Merencanakan Masa Depan (Bab 6)
Hari ini kami belajar bahasa Indonesia, hari ini memasuki bab baru dan bab terakhir. Yaitu bab 6 yang berjudul merencanakan masa depan, di bab 6 ini kami diajak untuk mikirin masa depan kami sendiri. Gimana caranya ngerancang cita-cita, nyusun rencana, terus belajar bagaimana cara pendapat dengan baik. Kami juga bakal latihan nemuin inti dari bacaan atau lagu, terus nyusun pikiran jadi lebih jelas lewat peta pikiran dan infografik. Intinya, bab ini mengajak kami untuk lebih siap sama masa depan lewat diskusi dan latihan bareng-bareng.
Oleh karena itu, sejak awal bab kami diajak untuk mulai memikirkan rencana setelah lulus SMP. Kalau aku sendiri, setelah lulus SMP aku ingin melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 39. Setelah lulus SMA, aku berencana untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada, karena menurutku itu adalah salah satu kampus impianku. Namun, jika rencana tersebut belum bisa tercapai, aku sudah menyiapkan alternatif yaitu melanjutkan kuliah di Universitas Diponegoro.
Tokoh di teks 1 ini awalnya senang sekali karena nilainya tinggi dan sudah punya rencana buat masuk SMA favorit bersama temannya. Tetapi semua berubah saat amak-nya ngomong—ternyata dari dulu amak ingin dia jadi pemimpin agama, bukan masuk SMA biasa. Di situ dia (Tokoh) dilema, karena impiannya sendiri harus bentrok sama harapan orang tua. rasanya kayak mimpi yang sudah lama disusun tiba-tiba runtuh.
Dalam teks 2 ini, tokohnya punya dua minat utama, yaitu bulu tangkis dan menulis. Ia mulai menyusun rencana yang terarah untuk mengembangkan keduanya, sesuai saran dari buku-buku pengembangan diri. Ia juga belajar tentang pentingnya memiliki rencana A dan rencana B, agar tetap punya jalan lain jika rencana utama tidak berhasil.
Cita-cita itu muncul karena pengaruh sahabatnya, Lintang, yang membuka matanya terhadap kemungkinan masa depan yang lebih luas. Dari yang awalnya hanya terpaku pada pekerjaan tetap di kampung, tokoh ini jadi berani bermimpi lebih besar. Teks ini menunjukkan bahwa dengan usaha dan arah yang jelas, siapa pun bisa punya harapan untuk masa depan, meskipun berasal dari lingkungan yang terbatas.
Selanjutnya saya akan membahas Teks 1 dan Teks 2, Teks 1 dan Teks 2 sama-sama membahas tentang cita-cita dan rencana masa depan. Tokoh dalam Teks 1 ingin masuk SMA umum, lalu melanjutkan kuliah ke UI atau ITB, bahkan bermimpi ke Jerman seperti Pak Habibie. Sayangnya, keinginannya itu ditolak oleh Amak yang ingin ia tetap di jalur pendidikan agama dan masuk madrasah aliyah. Keinginan Amak bukan karena masalah biaya, melainkan karena harapannya agar anaknya menjadi pemimpin agama seperti Buya Hamka.
Tokoh "aku" di Teks 1 sebenarnya sudah punya rencana A, yaitu melanjutkan ke SMA dan kuliah di universitas impian, tetapi rencananya runtuh karena pilihan orang tuanya berbeda. Sementara di Teks 2, tokohnya sadar punya dua minat besar—bulu tangkis dan menulis—dan mulai menyusun rencana A dan B secara serius. Ia terinspirasi oleh Lintang, temannya, yang bikin dia percaya bahwa anak kampung pun bisa bermimpi tinggi. Lintang jadi alasan dia berani punya cita-cita jadi atlet bulu tangkis dan penulis.
Di akhir teks, muncul tokoh Mahar yang bilang bahwa masa depan itu milik Tuhan. Meskipun benar, menurutku kita tetap perlu usaha dan menyusun rencana yang matang, karena Tuhan pun suka sama hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Kalau aku ada di posisi Alif, aku bakal bicara baik-baik dengan orang tuaku, menjelaskan mimpiku, dan meyakinkan mereka kalau jalan yang kupilih juga punya tujuan yang baik.
Untuk saat ini, aku udah punya rencana A: masuk SMA 39 dan kuliah di Universitas Gadjah Mada. Kalau nggak tercapai, rencana B-ku adalah kuliah di Universitas Diponegoro. Hambatan pasti ada, seperti persaingan, nilai, atau biaya, tapi aku bakal tetap belajar, berusaha keras, dan minta doa dari orang tua. Yang akan bantu aku sampai ke sana adalah niat, semangat, kerja keras, Doa dan dukungan dari keluarga dan teman-teman.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, dan keren