Gusti Kinanti Al Khansa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Challenge Monolog Yang Mendebarkan

Challenge Monolog Yang Mendebarkan

Ayah, dalam ketidakhadiranmu, kusampaikan bait – bait kenanganku bersamamu. Ya, fase yang terlalu singkat. Bagiku, yang selalu merasa nyaman dengan pendampingan dan bimbingan Ayah. Kuingin waktu membiarkanku merajut masa bersamamu lebih lama lagi. Bercerita, bersepeda, dan apapun bentuk kegiatanya, indoor atau outdoor, serius atau santai, selalu asyik bersamamu. Itu semua telah berakhir, Yah.

Itu paragraf pertama karya jari lentik Bu Guruku, yang selalu menginspirasiku. Suatu hari, ku mendapat kabar di w.a grub NUBAR ANAK , tepatnya di tanggal 15 februari ku baca pesan.

“ Halooooooo”

“ Apa kabar peserta Nubar? “

“ Sabar menunggu update – an, kan? “

“ Sembari menunggu, omera mau mengajak kalian buat seseruan nih “

“Seru – seru asik berhadiah, iseng – iseng isi waktu luang... ikutan yuk. “

“ Mau ikut Monologue Challenge, lomba berlangsung 15 – 27 Februari 2021”

“ Good luck.... Kakak gak sabar dengar Monolog kalian”

Kubaca pesan kabar dari Kak Moon Tim Omera Pustaka.

Kemudian Ibuku membujuk ku untuk mencoba ikut challenge itu, tapi aku tidak mau karena aku merasa tidak bisa. Kemudian ke esokan harinya, ibuku tetap membujukku lagi , aku tetap dengan jawabanku aku takut dan merasa tidak bisa. Suatu saat ada voice note dari Bu guruku, memberi semangat kemudian berkata

“ yakin kinan gak mau mencoba nih “

“ seru lo nan, asik dan punya pengalaman baru “

“ gimana, ikut ya kinan? Berani gak “ pesan Bu Firoh sambil membujukku

“ Okey bu Bu.Firoh, jangan lupa kasih gambar love dan peluk ya “ jawabku

Entah kenapa setiap Bu Guru yang membujuk aku tidak bisa menolaknya, karena aku sudah sangat dekat denganya, sudah seperti kembaranku. Waktu itu aku belum mengerti apa itu monolog, kubertanya pada ibuku, kemudian mencari di google dan youtube bagaimana contoh membaca monolog, kebetulan aku melihat monolog cerpen sepotong senja. Aku sangat kagum dan terkejut, kok bisa suara nya begitu sangat enak di dengar. Ku ulang – ulang terus menerus.

Akhirnya aku berbicara pada ibuku,

“ Bu Bolehkah aku membacakan Monolog karya Bu Firoh “

Ibuku menjawab “ Sebentar ya ibu minta ijin ke Bu guru dulu “

Ibuku mulai beraksi dengan meluncurkan pesannya ke bu guru

“ Silakan, dari hati yang paling dalam ya , support meluncur naaan.... “

“ Berani mencoba ..yesss ...yess... yess “ bu guru membalas dengan di selipkan beberapa emoji gambar hati .

Ku berlatih setiap hari, kalimat demi kalimat dan bertanya kepada ibuku. apabila ada kosakata yang belum aku mengerti. Ternyata sulit sekali ku harus membaca dialog cerita sendirian. Kata bu guru itu semacam refleksi untuk diri sendiri begitu jadi setiap orang yang membaca monolog mempunyai ciri khas sendiri – sendiri.

Ku terus berlatih membaca di depan cermin. Dengan bergaya seperti Artis hahahah... seru sih, aku bisa bergaya seperti orang terkenal. Sebenarnya aku sudah terkenal. Tapi hanya terkenal di dalam rumahku, karena aku artis paling imut di rumahku.

Aku pantang menyerah, terus mencoba sampai menemukan nada baca yang pas menurutku, Dan sesampainya di paragraf ke dua entah kenapa aku tiba – tiba menitikkan air mata, kubaca sambil hatiku tidak bisa berhenti bergetar.

“ bu , aku gak bisa menahan tangis, karena ceritanya membuat jantungku bergerak kencang dan tiba – tiba aku menangis “

Aku sudah putus asa karena aku tiba – tiba menangis setiap membaca jadi bacaanku jadi kacau . Apalagi ada batas waktu membaca tidak boleh lebih dari 20 menit. Kemudian ibuku juga memutar otak, untuk berfikir akhirnya aku di beri catatan waktu tiap paragraf. Ada yang tidak boleh lebih satu menit atau dua menit setiap paragrafnya. Untuk memudahkanku berlatih supaya bisa memenuhi syarat membaca di dalam challenge.

Ku mulai berlatih dengan merekam audio, supaya aku bisa mengerti berapa menit aku membaca setiap paragraf. Ku terus berlatih sampai aku bisa, aku tidak boleh menyerah setiap mencoba tantangan. Aku harus semangat. Tapi di tengah – tengah cerita ada yang membuat ku lama membaca karena banyak sekali kosakata sulit. Ku kesulitan mengucapkanya di bagian kata titik klimaks, puncak jayawijaya, posesif,empati, korespondensi, Di usiaku yang masih TK B aku sudah di pertemukan kata – kata misteri seperti itu. Aku terus bertanya arti setiap ada kosakata baru, supaya aku mengerti isi cerita dan bisa merasakan ceritanya.

Mungkin ibuku sudah melihat aku sangat jenuh sekali karena berusaha melalui tantangan yang super berat, oh bu firoh kenapa tantangan ini berat sekali.

“ kinan mau jalan – jalan melihat jalan sekitar dulu atau gimana biar sedikit segar lagi “ tanya ibuku

“ kinan kepingin jalan – jala ke alun – alun menghirup udara segar, melihat banyak bunga, dan duduk santai sambil membaca buku “ jawabku.

“ okey 1 jam lagi kita berangkat “ kata ibuku

Ku menikmati setiap perjalanan ku berceloteh sepanjang jalan, Baru kali ini bisa keluar rumah melihatsetiap sudut jalan sekitar selama pandemi. Sesampainya di alun – alun balai kota aku merasa sedikit kecewa ternyata di tutup sama petugasnya, jadi tidak boleh masuk. Tiba – tiba ibuku denga cepat menghampiri penjaga yang kebetulan sedang bersih – bersih. Setelah ku lihat ibuku mengobrol dengan orang itu tiba – tiba rantai gemboknya di buka dan kita pun boleh masuk.

Aku sangat senang bisa menghirup udara yang sangat segar, melihat tingginya langit, bunga teratai dan berbagai macam bunga cantik, warna – warni yang indah. Ahhhhh pikiranku menjadi segar kembali... setelah ku sudah puas membaca, akhirnya kita berpamitan dengan penjaga dan mengucapkan terimakasih padanya. Kemudian ku menuju ke tempat parkir, di tengah perjalanan ada sebuah becak, ibuku menghampirinya. Aku pikir mau naik becak lho kan kita bawa kendaraan sendiri kok naik becak , pikirku.

Ternyata ibuku memberi uang pada tukang becak itu, setelah aku lihat ternyata orang itu sudah sangat tua sekali, tertidur di dalam becak dengan posisi melungker, ibuku memberi uang sambil berkata

“ Pak ini buat bapak, buat membeli nasi sama minum “

Sepertinya bapak itu terlalu kecapean sampai menjawab terimakasih dengan suara yang sangat pelan sekali. Setelah sampai di rumah ku bersih – bersih badan dan istirahat sebentar. Menjelang malam ba’da Isya ku memulai latihan kembali. Kupahami dan ku hayati sampai ke hati sampai aku tiba – tiba hafal 2 paragraf pertama karena terlalu sering membacanya. Tiba – tiba aku merasakan hatiku ada getaran rasa marah, dan sedih ketika membaca kalimat saat itu, aku melihat ayah dari kejauhan. Begitu dekat bercengkerama, membuat teman – temanku terhibur. Lalu aku berlari kembali menuju kelasku Menangis sejadi – jadinya. Ada rasa pelit menyelinap bahwa kau adalah Ayahku. Hanya Ayahku bukan Ayah teman – temanku. Entah mengapa aku merasa ikut sedih waktu membaca kalimat itu.

Kemudian tantangan terbesarku aku tak bisa menahan tangisanku yang begitu deras sampai hidungku buntu. Jantungku bergerak kencang, hatiku bergetar – getar tak karuan. Memahami sebuah kalimat bahwa ayah sudah di surga, Nduk. Aku bahkan tak mampu mendengar kalimat lain yang di sampaikan ibu setelahnya. Sederas air mataku yang mendesak keluar untuk berlarian, kenangan bersamamu menari – nari di pelupuk mataku. Ku merekam suaraku sambil ku menangis histeris sampai tak bisa membacanya hanya suara tangisanku yang semakin menjadi – jadi setelah ibuku menghampiriku dan memelukku.

Kemudian aku bertanya pada ibuku

“ Ayahnya Bu Firoh kemana bu?”

“ ke surga “ jawab ibuku

Ibuku membagi pengalamanku selama aku berlatih pada guruku.

“Oh nan...itulah puncak rasa saat menulis naskah ...Tatkala jemari melemah berpacu dengan speed butiran² bening yg menyeruak keluar

Aku terhenti...”kata Bu guruku pun berbagi pengalamanya saat menulis kenanganya itu.

Setelah ku mengirim rekaman audioku ,Tak lama kemudian ada dering hp , aku intip ada pesan dari beliau, ternyata mengirim pesan suara membacakan ceritanya, terdengar dari suaranya bergetar tapi tetap membacakan dengan sangat tegar. Aku jadi ikut merasakan kesedihan kembali waktu mendengarnya.

“ Mendengar dlm hening ba'da sholat lail, detik – detik hingga kau adalah ayahku, hanya ayahku, bukan ayah teman – teman. Pecah sudah pertahanan ini”. Kata bu guruku

“ 15.29 durasi luar biasa bagi anak yg blm jadi alumni TK “ terselip pesan dari beliau

“ Terimakasih Bu Firoh sudah mau membimbing dan memberi kinan semangat yang sangat besar “ Balasku

“ Sama - sama, makasih juga kinan sampai sejauuh ini, ikut hadir menyimak lembaran biografi singkat ini “ tutur bu guruku.

Setelah monolog ku di upload di chanel youtube omera pustaka. Dan ibuku mulai mengirim link video ke seluruh keluarga, saudara , sahabat, guru dan teman bahkan di berbagai media sosial se Indonesia .Untuk meminta dukungan, ternyata banyak sekali komen positif yang aku dapat, dan banyak yang ikut merasakan kesedihan, keceriaan dan ada yang sampai menitikkan air mata setelah mendengar suaraku membacakan monolog. Aku merasa bangga dan merasa memiliki pengalaman berharga bersamanya.

Dari Ayah yang hebat ada Bu guru yang hebat pula, aku ingin menjadi murid yang hebat seperti beliau.

Di akhir cerita Ayah guru yang hebat. Always do the best thing for me !

Putri Ayah.

*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren sekali

13 Sep
Balas

Terimakasih kak Nity. Salam kenal dari kinan kak .

13 Sep

Bagus kak Kinan

14 Sep
Balas

Terimakasih kak . Salam kenal, kinan manggilnya kak siapa ya kak heheee.....

14 Sep



search

New Post