Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
9# Pertemanan atau Perasaan?

9# Pertemanan atau Perasaan?

~

“Sel!”

“ASTAGA NAGA BIN NAGA YANG PUNYA ANAK BUAH NAGA, YA TUHAN! ISH, APAAN SIH, RA?!” respon Sely dengan kesal, menanggapi panggilan Rara yang terkesan lebih untuk mengagetkannya. Tentu saja, siapa yang tidak kesal ketika dikagetkan seperti itu? Jantung rasanya mau copot, ‘kan?

“SHHHUUUUTTTTTT!!!!!!” ucap seluruh penghuni perpustakaan, memperingatkan aturan yang berlaku di setiap perpustakaan.

Sely mengangguk sembari menampakkan senyum kikuknya. Bermaksud meminta maaf dan kembali menatap Rara dengan tajam. “Apaan sih, Ra?” tanyanya dengan suara lirih.

Gadis yang ditanya malah menggaruk tengkuknya, seolah tidak merasa bersalah sama sekali. “Gue ada cerita menarik,” ucap Rara dan duduk di samping sahabat perempuannya itu.

“Apa lagi? Bu Siti kaget dengan penampilan lo yang baru ini?” tebak Sely.

Rara menggeleng. “Gue nggak ketemu bu Siti. Idih, ketika gue berpenampilan rapi kek gini orangnya nggak ada. Tiap gue berpenampilan seenak hati gue, rasanya bu Siti selalu muncul di seluruh penjuru dunia!”

“Terus, cerita menarik lo apa?” tanya Sely.

Lagi-lagi, Rara menyunggingkan senyumnya. Seolah, perasaan bahagianya ingin cepat-cepat ia luapkan pada siapapun yang berpapasan dengannya.

“Alvan suka sama gue,” ucap Rara.

Sely mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian, menghela napas kecilnya. “Oh,” responnya.

“Oh?!” tanya Rara balik dengan nada tidak terimanya. Oh ayolah, bukannya itu berita menarik? Setelah mereka hanya berteman selama kurang lebih delapan tahun.

“Terus gue harus gimana?” tanya Sely, kini menghadapkan posisi tubuhnya menghadap Rara.

“Maksud gue, lo nggak ngerespon apa, gitu?” tanya Rara kembali.

“Ngerespon gimana? Kan lo udah bilang kalo Alvan suka sama lo.”

Rara tidak habis pikir. Selain Sely seperti bagian dari kutub magnet dari diri Rara, tidak bisakah dia merespon hal yang menarik seperti ini dengan perasaan bahagia juga?

“Ya, lo bisa ngerespon dengan perasaan kaget, mungkin,” ucap Rara dengan berharap.

Helaan napas Sely terdengar. “Kenapa kaget? Sejak awal, Alvan juga suka sama lo, ‘kan?”

A.. apa? Batin Rara dengan tidak percayanya.

“Ra, mustahil kalo lo sama Alvan yang udah berteman.. berapa lama?”

“Delapan tahun.”

“Ya itu. Mustahil lo sama Alvan yang udah berteman selama delapan tahun tidak saling menyukai. Persahabatan lawan jenis tanpa rasa itu hanya mitos. Bukankah sosok yang menyukai di hubungan kalian itu, sejak awal adalah Alvan?”

Rara membulatkan matanya. Menatap Sely secara tajam. Seolah, kembali bernostalgia hanya karena ucapan Sely.

“Emang Alvan duluan, ta-”

“Dan lo percaya, selama delapan tahun ia memadamkan perasaannya ke lo?”

Rara menggeleng. Ucapan Sely benar walau ia harus memotong ucapan Rara, mana mungkin Alvan yang selama ini menjadi teman lamanya tidak memadamkan perasaannya.

“Inget, Ra. Cewek itu bukan mengejar, tapi dikejar,” ucap Sely.

“Lantas, apakah gue membiarkan dia untuk diam dan tidak mengejar?” tanya Rara, membalikkan ucapan Sely.

“Nggak gitu ju-”

“Gue capek, Sel.. gua menunggu untuk dikejar, nyatanya? Dia tidak bergerak untuk mengejar,” jawab Rara. Mengingat, selama delapan tahun Raralah yang menyimpan perasaannya sendiri.

“Selama delapan tahun, dia bukan ngejar lo, Ra.. tapi dia ngegantung perasaan lo.”

DEG! Apa? Ngegantung?

“Kalo dia emang berniat buat suka sama lo, mana mungkin dia membiarkan lo bertahan sendirian dengan perasaan lo selama delapan tahun!” ucap Sely.

“Mungkin, dia bimbang,” bantah Rara.

“Buat apa?”

“Eh?”

“Buat apa dia bimbang dengan perasaannya? Kalo dia suka, dia ngungkapin perasaannya juga di saat dua tahun yang lalu. Saat lo ngungkapin perasaan lo juga! Dan pada akhirnya? Dia hanya menjadikanmu teman tanpa menjadikanmu status hubungan yang pasti. Kemudian, seolah dialah yang berhak untuk menjadikanmu satu-satunya,” ucap Sely memperjelas.

Rara menghela napasnya. “Kok lo jadi gini, sih?”

“Apa?”

“Gue ngerasa, lo nggak ngedukung hubungan gue dengan Alvan.”

“Emang iya,” jawab Sely dengan polosnya.

Rara menatap sosok itu dengan perasaan kacaunya.

Sejak kapan Sely nggak ngedukung hubungan gue dengan Alvan? Bukankah selama ini dia terlihat baik-baik saja ketika gue bercerita tentang Alvan? Ada apa? Kenapa? Atau, Sely menyukai Alvan?! Astaga! Gue jadi mikir aneh-aneh. Mana mungkin juga, Sely yang menyukai kehidupan bebas ingin punya hubungan dengan sosok laki-laki, tapi kenapa? Ada apa, ‘sih? Batin Rara dengan bimbangnya, penuh pertanyaan dalam benaknya.

“Kenapa?” tanya Rara.

Sely menghirup napasnya kemudian menghembuskan secara perlahan. “Gue khawatir, Ra,” balasnya.

Rara terdiam sejenak. Menatap sosok Sely dengan perasaan bimbang. Apa yang ia khawatirkan? Pikir Rara.

“Gue khawatir sejak awal dengan perasaan Alvan ke lo. Dia nggak ngasih kepastian yang pasti buat lo dan terkesan menggantungkan perasaan lo doang. Ra, ada Jie. Gue tahu, Jie ada rasa sama lo dan lo juga tahu itu. Jie mengharapkan lo, lo nggak mau ngasih kesempatan ke dia satu kali? Satu kali, Ra.. dan itu akan mengubah hidup lo yang penuh dengan ketidak pastian Alvan selama ini.”

“Tapi, gue nggak ada rasa dengan Jie!” bantah Rara.

Suasana di perpustakaan itu terasa mulai menegangkan bagi mereka berdua.

“Lo nggak mau coba buka perasaan ke dia?” tanya Sely sekali lagi, memastikan gadis di depannya itu tidak terlalu larut dengan perasaannya sendiri.

“Entahlah, gue udah punya Alvan,” jawab Rara dengan nada sendunya.

“Emang bener ya, kita nggak bisa menasehati orang buta dengan perasaannya,” respon Sely, mendapati gadis yang kini dihadapannya sedang mengharapkan hal yang tidak pasti.

“Gue nggak buta dengan perasaan gue, Sel,” bantah Rara.

Sely menghela napas kecilnya. “Lantas, mau sampai kapan lo diperbudak dengan perasaan lo sendiri? Gue khawatir, Ra!”

“Percuma, gue juga nggak bisa meyakinkan orang tuli dengan rasa khawatirnya.”

Kini, keduanya terdiam. Masing-masing beradu dengan pikirannya. Mereka saling bimbang.

“Hei! Gue nyariin kalian ke mana-mana, ternyata di sini!”

Keduanya saling menoleh, menatap dalam Jie yang datang dengan senyumnya. Seolah, telah menemukan sosok yang dicarinya.

Sely merasa iba, mengerti bahwa Jie yang kini tersakiti. Sedangkan Rara yang merasa kesal, kenapa Jie harus mempunyai perasaan dengannya.

“Gue udah nyari buku yang cocok, gue duluan aja,” ucap Sely, memilih menghindari hubungan mereka.

“Da.. sampai jumpa, Sel,” ucap Jie sembari melambaikan tangannya ramah.

Rara masih terdiam. Menatap sosok sahabatnya yang mungkin merasa kecewa dengannya. Apa yang harus ia lakukan ke depannya? Bersama sosok Alvan atau memilih pertemanan mereka yang sangat dekat?

Alvan.. Rara bimbang.. Batin Rara.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

"Al, Rara ke mana?"-Author.

(Alvan hanya mengangkat bahunya, pertanda tidak tahu sembari fokus bermain ponsel)

(Author menghela napas. Percuma juga menanyakan hal itu seperti Alvan)

(Dan Rara, masih belum diketahui ke mana)

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lannjoottt

09 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr

Lanjut kak! Keren banget ceritanya!

10 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

10 Apr

Sama-sama.

10 Apr

Kereen kak, lanjut yaa. Semangat

09 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr

jujur aku,,,,,,,,, emm..

09 Apr
Balas

Apa? :"

09 Apr

akuu...

09 Apr

Iya? Ada yang bisa dibantu?

10 Apr

kereen kaak! semangat..

09 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr

btw, aku tuh selalu heran lho kak. banyak bangeet penggemar kakak. setiap kali kak mine posting cerita pasti selalu populer.. hebat banget! Ah, jadi iri nih. hehe..

09 Apr

Ah, sebenarnya aku juga bingung. Siapa yang membaca ceritaku berkali"? Aamiin, semoga do'amu juga terus menyertaimu ♡ jangan iri, iri ngga boleh. Kuncinya, tetap semangat, pantang menyerah, dan terus bekerja keras! Okey? ♡

09 Apr

Okeylah.. ^^ makasih kaak..

09 Apr

ayoo lanjutt

10 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

10 Apr

Lanjut kak

10 Apr
Balas

Iya trims buat suportnya! ♡

10 Apr

Lanjutt kak

09 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr



search

New Post