Jihan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jangan Lupa Untuk Bersyukur

Minggu adalah hari libur yang ditunggu oleh para kaum rebahan yang malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin sekedar beristirahat dan ada pula yang berencana untuk berlibur sambil menyegarkan pikiran. Bagas memilih opsi yang pertama. Ia memilih bersantai tidur - tiduran di rumah, dan parahnya lagi Bagas selalu merasa kurang dengan hari - hari liburnya.

"Bagas, bangun. Sudah siang, nanti kamu terlambat masuk sekolah", ucap Ibunya.

"Bagas masih capek, bu. Bagas bolos sehari, ya" kata Bagas memelas pada ibunya.

"Jangan begitu, biaya sekolahmu mahal. Jangan pernah menyepelekan hal itu." Tegur ibu Bagas.

"Ah, sehari saja bu. Bagas masih mau tidur lagi" 

Melihat kelakuan Bagas, ibunya menjadi geram, sehingga ia menyuruh Bagas masuk ke mobil untuk pergi ke sebuah panti asuhan. Ibunya ingin menunjukkan anak - anak yang memiliki kekurangan dan tidak mampu pada Bagas. Lalu mereka pun tiba di tempat yang dimaksud.

"Nah, coba sekarang kamu lihat baik - baik. Anak - anak itu, mereka ingin sekolah seperti kamu, namun tidak ada orang tuanya yang membiayainya untuk menuntut ilmu sedikitpun" Jelas ibu Bagas yang masih ada di dalam mobil.

"Anak yang di sebelah kanan, Ibu kenal dia. Dia kehilangan orang tuanya sejak kecil. Tidak ada anggota keluarganya yang bisa merawatnya, sehingga ia terpaksa tinggal di panti asuhan ini" 

"Bersyukurlah, nak. Kamu masih bisa menempuh pendidikan yang layak dan mempunyai kedua orang tua yang mendukungmu selalu. Sementara kamu sekolah hanya sekedar untuk belajar saja, kamu tidak mau mengembangkan bakat bermain bulu tangkismu karena alasan sibuk. Masih kurang fasilitas apa, Bagas?"

Dari kejadian itu pun Bagas sadar, lalu ia langsung meminta ibunya untuk pulang. Sampai di rumahnya, ia langsung mandi dan berseragam sekenanya, lalu ia langsung berlari menuju sekolahnya sambil menggendong tasnya, walaupun Bagas tahu bahwa bel sekolahnya telah berdentang. Dalam perjalanannya menuju sekolah, Bagas melihat seorang anak berseragam sekolah yang sama dengannya. Ternyata anak itu pincang, sehingga ia kesulitan berjalan hingga telat datang ke sekolah.

Bagas pun tanpa pikir panjang langsung menghampiri anak tersebut dan menuntunya sampai ke dalam sekolah. Bahkan sampai ke kelas anak tersebut. Setelah saling mengucapkan terima kasih, Bagas pergi berjalan ke koridor menuju kelasnya. Dalam hati ia berkata, " Seharusnya aku bersyukur masih memiliki orang tua dan kondisi fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu, tetapi aku selalu mengabaikannya.."

 

TAMAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post