Oleh: Habibah Al Maulidy Sukarno

Menurut pengalamanku, setiap seseorang keluar atau bepergian, misal untuk pergi ke sekolah, ke rumah temannya, bermain, atau urusan yang lain, setelahnya pasti diakhiri dengan kata pulang. Kembali dari segala urusan duniawi, melepas penat yang menghampiri, dan istirahat untuk mengisi energi. Kalau ditanya, pulang ke mana? Jawabannya pasti rumah. Iya, bangunan tempat kita tinggal, berlindung dari panasnya matahari dan derasnya air hujan. Rumah yang menjadi tempat berkumpulnya suatu keluarga.

Tapi, rumah tak sekadar itu. Rumah adalah tempat kita mengukir cerita tentang kemarin, hari ini, dan nanti. Tak harus mewah dan megah seperti di dalam film-film ftv. Yang terpenting, adalah ada siapa di dalamnya. Di rumah, selalu ada keluarga yang menunggu kita. Mereka adalah dimana kita bisa menemukan pelukan terbaik sebagai obat dari berbagai masalah. Tempat kita bisa berkeluh kesah dan menyampaikan masalah kita. Tempat kita bisa menenangkan diri dari segala kegundahan yang melanda hati kita. Keluarga adalah tempat kita pulang.

Ada pepatah yang mengatakan, bahwa sukses dimulai dari rumah. Kita memulai pagi kita dengan senyum dan pelukan hangat keluarga. Kita akhiri juga dengan kembali pulang dan menemukan mereka sebagai pelipur lara hati kita. Keluarga menjadi pembentuk karakter seseorang dan sekolah pertama bagi anggotanya. Keluarga adalah segalanya. Mereka yang jadi tumpuan bagiku untuk memulai hariku. Mereka yang setia memegang tanganku untuk tetap tegak menghadapi setiap masalahku. Mereka yang selalu ada di sampingku ketika badai menerpaku.

Begitu pun denganku. Aku adalah sulung dari dua bersaudara. Jarak usia antara aku dan adikku cukup terpaut jauh, yaitu delapan tahun. Keseharian ku dengannya bagai memerankan tokoh tom and jerry, bertengkaaar..terus. Pokoknya, kalau enggak ada dia, rumah serasa hening. Tapi, kalau dia terlanjur mengeluarkan jurus ceriwis nya, beuh.. dijamin pusing tujuh keliling dengerinnya. Kalau lagi pelit, pelitnya nggak ketulungan! Meski begitu, entah kenapa aku selalu luluh dengan jurus nis memanisnya. Ugh..

Kalau Ayah, dia itu orangnya kadang pendiam, kadang humoris, kadang tegas, yah berubah-ubah sesuai situasinya. Terkadang kalau aku kesulitan mendapatkan ide untuk tulisanku, aku menanyakan padanya. Pemikirannya yang kritis jadi memudahkanku untuk memunculkan ide-ide baru. Dia selalu memberikan masukan yang tepat dan relevan untuk anak seusiaku. Kalau sedang sama adikku, aduh, klop banget! Apalagi kalau rambut Ayahku sudah mulai gondrong dan membentuk lengkungan-lengkungan yang lucu. Mereka cocok sekali dipanggil kriwul. Hihi..

Nah, ada satu lagi, Mama. Si sumber inspirasiku. Dia yang selama ini jadi editor utama yang setia menunggu hasil tulisanku. Setiap kali aku akan mengikuti event atau lomba tertentu, dia yang jadi konsultan dan pengarah ku. Rasanya, setiap aku akan menyerahkan tulisanku untuk diperiksa, jantungku seperti bekerja dua kali lipat! Dag dig dug serr.. Haduh.. menegangkan sekali. Mama itu alarm berjalan yang selalu membangunkanku ketika pagi, menyuruhku untuk tidur tidak melewati batas jam sepuluh malam, mengingatkanku akan deadline, dan ketua tim pendukungku. Ah, dia si nomor satu di hidupku.

Mereka itu yang bagiku lah tempatku pulang. Tempatku menangis dan tertawa. Dalam sebuah rumah bercat hijau dan sederhana, tempat kami tinggal, membangun impian-impian dan tempat kami mengisahkan sebuah cerita yang indah untuk masa depan. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup kami.

BIODATA

Holaaa! Kenalin, namaku Habibah Al MS. Siswi kelas delapan di MTsN 1 Kota Blitar yang lahir di Pasuruan tanggal 30 Maret 2007. Berawal dari membaca, aku mulai tertarik dengan dunia tulis-menulis. Karena kata guruku, dengan membaca kita mengenal dunia, dan dengan menulis kita dikenal dunia. Kalau ingin berkenalan lebih lanjut denganku, silahkan berkunjung ke akun instagram ku @bibah_07. kutunggu ya!