Kayla Raditya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Butuh pelarian?

Bab 2 – Butuh pelarian?

“Sha, bawa topi berapa?” Tiba-tiba saja Siska menepuk bahuku dari belakang.

“Dua, kalau mau yang satu di tas,” Jawabku cuek sembari merapikan rambut yang tertutup oleh topi sekolah.

Aku berjalan keluar dari kelas, dan langsung berlari menuju ke lapangan. Cuaca hari ini tak begitu panas, sinar matahari yang biasanya bersinar cerah, kali ini hanya menampakkan setengahnya saja.

Aku mengambil barisan tengah, dan mulai mengikuti upacara pagi ini dengan tenang. Dan dilanjutkan dengan pembelajaran pagi ini yang sedikit menguras otak.

*****

Kini aku berada di kantin sekolah, setelah bergulat dengan rumus-rumus fisika yang diajarkan pada pelajaran pertama tadi, aku memilih untuk pergi ke kantin dan mengisi ulang energi. Kukibaskan tanganku untuk mengurangi rasa gerah pagi ini. Namun, tiba-tiba seseorang memberikanku sebuah kipas elektrik.

“Jadi orang harus solutip, Asha.”

Aku menengok ke arah orang tersebut, Kania ternyata. Segera ku ambil kipas elektrik yang diberikannya, dan langsung ku hadapkan tepat di depan muka.

“Thanks, Kan,” Ujarku dan dibalas anggukan olehnya.

“Ga pesen makan, Sha?” Tanya Kania saat tak melihat satupun makanan di depanku.

“Udah dipesenin Siska, kamu ga makan juga, Kan?” Tanyaku balik.

“Tadi udah dibawain bekal sama bunda, Sha,” Jawabnya.

Aku mengangguk kecil. Namun, tiba-tiba terlintas pertanyaan dalam pikiranku, Kapan terakhir aku makan masakan ibu? Udah lama ga makan. Kangen rasanya.

“Sha, apa ada yang lagi kamu pikirin?” Tanya Kania saat melihatku terus melamun. Seketika lamunanku terpecah, dan langsung saja ku menengok ke arah Kania.

“Biasa, Kan. Cuma kangen masakan ibu,” Jawabku dengan penuh harapan.

“Ibu kamu.. belum ada perubahan ya, Sha?” Tanyanya dengan penuh hati-hati dan berakhir dengan jawabanku berupa anggukan kecil.

“Kayanya kamu butuh pelarian sekaligus hiburan deh. Tapi tenang aja, aku punya solusinya!” Ujarnya.

“Apa, Kan?” Tanyaku penasaran. Sudah lama aku menginginkan semua ini. Kembali bersenang-senang.

“Masuk dan bermain di dunia virtual,” bisiknya tepat di telingaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

♥︎ sukakkk

29 Mar
Balas

Terima kasih Caesaa! Karya kamu juga bagus bagus, aku sukaa❤️❤️

29 Mar

Makasihhh

29 Mar

virtual apa??

29 Mar
Balas

Haii, Qilaa! Virtual itu bentuk komunikasi langsung tanpa bertemu secara nyata. Jadi kalau kamu masuk ke dunia virtual, kamu bakalan berkomunikasi, bermain, dan bahkan bisa belajar dengan orang-orang tanpa bertemu secara nyata. Jadi ibaratnya kaya kita, kita komunikasi tanpa bertemu, hehehe

29 Mar

Kak, bagus ceritanya.

29 Mar
Balas

O.iya kaak. Kakak follback ak ya! :)

29 Mar

O.iya kaak. Kakak follback ak ya! :)

29 Mar

Terima kasihh! Cerita kamu juga bagus!

29 Mar

Makasih kak. ^^

30 Mar



search

New Post