Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
6# Berangkat Bersama Si Hemophobia

6# Berangkat Bersama Si Hemophobia

~

Rara mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali di pagi kali itu. Mendapati sosok yang berbalik memunggunginya, seolah sedang menunggu seseorang.

Itu, Jie? Kayaknya bukan deh, postur tubuh Jie nggak setinggi itu. Berati itu-

"Pagi," sapa Alvan, setelah berbalik dan mengetahui Rara sudah siap di depan pintu rumahnya.

"Pa..pagi juga," jawab Rara dengan gugupnya. Alvan tidak pernah menyapanya selama ini. Ah, apakah Alvan akan membuka hati padanya? Pikir Rara.

"Lo.. udah ada yang nganterin belum? Kalo belum, bareng gue yuk," ajaknya dengan nada kaku.

Rara tertawa kecil. Melihat sikap Alvan yang terlihat kaku untuk melakukan hal yang romantis, walau sekecil itu. Menjemputnya berangkat sekolah.

Gadis itu mengangguk. "Boleh," jawabnya pendek.

"Bunda, di rumah?" tanya Alvan, mencoba untuk tidak canggung. Padahal, mereka teman sejak lama, tapi entah kenapa hari itu mereka terlihat sosok yang sudah tidak bertemu dua sampai tiga tahun.

"Udah berangkat arisan sejak pagi-pagi buta, bahkan ayam jago belum berkokok udah selesai mandi," jawab Rara dengan nada pasrahnya, mengingat bundanya itu yang selalu semangat untuk mengikuti kegiatan sosial.

Alvan mangut-mangut mengerti. Bundanya Rara memang seorang aktivis, sedangkan ayahnya seorang abdi negara.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu yang serius," ucap Alvan dengan nada seriusnya.

Rara mengangkat satu alisnya. Tiba-tiba saja perasaannya juga menanggapi dengan serius.

Kenapa dengan Alvan? Please, Ya Tuhan! Dia mau ngungkapin perasaannya?! Nggak! Rara nggak mau dengar!

"Ngomong apaan, Al?" tanya Rara memancing, setelah cukup dua menit mereka saling diam.

"Gue.." Alvan menggantung. Ia bimbang, bagaimana ia harus menyikapi perasaannya nanti?

"Iya, lo kenapa?" tanya Rara balik. Sejujurnya juga, Rara tidak mau mendengar pengakuan Alvan, bahwa Alvan tidak ada rasa suka dengannya.

"Anu.. itu..," ucap Alvan, lagi-lagi ia merasa berat untuk mengucapkannya.

Rara masih terdiam. Perasaannya tiba-tiba merasa sakit, mengetahui nanti Alvan akan mengatakan hal yang begitu menyakitkan selama di hidupnya.

"Al? Lo mau ngomong apa, 'sih?"

Gue suka sama lo, Ra! Maaf, selama dua tahun gue ngegantung perasaan lo.. gue belum siap aja suatu saat gue kehilangan lo, gue mau kita berteman terus.. tapi, gue nggak mau lo jadi milik orang lain! Batin Alvan.

Al.. gue tahu, lo mau bilang kalo lo nggak punya rasa kan sama gue? Gue paham, Al.. gue siap buat dengerin hal itu. Batin Rara.

"Sebenarnya.. em.. kita berangkat sekarang aja yuk! Ntar telat!" ucap Alvan dengan semangatnya, menuju motornya dan menyalakannya. Perasaannya belum bisa ia ucapkan, ia takut. Jika itu, kelak membuat hubungan dekat mereka menjadi hancur.

Rara menghela napas kecilnya. Barangkali, Alvan terlihat tidak mau menyakiti perasaan Rara. Mungkin, kelak ia akan mengucapkan kalimat itu dan mau tidak mau, Rara harus menerimanya.

"Ra! Ayo! Ntar telat!" panggil Alvan yang berhasil membuat gadis itu seketika tersadar. Kemudian, memberikan senyum dan langkahnya menuju Alvan.

"Udah siap!" seru Rara, setelah memakai helm dan menaiki motor Alvan.

Alvan segera memacu motornya. Meninggalkan perkarangan rumah bernuansa hijau itu.

"Ra," panggil Alvan di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Iya?" sahut Rara balik. Melirik sosok Alvan dari spion.

DEG! Mata mereka saling bertemu.

Alvan langsung menolehkan pandangannya. "Anu.. kucir aja lebih cocok," respon Alvan.

"Eh?" bingung Rara.

Kucir? Apanya? Ah, rambut gue.. Batin Rara, mencerna ucapan Alvan yang masih membuatnya bingung seperti biasa.

"Yeah.. gue mikirnya juga gitu..," jawab Rara.

"Kalo rambut lo di potong?"

"Hey! Jangan aneh-aneh, butuh perjuangan tau ngga manjangin rambut kayak gini!"

"Masa'?"

"Ya udah, rambut lo itu jangan dipangkas besok-besok!"

"Eh, mana bisa, gue harus menatanya rapi-rapi," elak Alvan.

"Ya udah 'kan? Jangan nyuruh gue motong seenaknya!"

"Iya," jawab Alvan pendek. Rasanya, ia harus mengalah saja ketika bersama gadis bawel ini.

CIIITTT!!!BRAK!

"Eh? Ada apa, Al?!" tanya Rara khawatir, Alvan berhenti begitu saja secara mendadak.

Alvan terdiam sembari menatap depan. Seolah tidak mendengar pertanyaan Rara. Napasnya mulai tidak beraturan.

Rara yang merasa diabaikan oleh Alvan, melihat apa yang sedang terjadi di depan kendaraan mereka. Seketika, Rara terdiam sejenak juga.

Melihat dua kendaraan yang sedang mengalami kecelakaan itu. Beberapa orang segera membantu mereka, bahkan salah satu dari pengendara itu membasahi jalanan dengan warna merah kental.

"Al?" tanya Rara, mencoba menyapa Alvan yang terdiam beberapa menit.

Alvan menggelengkan kepalanya. Kemudian, tersenyum sendu ketika melirik Rara dari spion. Segera ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan yang kurang baik.

"Al! Jangan kencang-kencang! Lo mau kita mati?!" teriak Rara.

Alvan seketika meredakan kecepatan motornya. Ia teringat, bahwa ia sedang membonceng seorang gadis. Ia menghela napas kecilnya.

"Maaf, Ra..," ucap Alvan.

Rara menghela napasnya. Kemudian, tangannya memeluk Alvan dari belakang.

Udah lama gue nggak meluk lo kayak gini, Al.. Batin Rara.

"Al.. Gue masih tahu, lo phobia dengan darah 'kan? Tenang, ada gue di sini," ucap Rara. Kemudian, menyandarkan kepalanya pada punggung sosok itu. Mengalirkan rasa tentramnya.

Alvan terdiam. Tidak biasanya ia tidak menolak Rara yang bersikap seperti itu. Namun, biarkan saja gadis itu melakukan apapun, untuk kali ini.

Sorry, Ra.. gue.. gue belum bisa nyatain perasaan gue. Batin Alvan.

"Turun," ucap Alvan, mencoba membuat gadis itu melepaskan pelukannya.

Rara mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali. Mencoba mencerna kembali, di mana ia sekarang. "Eh?" responnya sekaligus segera melepas pelukannya.

Yah, setidaknya gue udah meluk Alvan beberapa menit setelah sekian lama gue nggak merasakan itu. Batin Rara, menenangkan jiwanya yang meronta karena tiba-tiba saja sudah berada di sekolah.

"Sini." Alvan mendekat, melepas helm milik Rara.

"Ah, makasih," jawab Rara. Kemudian, membenarkan kucir rambutnya.

Alvan mendeham. Pertanda, menjawab ucapan Rara. Kemudian, kembali merapikan poni milik gadis itu.

"Em.. udah ya, Al.. gue duluan ke kelas," ucap Rara. Mencoba menghindari Alvan. Mungkin saja, jantungnya akan meledak sebentar lagi jika ia tidak menghindar secepat mungkin.

Alvan tersenyum. Membuat gadis itu segera berlari menuju kelasnya. Alvan terus memandangi sosok dengan kucir rambut yang bergoyang ke kanan dan ke kiri itu, hingga tidak terlihat kembali dari pandangannya.

"Kalo lo nggak bisa ngasih kepastian sama Rara, lebih baik lo lepasin dia buat sama siapa aja," ucap Jie, memarkirkan motornya di samping milik Alvan. Kemudian, meletakkan helmnya pada jok motornya. Menatap sosok Alvan tajam.

"Maksud lo apa?"

"Gue tahu, lo sama dia hanya sebatas teman, 'kan? Jadi lo nggak ada berhak buat ngelarang dia sama siapa aja," jelas Jie.

Alvan tersenyum tipis. Kemudian, menghela napasnya. "Gue berhak dengan diri gue sendiri untuk melakukan apapun itu," jawab Alvan, "gue duluan," lanjutnya dan segera berjalan meninggalkan sosok Jie.

Ck! Lo kira, gue bakal mundur gitu aja? Kelak, gue bakal dapetin Rara. Batin Jie. Kemudian, tersenyum.

BERSAMBUNG.

Hai, Guys.. bertemu lagi nih sama cerbung Jasmin!

-Terima kasih atas dukungan kalian :)

Saran dan kritik, dipersilahkan ^_^

Do'akan kedepannya semakin baik ya cerbungnya, semoga menghibur cerbung kali ini! ^_^

Oh ya, mau tahu Authornya? Bisa kunjungi akun instagramnya kok! @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi dengannya di sana! Dia menunggu direct kalian loh! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailnya:[email protected]

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kkerreeeen bangtttt akkakk

06 Apr
Balas

Uwaaa, trims buat suportnya ♡

06 Apr

Lanjut kak, seru banget. Semangat ya, kak! ♡

06 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! Semangat jugaa ♡

06 Apr

ngkik btuln kk:)

07 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya ♡

07 Apr

its good joob! okay mulai sekarang aku tak peduli apa jawban kka -_-, eh btw ya kak, aku pengen ada percakapan author,sama tokoh ceritanya kaya dulu kak, itu lucu biasanya ya itu si mauku ajah :) pokoknya semangat terus! the best! kamsahabnida! saranghe!

06 Apr
Balas

Ah.. makasih buat suportnya. Awww, makasih juga buat sarannya. Chapter selanjutnya, diusahain ada deh author sama karakternya •_< kamu semangat juga ya! ♡

06 Apr

huhh syukurlah, masih belum ganti juga jawabannya >~<

07 Apr

lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttttttttttttttttt T_T cepetannnn........

06 Apr
Balas

Iyaaa, trims buat suportnya ♡

07 Apr

aihhh ini nih keren...tunggu lanjuttannya yakk

06 Apr
Balas

Iyaaa, makasih ya buat suportnya ^_^

06 Apr

Baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusssssssssssssssss baaaaaaaaaaaanggggggeeeeeeet Ceeeeeeeeepattttttttttttt lannnnnnnnjuuuuuuuut

08 Apr
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

09 Apr



search

New Post