Kay

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bahagia? Sederhana! [3]

Bahagia? Sederhana! [3]

*Lanjutan*

Lelah sudah bibirku berkomat-kamit mengingatkan tentang peraturan dan pesan sepanjang rel kereta api kepada keluargaku. Mereka mengagguk dengan meyakinkan, namun, aku sendiri tak yakin bila mereka benar-benar yakin.

"Ayo berangkat!" ajakku.

Kami berjalan keluar kampung. Kami mencegat sebuah angkot kuning yang m asih sepi oleh penumpang. Lagi-lagi -lagi Abah menunjukkan sikapnya yang banyak tanya itu. Sepanjang perjalanan, abah terus berbicara kepada supir angkot. Pembicaraan yang berguna untuk mengusir kebosanan di tengah mobil roda empat yang terus berjalan.

Akhirnya kami sampai. Aula sekolah telah dihias rapi oleh panitia dan para relawan. Panggungnya berdiri semakin megah, spanduk dengan susunan tulisan besar terpasang erat. Terdapat juga balon-balon disampingnya yang terapung di udara. Di depannya, kursi-kursi plastik legendaris dari masa ke masa telah di susun rapi. Berderet ke belakang bagai ular naga panjangnya bukan kepalang. Ifah berlarian senang. Anak TK itu berteriak-teriak mengelilingi aula yang cukup luas. Seluruh mata yang tadinya sibuk dengan gadged beralih memandangnya. Mereka tersenyum.

"Ifah!" tegurku menahan tingkah kekanak-kanakan Ifah.

Justru seluruh mata di aula menjadi menatapku tak suka. Sepertinya suaraku terdengar keras bagi mereka. Kejadian itu membuat keluargaku tak banyak polah. Mereka duduk manis di kursi paling depan. Sebenarnya sudah kupaksa untuk duduk di belakang, tetapi mereka tidak setuju denganku.

"Kapan kamu maju Lel?" tanya abah penasaran.

"Nanti Laeli maju diiringi Khalisya. Judul lagunya Thousand Miles," terangku pelan.

"Tongseng mail? Mail di Upin Ipin? Mbak Laeli mau masak di panggung sambil teriak-teriak dua seringgit, ya? Di sana kan nggak ada kompor, kalau kebakaran gimana?" ucap Ifah lugu.

Suaranya yang cempreng membahana terdengar sampai kursi belakang. Cekikikan pelan dari puluhan orang mencapai daun telingaku. Hampir semua orang memperhatikan percakapan keluargakau.

"Ih, bukan itu Ifah! Itu bahasa Inggris, makanya kamu belajar!" sergahku.

"Itu bahasa alien! Kita ini harusnya bangga berbahasa Indonesia," ucap Mbak Laras yang memulai kalimat pertamanya di hari ini.

"Iya. Kamu nyanyi dangdut aja, Lel!" saran abah.

"Apapun yang kamu nyayikan, emak pasti dengerin!" ucap emak bijak.

"SETOP!" teriakku geram.

Keluargaku benar-benar jadi pusat perhatian sebelum acara perpisahan dimulai. Bahkan beberapa anak keci;l dan teman-temanku mendekat ke kursi di belakangku. Mereka menguping, lalu tertawa. Dan siklus itu akan selalu terulang.

"Laeli nggak usah emosian kali! Keluargamu bener-bener kocak! Aku aja pingin" papar Siska, si ketua OSIS yang tiba-tiba menepuk bahuku dari belakang. Semuanya tetawa. Bunyi menyenagkan itu memenuhi penjuru aula, berhimpitan dengan molekul oksigen dan membuatnya semakin rapat.

Terpaksa, aku harus menyetujui ide tak bersahabat itu. Namun, entah kenapa aku merasa bahagia.

-------------------------

Aku mencoba untuk tersenyum. Aku menyadari, sikap yang selama ini kulakukan memang salah. Seharusnya aku menyayangi mereka apa adanya. Tanpa menuntut apapun lagi, karena itulah kesederhanaan mereka. Mereka yang bertingkah lucu dan lugu tanpa malu, tetapi selalu menimbulkan kebahagiaan bagi orang-orang disekitar mereka.

Aku menyayangi mereka, para pemberi kasih, walau tak pernayh diungkapkan lewat benda dan kata. Dan aku baru menyadarinya sekarang,

"Terima kasih karena sudah bersikap apa adanya, Abah, Emak, Ifah, dan Mbak Laras tersayang. Jangan berubah dan terus bersamaku, maka aku akan menjadi gadis terbahagia di muka bumi ini."

~TAMAT~

Makasih buat kalian yg udh support aku. Suka sama ceritaku yg ini. Thank you :)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereenn kak

07 Feb
Balas

makasiiih :)

07 Feb

masamaa, impian anak belitong nya dilajutin dong kak

08 Feb

ok

08 Feb

Keren....sampai aku GK bisa ngucapin sesuatu,membaca ini kata katanya begitu enak dibaca

07 Feb
Balas

aaaa. makasihhhh

07 Feb

keren dan lucu bangett kak^_^

07 Feb
Balas

Tengyu :)

08 Jun

Nggak tahu mau ngomong apa, menarik >_<

07 Feb
Balas

:=) tengyu

08 Jun

Wkwkwk. Baru bls sekarang :')

08 Jun

mengharuuu kannn bangett kakk...ayo kak bkin cerita lagii

08 Feb
Balas

siip

08 Feb



search

New Post