Kay

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenapa Takut Bermimpi?

Kenapa Takut Bermimpi?

Saya lahir di sebuah dusun. Saya anak ke sepuluh dari sepuluh bersaudara. Mungkin saya yang lebih beruntung dari pada kakak-kakak saya. Rata-rata, anak di desa ini hanya lulus sampai bangku SMP. Selanjutnya, ya hanya menjadi petani, buruh, atau mungkin pengangguran. Bagi saya, itu mungkin juga terjadi pada diri saya. Namun, saya bertekad akan melanjutkan sekolah lebih dari bangku SMP yang bagi warga desa ini sudah sangat tinggi. Namun bagi saya tidak. Saya ingin sekolah setinggi-tingginya. Sangat tinggi. Dan akhirnya, itu terwujud. Saya dapat program master di luar negeri (Jepang). Saya pernah diejek teman-teman karena celana Sd saya bolong. Dan juga pernah diusir dari kos-kosan karena tidak segera membayar uang. Namun, itu semua adalah rintangan pertama bagi saya untuk menuju tantangan berikutnya.

Saat SD tidak ada uang jajan dari orang tua, untuk bisa jajan saya harus menjual es mambo yang saya ambil dari tetangga. Saat duduk di sekolah dasar, cara berpikir saya masih seperti kebanyakan orang kampung, "sekolah tinggi hanya untuk orang kaya". Saya dan keluarga tidak mampu. Saya hanya menggunakan seragam bekas kakak yang bagian celananya sudah bolong dibelakang, lagi pula, seragam itu kebesaran. Dan karena itu saya diejek. Tidak ada tas sekolah. Saya pergi kesekolah dengan hanya membawa satu atau dua tiga buku yang disimpan didalam baju. Tidak ada sepatu, hanya sandal jepit yang mengantarkan kesekolah. Untuk ikat pinggang, saya menggunakan tali dari pohon pisang atau dari tali rapia. Tak ada aturan untuk memakai seragam sekolah, yang penting niatnya mau belajar.

Setelah lulus SD. Saya berniat untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Walau saya tau, keadaan ekonomi pun tak menentu. Namun, karena di SMP wajib memakai seragam sekolah. Saya putuskan untuk berhenti sekolah. Saya pun berjualan cilok keliling. Setelah terkumpul banyak, saya bertekad akan membeli seragam SMP dan sepatunya. Banyak yang meremehkan saya kala itu.

Setahun kemudian, saya berhasil masuk ke SMP pada tahun 2005. Saya sangat bersemangat, meski sering jalan sejauh +3 km dari rumah ke sekolah. Dan setelah pulang sekolah saya harus berjualan cilok lagi untuk memenuhi kebutuhan sekolah serta keluarga. Singkat cerita, tahun 2008 saya lulus SMP. Dengan dorongan guru-guru, tekad untuk melanjutkan ke jenjang SMA semakin besar. Harapan itu terbuka ketika SMA 1 Narmada menerima saya dengan SKTM, sehingga saya dibebaskan dari biaya SPP dan uang bangunan. Jarak dari rumah saya ke sekolah sekitar 15 km dan kendaraan umum sangat jarang melintasi kampung saya. Tapi Tuhan punya jalan-Nya, saya selalu dipertemukan dengan orang-orang baik. Saya dapat menumpang rumah orang, yaitu rumah bapak Munajad di Desa Selat. Jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar 1,5 km. Saya mengucapkan terimakasih dengan membantu anaknya mengaji.

Dibangku SMA saya ditempatkan dikelas unggulan, kebanyakan teman sekelas adalh orang kaya dan mengikuti les privat. Ketika tes IQ, hasil tes IQ saya paling rendah di kelas. Akhirnya, setelah lulus, lalu mencari kuliah, sempat merantau ke Jawa, ngekos yang akhirnya malah diusir. Saya diterima di Brawijaya beasiswa BIDIK MISI. Akhirnya setelah beberapa kali mengikuti ini, mengikuti itu. Dan tahun 2016 saya lolos beasiswa LPDP untuk melanjutkan program master (S2) di Jepang dan hingga saat ini saya masih menempuh S2 di University Of Tsukuba Jepang.

Sekali lagi saya katakan "jangan takut untuk bermimpi, mimpi bukanlah tentang uang, tapi tentang keyakinan dan harapan. Ketika harapan itu masih ada, yakinlah, mimpi itu akan menjadi nyata, bermimpilah untuk menjadi orang besar dan dekatlah dengan Zat Yang Maha Besar, maka kamu akan didekatkan dengan orang-orang yang akan mengantarkanmu untuk menjadi orang yang besar"

Kawan, bandingkan kehidupan kalian yang serba terpenuhi. Bandingkan dengan pengalaman cerita singkat diatas. Masihkah kalian mau melena-lenakan kesempatan emas itu?

-diambil dari pengalaman seorang mahasiswa (yg saia lupa namanya siapa) -

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren kak! itu pengalaman kk?

02 Dec
Balas

Tulisan cerpen bukan kolom

02 Dec

Bukan lah. Aku ambil dari google. Pengalamannya Kak Eki siapa itu loh...

02 Dec

ooo hehe kirain pengalaman kk

02 Dec

:) Lagi pula aku masih kelas 6 SD

02 Dec



search

New Post