Jasmine Sonia Failasufa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
2# Malam Lima Tahun Terakhir
Horror Edition

2# Malam Lima Tahun Terakhir

“Bapak mau ke mana?” tanyaku pada sosok Kepala Rumah Tangga di keluargaku.

“Mau ke rumah Pak Lurah,” jawabnya sembari menyisir kecil rambutnya, walau beberapa sudah beruban di bagian pelipisnya.

“Emak mau ke balai desa, ada urusan di sana. Kalian berdua, jangan ke mana-mana,” ucap emak yang juga terlihat bersiap-siap hendak keluar rumah.

Aku menatap kakakku yang mangut-mangut mengiyakan ucapan bapak dan emak. Lantas, menatap keduanya yang pergi meninggalkan aku dan kakak di rumah. Suasana yang awalnya terasa nyaman, tentram, dan utuh di malam itu. Tiba-tiba saja terasa mencekam. Namun, segera kuhiraukan pikiran-pikiran burukku yang membuatku tiba-tiba bergidik ngeri. Kulihat kakakku yang juga terdiam menonton televisi malam itu.

“Kak, nggak mau ganti saluran tv?” tanyaku. Tidak biasanya kakakku tidak sediam itu ketika menonton televisi.

Lantas, kakak menoleh padaku. Alisnya mengerut. Namun, kurasa itu bukan ekspresi pertanda heran. Agaknya, ekspresi pertanda khawatir.

“Nggak,” balasnya pendek.

Aku menganggukkan kepala kecil. Ada apa sih dengan Kakak? Tumben diam saja, biasanya kalau bapak dan emak tidak di rumah, dia yang sudah menjadi pertama mengusai rumah dengan logat khasnya. Seolah-olah menjadi Ratu Elizabeth.

“Hari ini, hari apa?” tanyanya tiba-tiba.

Aku menolehkan pandanganku dari acara di televisi, menatapnya dengan heran. Hei? Benarkah masalah hari dia sampai lupa? Pikirku. “Kamis.”

Kulihat ia yang menelan ludahnya dengan paksa. Raut wajahnya terlihat benar-benar khawatir, atau lebih terlihat ketakutan. Bahkan, keringatnya mengalir dari pelipis ke dagunya.

“Berarti, malam Jum’at?”

“Iya,” jawabku spontan.

Kakak kembali menatap layar televisi yang menampilkan acara komedi tahun 90-an. Aku masih tidak mengerti dengan sikapnya, kenapa ia terlihat seperti ketakutan? Bahkan, adegan di acara komedi itu tidak membuatnya tertawa maupun tersenyum sedikitpun. Seolah, ia benar-benar sedang mati rasa!

“Ka-”

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku untuk memanggilnya. Tiba-tiba saja aku mendengar sebuah suara yang membuatku terdiam sejenak untuk mendengarkannya. Awalnya, aku berpikir mungkin hanya suara di acara televisi itu. Namun, tebakanku salah. Karena, suara itu terdengar dari gang sempit, dengan lebar satu meter, yang berada di samping rumahku.

“Mau nambah pahala nggak?” tanya kakakku lagi secara tiba-tiba.

Aku yang terdiam untuk mendengarkan suara aneh itu, menjadi teralihkan untuk menatap kakak. “Mau!!!” jawabku spontan. Wajar saja, waktu itu aku masih menduduki kelas 4 SD, sudah tentu aku begitu antusias untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya.

“Baca al-qur’an, yuk!” ajak kakakku.

Aku mengangguk. Lantas, berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu bersama kakakku itu. Kemudian, kami segera menuju ke kamar ibadah. Mengambil kitab suci kami masing-masing dan mulai membacanya.

...

Lima tahun terlewati. Aku sudah menduduki kelas 3 SMP, di mana selama 3 tahun itu aku berada di asrama untuk mengabdi dalam pencarian ilmu. Kali itu, aku pulang. Menatap kampung halamanku yang tidak berubah selama lima tahun terakhir. Hanya, pagar rumah yang sudah direnovasi lebih modern dari tahun 90-an.

Aku mengembangkan senyumku. Ketika menatap wajah redup bapak dan emak. Terlihat emak yang berseri-seri ketika melihatku di depan pagar, berjalan mendekatinya. Lantas, membawakan beberapa barang yang kubawa. Emak memelukku, mencium keningku, lantas menuntunku masuk ke rumah. Tidak lupa dengan bapak, bahkan bapak memelukku begitu erat. Mungkin, melepas segala kerinduan pada anak bungsunya selama itu.

“Habis ini makan, ‘ya..,” ucap emak ketika aku memasuki kamarku untuk berganti baju. Aku mengangguk mengiyakan, lantas menyibakkan kelambu pada pintu kamar.

Tidak ada yang berubah. Lima tahun terakhir yang tetap sama. Bahkan, sosok yang berbaring pada kasur yang pernah terbagi bersama saudara kandungku, kakak.

“Perjalannya, lancar?” tanyanya.

“Iya, lancar,” jawabku. Kakak mengangguk mengiyakan, lantas beranjak meninggalkanku sendirian di kamar itu.

Aku teringat. Malam lima tahun terakhir itu, bukanlah hanya sekedar malam yang membuatku dan kakak benar-benar bergidik ngeri. Mungkin, bisa dikatakan menjadi malam yang akan menjadi bagian kenangan paling aneh.

Karena, di waktu itu. Bersamaan dengan suara langkah seseorang yang berada di gang kecil itu, terdengar juga suara ketukan pintu yang begitu aneh. Pelan tapi keras. Tanpa suara, tanpa panggilan. Ketukan itu, seolah memanggil kami untuk membukakan pintu rumah.

:)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada lanjutannya gk ka? Ini.. Seru. Aq masih penasaran itu siapa yg ada di gang atau yg ketuk pintu itu :v

02 May
Balas

Ini cuman sekedar menceritakan kembali apa yang pernah terjadi. Sebatas cerita yang menemani waktu luangmu. Trims atas suportnya! ♡

02 May

Ouh.. Ok. Semangat k!

02 May

Q~Q seram kali... 8~8 ba-bagus b-banget kak... itu kayak flashback gitu ya??? bagusss kak,, thanks kak!!!!!!

03 May
Balas

Mana buat ceritanya tadi malem T~T. Iya, flashback lima tahun yang lalu O_O. Trims ya buat suportnya! ♡

03 May

LANJUT!!!

03 May
Balas

Iya, trims ya buat suportnya! ♡

03 May



search

New Post