Flavia Caesa Dinata

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lihat aku

Lihat aku

Lihat aku

Nama nya Vera. anak tunggal dari seorang jutawan.

Sekarang, hari pertama Vera masuk sekolah, meninggalkan home schooling yang selama ini Vera jalani.

"Ayo masuk Ver.." Bibi Lastri menarik handle mobil. "Ntar Bi, Vera mau pamit dulu sama Mama sama Papa" ujar Vera. "Ma.. Vera berangkat ya.." pamit Vera. "Iya, udah gih sana berangkat, takut telat" Mama memberikan telapak tangan nya. Vera menyalimi Mama. Vera menghembuskan nafas lantas keluar dari ruang kerja Mama. Menutup pintu, sedikit melihat, Mama masih sibuk pada pekerjaaan nya. "Pa.. Vera berangkat ya.." Vera memasuki ruang kerja Papa. Tak beda jauh dengan Mama. Memberikan tangan nya, Vera menyalimi, dan Papa melanjutkan pekerjaan nya. *** "Perkenalkan, nama ku Verastya Vexya Milandya. Kalian bisa panggil aku Vera, salam kenal ya.." Vera memperkenalkan diri. "Vera, kamu bisa duduk di kursi kosong sebelah sana ya.." Wali kelas Vera, Bu Hilda, menunjuk salah satu kursi yang kosong di baris ke tiga. "Iya bu.." jawab Vera. *** "Hai, anak baru ya, nama ku Syaila. Salam kenal.." Vera kaget. "Perasaan.. waktu tadi aku perkenalan di depan kelas,dia nggak ada.." Batin Vera kebingungan "Eh.. iya" Vera patah- patah menjawab. "Nggak usah malu- malu.. santai aja" Syaila duduk di samping Vera. "Tadi aku masih ada keperluan dulu, maka nya aku masuk nya telat, masuk pas istirahat, tapi aku juga udah ijin sama Bu Hilda" Syaila menjelaskan. "Pantas aja.." Vera mengangguk. "Maaf, tempat duduk kamu di sebelah ku ya.." Vera menanyakan. "Iya.." jawab Syaila. *** "Sya, aku pulang duluan ya.." pamit Vera. "Eh, iya.." Syaila mengangguk. Vera melambaikan tangan lantas memasuki mobil. "Pak, Vera turunin di toko Eiger depan ya" ucap Vera pada supir nya, Pak Jaka. "Lah, kenapa Vera?" Tanya pak Jaka. "Vera ada perlu" Vera menjawab singkat. "Oh, siap Vera" Pak Jaka tersenyum. "Nanti Vera pulang sendiri ya pak.. nggak usah di jemput" ucap Vera sedikit berteriak karena jalanan sangat ramai. *** Vera mengambil secarik kertas dari tas elegan yang menggantung di pundak nya. Vera berjalan dalam keramaian toko, lantas mencari barang- barang yang di butuhkan nya. Selang beberapa menit Vera keluar dari toko. "Hiks.. hiks.." Vera mendengar tangisan. "Siapa ya.." Vera mencari, menoleh kanan dan kiri. Mata Vera tertuju pada anak kecil di seberang toko. "Eum.. permisi, dek.. kenapa menangis?" Vera mengelus kepala anak itu. "Ayah dan ibu saya sudah tidak ada kak.. saya biasa nya mengemis disini, karena saya tidak ada uang, hiks... tapi sekarang uang yang saya tabung, hiks.. diambil oleh preman.." adu anak itu pada Vera. Vera menunduk malu. Selama ini dia hidup bergelimang harta. sementara, masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan. "Nama adek siapa ya?" Tanya Vera. "Nina" anak itu masih menangis. "Ikut Kakak yuk! Kamu tinggal di rumah Kakak ya.." Vera mengusap air mata Nina. "Anggap aja Kakak adalah Kakak kandung kamu sendiri" Vera berseru. "Ahya! Nama Kakak, Kak Vera" Vera mengajak Nina berdiri. "Terimakasih Kak.." Nina tersenyum haru. *** "Assalamualaikum.. Vera pulang" salalm Vera di depan pintu. Nina ternganga melihat rumah Vera "besar sekali.." Nina menggeleng-gelengkan kepala, takjub. "Nina.. kamu duduk disini dulu ya.." Vera menunjuk sofa mewah nya. Nina menangguk "wahh empuk sekali kursi ini". "Bi.. Mama sama Papa dimana?" Tanya Vera. "Ada kerjaan mendadak Ver.. kata nya mau ke London, barusan aja berangkat" Vera kaget. "Kok nggak bilang Vera sih Bi" gerutu Vera. "Ya.. mungkin karena mendadak kali ya...." Bibi menjawab santai. *** "Vera.. ayo makan malam dulu" Bibi meneriaki Vera. "Iya Bii" Vera menyaut dari atas. "Lho, lho.. ini siapa Ver.." Bibi melihat Nina. Vera tersenyum lantas menceritakan kejadian tadi saat di pasar. "Oh... adek ini nama nya siapa ya?" Tampak nya bibi telah mengerti. "Nina" Nina menjawab malu-malu. "Nina, wah.. nama nya bagus sekali. Nah, sekarang ayo kita makan sama-sama" seru Bibi. "Vera.. nanti kalau Mama sama Papa nya Vera dateng, gimana Nina nya?" Tanya Bibi agar berbisik. "Udah.. itu urusan Vera Bi.." Vera menjawab santai. Makan malam yang menyenangkan! *** "Kak, Nina nggak usah sekolah ya.. Nina jagain rumah sama Bi Lastri.." ucap Nina seraya melihat Vera bersiap sekolah. "Kenapa nggak mau sekolah.." Vera membungkuk kan badan nya, menghadap Nina. "Nina nggak mau ngerepotin Kak Vera.. Nina kan cuma numpang di sini" ujar Nina. "Nina harus sekolah, gimana pun cara nya" Vera menyemangati Nina. Nina menggeleng. "Hm..aha! kalau nanti Kak Vera aja yang ajarin di rumah, setelah Kakak pulang sekolah. Gimana?" Vera memberi ide. "Iya Kak" Nina tersenyum puas. *** "Hai Syaila. Nanti jadi ke rumah ku kan?" Vera menyapa seseorang yang baru di kenal nya hari lalu. "Jadi dong, ahya! Kamu udah siapin tenda nya kan" Syaila mengedipkan mata nya. "Udah dong, jangan lupa ya.. bawa makanan ringan nya" Vera menepuk bahu Syaila. "Nanti, siapa aja yang ikut?" Syaila menekuk alis mata nya. "Aku, kamu, Nina, hmm Nela jadi ikut nggak?" Jawab Vera. "Nela jadi ikut kok, tadi udah ku chat dia" tampak nya Syaila masih bingung. "Eh, bentar.. Nina tuh siapa?" Vera tersenyum lantas menceritakan kejadian di toko kemarin. "Owhh" Syaila mengangguk mengerti. *** "Assalamualaikum anak- anak..." Ustadzah Ula tersenyum. "Ustadzah ada pengumuman buat kalian, besok sebagian dari guru akan menjenguk Ustadzah Ina yang baru melahirkan anak ke-empat nya" Ustadzah Ula memberikan penjelasan. "Jadi... besok kalian di liburkan sementara selama tiga hari, karena Ustadzah Ina lahiran nya di Singapura" "Siapa aja guru- guru yang ikut?" Salah satu siswi di kelas bertanya. "Ustadzah Ula, Ustadzah Qilah, Ustadzah Yuni, Ustadzah Deila, Ustadz Yusra, Ustadz Tejo, Ustadz Deni, sama Ustadz Arif" Ustadzah Ula menjelaskan panjang lebar. "Selebih nya, masih mengajar di sini. Di wakilkan sama guru yang berangkat, nanti kalau berangkat semua, kan mahal biaya nya" Ustadzah Ula mengerutkan alis nya seraya tersenyum. Anak- anak mengangguk mengerti "Ver, berarti kita bisa berangkat lebih awal dong" Syaila berkata agak membisik. "Iya, Alhamdulillah" Vera tersenyum *** "Assalamualaikum.. Veraa" Syaila memencet bel rumah Vera. "Eh, Syaila! Bener kan ini rumah nya Vera?" Nela menyenggol Syaila. "Gak tahu juga, tapi sesuai kok sama alamat yang di kasih sama Vera tadi" Syaila menunjukan chat nya bersama Vera tadi. "Perumahan Sakura Elite, nomor 25" Nela berusaha mencocokan dengan nomor rumah besar di depan mata nya. "Coba kamu telfon deh" ucap Nela. Syaila mengangguk. "Halo.. Ver, aku sama Nela udah ada di depan rumah mu.." "Eh iya.. ntar, aku bukain pagar dulu" "Oke" "Sudah?" Nela menanyakan. "Dah" Syaila meletakaan Hanphone nya ke dalam tas. Tak lama kemudian, gerbang rumah besar itu terbuka, terlihat Vera yang memakai rok skirt panjang berwarna coklat muda, di pandukan dengan Hoodie putih dan jilbab yang senada. "Hai Syaila, Nela. Masuk yuk!" Vera mengajak kedua sahabat baru nya untuk masuk. "Maaf, nggak ada yang bukain pager, pak Jaka sih yang biasa nya jaga di sini. Cuman kayak nya beliau lagi nyirem tanaman" ujar Vera. "Iy.. iya.. Ver" Nela agak takjub dengan rumah Vera. "Kalian duduk di sini dulu ya.. aku ambilin minum" Syaila dan Nela mengangguk lantas melangkah menuju sofa empuk milik Vera. "Ahya! Kita berangkat nya besok pagi ya.. malam ini, kalian nginep dulu di rumah ku.. soal nya nanti malam aku ada acara majelis taklim mendadak sama keluarga ku" jelas Vera. "Kita nya gimana..." Nela merengut. "Majelis taklim nya pakai zoom kok.." Vera tersenyum. Kedua sahabat nya mengangguk. *** "Nel.. Syaila mana?" Vera merangkul pundak Nela. "Lagi baca buku kata nya" jawab Nela, mata nya masih terpaku pada tumbuhan di belakang rumah, benar- benar pecinta tumbuhan indah sekalii". "Syaila.. Syaila.. kalau sama buku mah, pasti nomer satu" vera Cekikikan. "Yaudah. Eh, udah jam delapan malam nih! Tidur yuk, kita kan berangkat pagi besok" Vera menarik tangan Nela. "Kamu udah selesai zoom nya?" Nela menoleh. "Udah, barusan" jawab Vera. "Syailaaa!" Vera agak teriak. "Apa sihh" Syaila turun dengan mata yang masih terpaku pada paragraf novel. "Ayo tidur, jangan baca buku mulu.. besok kita harus bangun pagi- pagi" ujar Nela. "Hmm, iya dehh" Syaila memberi tanda pada halaman yang terakhir ia baca, lantas menutup buku nya. *** "Vera.. ayo sarapan, ajak teman- teman nya.." Bibi agak berteriak memanggil Vera. "Iya Bi.." sahut Vera. "Hmm.. Oatmel kesukaan ku.." mata Syaila berbinar- binar ketika melihat semangkuk Oatmel di meja. "Shut! Jangan ngomong gitu, nggak enak.. emang ini rumah kamu" Nela menegur Syaila agak berbisik. "Gak papa, ini juga makanan favorit ku sama Nina, santai aja..." Vera tersenyum melihat tingkah kedua sahabat nya "Hehehhe maap yak.." Syaila cengengesan. "Udah, ayo semua makan.. nanti telat loh.." Bibi menyuruh segera. *** Vera menancapkan kaki di jalanan becek, menghirup udara, lantas berpamitan pada Bibi dan Pak Jaka. "Hati- hati disini.. jaga Nina sama teman-teman.." pesan Bibi terngiang di kepala Vera sejak lima menit yang lalu setelah Bibi pergi. "Jadi, sekarang kita kemana dulu ini.." Syaila mengawali pembicaraan sambil berjalan pelan. "Kita ke tempat camping nya dulu, nggak jauh kok.." Vera menunjuk salah satu mobil gunung yang akan mereka naiki. *** "Alhamdulillah, akhir nya selesai juga" Nela mengusap jidat nya. "Yuk cobain masuk ke tenda nya!" Seru Syaila yang di ikuti anggukan oleh teman- teman nya. "Wahhh, bagus sekaliii" seru Nina. "Nela gitu lohh" semua tertawa. "Ayo di tata barang- barang nya.. jangan diem mulu, nggak cepet selesai nanti..." ujar Vera seraya memasukkan tas nya ke dalam tenda. "Siap bu bos!" Nina, Syaila, dan Nina segera merapikan tas masing-masing. Piknik yang menyenangkan. *** "Nggak kerasa yah, besok pagi kita pulang! Padahal, kan disini seruu, dari pada di rumah.. Adik ku gangguin teruss.. yang minta uang jajan lah, minjem laptop lah.. capek tau ngga sih" gerutu Nela. "Xixixixi, sabar kali Nel.." Vera cekikikan. "Nggak usah sedih Kak.. kan masih bisa besok- besok lagi piknik nya.. syukuri juga Kak.. Kak Nela masih mending punya Adik, keluarga...walaupun kata Kak Nela Adik Kakak nyebelin.. dari pada Nina, nggak punya Adik, apa lagi keluarga" ujar Nina agak menunduk. "Tuh Nel.. dengerin Nina.. bersyukur... Nina nggak punya keluarga, masa kamu yang punya keluarga mau ngeluh.. udah besar kok kalah sama anak kecil pemikiran nya" ujar Syaila, tangan nya membuka halaman per halaman buku. "Iya, iya.. makasih Nina.. udah ngajarin Kakak betapa penting nya mensyukuri nikmat Allah.." Nela menyunggingkan senyum palsu, tertawa dalam hati. "becanda juga..". *** "Assalamualaikum.. Vera pulang" ujar Vera di depan pintu. Bibi dan Pak Jaka menunduk, "ada apa ini? Ngga biasa nya..". "Bi, ada apa?" Tanya Vera, tangan nya masih menggandeng Nina. "Ver.. ikutin kata Bibi, sembunyikan Nina!" Bisik Bibi. "Kenapa Bi.." Vera tampak masih bingung. "Cepat!" Kali ini Pak Jaka berbicara. "Ada apa sih.." Vera masih keheranan. "Pulang juga ya.." sindir Papa yang tiba-tiba keluar dari ruang kerja nya. "Papa.." Vera melongo. "Itu siapa yang kamu gandeng, anak kumus-kumus gitu kamu jadikan teman?" Lanjut Mama. "Nina, kamu ke Bibi dulu ya" ujar Vera, Nina mengangguk lantas memeluk Bibi. "Ma, Pa, siapa bilang Nina anak kumus- kumus? Ngaco aja kalau ngomong" Vera melihat kedua orang tua nya. "Kan emang, ngga level sama kita.. terus, sekarang kamu ajak dia tinggal di rumah kita, gitu?" Mama memutar bola mata nya, kesal. "Ma, selama ini.." kata- kata Vera terpotong oleh Papa. "Kamu anak aneh, miskin lagi.. terus enak aja tinggak di rumah mewah, heh!" Papa memelototi Nina. "Maaf.." Nina hanya bisa berkata 'maaf' "Maaf, maaf! Kamu kira gampang cuma maaf doang, dasar anak miskin! Jelek!" Mama kembali menegur Nina. Nina menangis. "Pa, Ma! Selama ini Papa sama Mama kerja! Siapa yang ngerawat Vera, lihat Vera Ma! Vera juga manusia, punya perasaan.. Vera nggak punya teman.. nggak boleh main keluar soal nya anak- anak di luar nggak level, gitu? Semenjak Mama sama Papa sering keluar negeri, Mama udah nggak pernah ngajak Vera main.. nggak pernah nemenin Vera belajar, semua nya di kasih ke Bibi sama Pak Jaka, Vera kangen Mama sama Papa yang dulu.. yang selalu dengerin curhat Vera, Yang nemenin Vera belajar, entah apa yang buat Mama sama Papa seperti ini Vera ingin keluarga kita yang dulu.. tanpa asisten rumah tangga, Mama bisa ngurus semua nya.. sekarang kenapa jadi nya gini" Vera menangis sesenggukan. "Mama sama Papa kerja itu juga buat kamu Vera!" Tegur Papa. "Vera lebih baik nggak dapet makan dari pada kehilangan keluarga Vera!" Tegas Vera. Vera menarik tangan Nina menuju kamar nya lantas berkata "kalau Mama sama Papa ngelarang atau ngusir Nina dari sini, Vera juga mau pergi nemenin Nina!" Jelas Vera. Semua diam seribu bahasa. *** "Vera ayo makan!" Teriak Mama dari depan pintu. "Ngga selera" Vera menjawab dari dalam. "Nin.. kamu lapar?" Tanya Vera. Nina mengangguk "sedikit Kak, nggak usah makan juga nggak papa, Nina udah biasa kelaparan" "Emm, Kakak ada selai coklat sama roti, kamu makan ya" Vera membuka kulkas mini yang ada di kamar nya. "Kakak juga.." Nina menjawab. Vera mengangguk, Lantas mengoleskan selai coklat pada permukaan roti. *** "Hoamm" Vera melihat jam dinding bermotif burung hantu di kamar nya. " udah jam tiga, shalat tahajud dulu ah" batin Vera. "Lah.. Nina mana?" Vera kaget, melihat kasur di sebelah nya kosong. "Nin, Ninaa!" Teriak Vera membuka pintu kamar nya. "Bi, lihat Nina?" Tanya Vera cemas. "Nggak tuh, tadi terakhir lihat dia lagi shalat tahajud, terus nggak tahu lagi.." jawab Bibi. Bukan jawaban yang bisa meredakan hati Vera, malah tambah membuat kacau hati Vera. Vera berlari menuju luar rumah, melihat mobil sport yang hendak masuk "seperti mobil Papa.." "Pa, Ma.. dari mana, pagi buta kayak gini keluar" tanya Vera. "Dari nganterin anak miskin itu ke panti asuhan" jawab Mama santai. "Hah! Nina di buang, tega banget sih!" Vera menitikan air mata. "Syut! Jangan rame, masih pagi ini" tegur Papa. Vera tak peduli, lantas berteriak "Mama sama Papa jahat!" Vera menutup pintu dengan keras. "Loh, Vera kenapa?" Tanya Bibi. "Nina.." Vera menangis sesenggukan "di buang Bi.." "Sabar, ini semua takdir Allah.. barang kali itu tempat yang terbaik buat Nina" Bibi mengelus kepala Vera. "Mama sama Papa emang jahat, nggak sayang lagi sama Vera!" Hati Vera berkecamuk. "Nggak boleh ngomong seperti itu Vera..." tegur Bibi. "Di balik semua ada hikmah nya, belajar menerima takdir Allah.. yang ikhlas.. lebih baik Nina di panti kan.. daripada di sini dia tertekan, karena pasti dia di marahin sama orang tua nya Vera" lanjut nya. Vera mengusap air mata nya *** "Vera! Ayo sekolah, udah jam tujuh ini.." teriak Papa. "Males sekolah!" Jawab singkat Vera. "Anak durhaka kamu!" Teriak Mama. Vera menangis, tak menyangka orang tua nya akan berkata seperti itu. "Apa aku ya.. yang kurang ajar sama Mama sama Papa" batin Vera mulai menyadari kesalahan nya. "Tau ah! Mama sama Papa juga gak meduliin aku" perasaan Vera dongkol kembali. *** "Veraa, ayo keluar kamar.. masa dari kemarin nggak keluar kamar?" Bibi mengetuk pintu kamar Vera. "Nggak Bi.. males" saut Vera dari dalam kamar. "Ini ada Syaila sama Nela" Bibi melanjutkan. "Suruh mereka pulang aja Bi.. lagi nggak pengen main" jawab Vera. "Nggak enak Ver.. udah datang ke sini masa di biarin suruh pulang.." tegur Bibi. "Iya, masuk" Vera pasrah. "Ver, kamu kenapa nggak masuk sekolah?" Tanya Syaila. Vera menunduk, lantas menceritakan insiden semalam. "Oh.. gitu, menurut ku.. ikhlasin aja Ver.." Nela menanggapi. "Kamu harus nerima takdir Allah.. kan kita bisa jenguk Nina juga di panti" lanjut Syaila. "Iya, iya.. aku tahu, masalah nya aku nggak tahu dimana panti asuhan nya.." Vera menatap kedua sahabat nya. "Coba, nanti kamu tanya sama Mama sama Papa kamu.. barangkali aja, beliau mau ngasih tahu" usul Nela. "Ya, nanti ku coba" tampak Vera telah mengerti. "Tapi, janji! Besok kamu harus masuk sekolah" ucap Syaila. "Iya, iya.." Vera tersenyum kembali. Ah, senang nya memiliki sahabat yang pengertian. "Eh" "Ngomong-ngomong kalian masuk lewat mana? Kan Mama sama Papa ku nggak ngebolehin kalian masuk" Vera kebingungan. Syaila dan Nela tersenyum, saling berhadap-hadapan. "Kamu akan tahu besok pagi" batin Nela *** "Akhir nya anak Mama turun juga.." ujar Mama melihat Vera menuruni tangga. "Hm.." Vera hanya menyunggingkan senyum palsu demi melegakan hati Mama dan Papa. Vera duduk di kursi meja makan, lantas meneguk susu nya. "Ma, Pa... Vera cuma mau tanya, panti asuhan mana tempat Mama sama Papa ngebuang Nina" tegas Vera. "Em.." Papa menggaruk kepala nya. "Jawab Pa!" amarah Vera mulai memuncak. "Iya, sabar.." ucap Papa. Papa dan Mama mendekati Vera lantas memeluk nya. "Vera, maafin Mama sama Papa.. selama ini Mama sama Papa nggak peduli sama kamu.. nggak ngebolehin kamu main dan segala macem" kata- kata Mama membuat Vera terharu. "Iya Ma, Vera juga minta maaf.. Vera udah bentak Mama sama Papa" Vera memeluk erat kedua orang tua nya. "Makasih Ma, Pa.. udah jadi orang tua terbaik buat Vera, Makasih udah sabar ngerawat Vera dari kecil, makasih udah peduli sama Vera, biayain sekolah Vera... Mama dan Papa adalah segala nya, harta terindah yang Vera miliki.. Vera nggak tahu apa yang terjadi kalau Mama sama Papa nggak ngerawat Vera dulu.. mungkin Vera jadi gelandangan, anak bodoh yang nggak sekolah.. Vera nggak bisa ngebayangin itu semua.. Vera bersyukur punya orang tua seperti Mama dan Papa, semoga kita di pertemukan bersama- sama nanti di syurga, Amin.." ~Vera _____ Assalamualaikum.. Hai teman-teman.. Alhamdulillah.. akhir nya cerpen ku udah selesai.. Thanks buat sobat sasisabu yang nggak bisa ku sebutin satu-satu Buat Fatimah, Caera, dan buat semua nya yang udah mgedukung aku Sekian dari aku Salam manis dari Caesa🥰 Assalamualaikum... byee Ohya! Comment di bawah Aku juga perlu kritik dan saran kan..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren caesaaa! Bikin lagi dooong

03 Feb
Balas

InsyaAllah.. ksh usul dongg aku hrs bikin genre apa.. Tapi yang cerita nya enteng dan ringan aja.. Jangan yang brt2

03 Feb

Keren caesa!!lanjut terus!!◉‿◉

03 Feb
Balas

Sama²

03 Feb

halo kakkk ceritanya baguss banget kaka semangat teruss

03 Feb
Balas

Makasihhh

03 Feb

sama sama kak ayo lagi kakk kaaka pinter lohh

03 Feb

Iya insyaAllah.. Km jg pinter nulis kokk Tiap hari ng post Aku nggak trll rajin ngepost Mantap Caeraaa

03 Feb

Nggak tahu mau bicara apa, menurut aku udah bagus. Bahkan mampu membuatku terdiam :b

03 Feb
Balas

Bisa ajaa Punya Kakak kuga bagus.. Makasih ya kakk. Ini juga aku msh belajar

03 Feb

bagus ceritanya, ini ada lanjutannya atau udah selesai? oiya salken ya aku Asiyah kls 7, follback yhh

03 Feb
Balas

Ini udah selesai InsyaAllah mau bikin yang lain lagi.. Sy kls 6 Panggil aja Caesa

03 Feb

Ini udah selesai InsyaAllah mau bikin yang lain lagi.. Sy kls 6 Panggil aja Caesa

03 Feb

Ini udah selesai InsyaAllah mau bikin yang lain lagi.. Sy kls 6 Panggil aja Caesa

03 Feb

ohh oke, kutunggu ya ~v~

03 Feb

Okayyy makaish kakakk

03 Feb

iyaaa

03 Feb



search

New Post