ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post