Wiyata
Halo namaku Husnul Mustafidah, seorang remaja yang berumur 14 tahun yang dibesarkan oleh orang tua yang menyayangiku. Aku termasuk salah satu anak yang beruntung dibesarkan oleh kedua orang tua yang paham akan agama dan mengerti apa yang baik dan tidak untukku, kedua orang tuaku juga selalu mendukung pilihan yang aku pilih walau terkadang ada beberapa pilihan pada akhirnya tidak diperbolehkan karena beberapa alasan tertentu.
Ketika aku masih duduk dibangku kelas 1 SD ayah dan ibuku sibuk bekerja jadi aku dijaga oleh nenekku, itu berlangsung sampai aku duduk di kelas 2 semester akhir. 16 Juni 2016 nenekku meninggal saat itu aku baru pulang dari rekreasi yang diselenggarakan oleh sekolah ayahku. Sejak saat itu aku selalu berangkat dan pulang sendirian dan harus menunggu hingga jam 12-1 siang sampai ayahku pulang dari sekolah. Walaupun begitu ayah atau ibuku terkadang mengantarkanku dan datang menjemputku saat pulang sekolah meski tidak setiap hari.
Semua berjalan seperti itu sampai aku menginjak bangku SMP, ayahku merelakan pekerjaannya dan bekerja dirumah agar bisa mengantarku kesekolah setiap paginya. Terkadang aku ingin ngekost agar ayahku bisa beristirahat tetapi beliau berkata tidak usah karena sudah tinggal 1 tahun sebentar lagi lulus. Saat hari kelulusanku, aku tidak ingin cepat-cepat menduduki bangku SMA tapi takdir berkata lain. Disaat teman-temanku mendapat sekolah yang dekat dengan rumah aku harus jauh dari rumah dan berasrama. Pada liburan sekolah aku fokus untuk menyiapkan mentalku jauh dari kedua orang tua, juga harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru.
Saat hari dimana aku masuk ma'had ingin sekali aku mengulang kembali ke masa lalu tetapi semua itu tidak mungkin. Hari pertama di Ma'had aku menyakinkan diriku agar terbiasa dengan lingkungan baru ini namun semua tidak berjalan sesuai mimpiku. aku merasakan betapa beratnya menjadi orang dewasa yang setiap hari harus melakukan semuanya sendiri, tidak ada tempat cerita bahkan kenalan untuk sekedar diajak berbiacara. Waktu itu aku selalu mengingat kedua orang tuaku membayangkan betapa beratnya menjadi orang tua yang harus mengurus buah hatinya dengan sabar, telaten dan memberinya kasih sayang. Semua itu sangatlah tidak mudah tetapi mereka menjalaninya dengan ikhlas dan tulus. Aku berfikir kenapa aku tidak masuk reguler saja? agar orang tuaku tidak terlalu berat membayar uang mahad dan spp sekolah.
Pada hari pertama pelajaran dimulai aku merasa semua ini sangat berat, aku bahkan tidak bisa matematika dan bahasa. Aku harus meminta ajar pada siapa? bahkan jika aku meminta penjelasan lagi aku tetap tidak mengerti. Akhirnya semua berdampak pada mentalku dan burn out, aku selalu tidur agar bisa memendam stressku tetapi semua malah ini berdampak pada nilai ulanganku yang semakin lama semakin menurun bahkan bisa dibilang anjlok. Aku sudah berusaha untuk belajar dan menghafalakan materi tetapi saat ulangan aku tidak bisa menjawab, padahal soal semudah itupun aku tidak bisa mengingat jawabannya padahal pagi tadi aku membacanya.
Nilaiku semakin lama semakin menurun aku bercerita pada orang tuaku mereka mengatakan tidak apa-apa tetapi aku tahu mereka menaruh harapan besar padaku tetapi tidak ingin memberatkanku. Kedua orang tuaku membayar mahal agar aku bisa bersekolah dengan nyaman namun aku tidak bisa membalasnya? anak macam apa itu? Yangku inginkan hanyalah mengerti dan paham materi dan bisa mendapat nilai bagus, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah terus berusaha dan berikhtiar. Berharap otakku bisa memahami materi dengan mudah dan lancar dalam mengerjakan soal. Semua orang memiliki porsinya masing-masing dan inilah porsiku, setidaknya aku sudah berusaha dan jujur. Pemandangan paling indah dibawah bentangan cakrawala adalah melihat ayah dan ibuku bahagia.
Maka sekian cerita dariku maaf jika ada kata yang kurang mengenakkan untuk dibaca. Terima kasih.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar