Fitria Restunugraha

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Maaf dari Kami untuk Pak Tjutjuk

Maaf dari Kami untuk Pak Tjutjuk

Maaf dari Kami untuk Pak Tjutjuk

Oleh: Fitria Restunugraha

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Mereka dengan sabar mengajari kita tentang segala hal. Tanpa adanya guru, mungkin sampai saat ini kita bukan apa-apa. Jasa mereka begitu besar. Mereka menuntun kita sampai ke jalan kesuksesan. Ketika kita melakukan kesalahan, mereka dengan ikhlas memaafkan.

Kita semua tentu mempunyai guru favorit. Begitu pun denganku. Aku mempunyai seorang guru yang sangat berkesan selama berada di MTs. Beliau adalah wali kelasku sendiri, Pak Tjutjuk. Pak Tjutjuk menjadi wali kelasku sejak kelas 7. Aku sudah mengenalnya selama 1 tahun lebih. Beliau juga salah satu guru yang mengajar di kelasku. Beliau dengan sabar mendidik anak kelasnya. Padahal kami sedang berada di masa pubertas. Masa-masa di mana rasa ingin tahu kami meningkat. Terkadang kami melakukan beberapa kesalahan kecil di masa remaja ini. Namun tidak dengan pengalaman kami yang satu ini.

Suatu hari kami telah membuat kesalahan yang cukup fatal. Satu kelas terlibat di dalam masalah ini. Ada beberapa anak yang menangis karena menyesal telah menyebabkan masalah untuk yang kesekian kalinya. Kami meminta maaf kepada Pak Tjutjuk melalui groupchat. Namun, tidak ada respon apapun dari Pak Tjutjuk. Kami mengira bahwa Pak Tjutjuk sudah sangat kecewa. Aku pun bingung harus bagaimana. Rasa bersalah menghantui kami semua. Aku berdiskusi dengan teman-teman yang lain tentang bagaimana kita akan menghadapi masalah ini. Kami sepakat untuk meminta maaf kepada Pak Tjutjuk dengan memberi sedikit bingkisan sebagai tanda permintaan maaf. Aku yang ditugaskan untuk membeli bingkisan tersebut.

Singkatnya, pada hari Senin kami memberikan bingkisan tersebut bersama-sama. Kami pergi ke ruang guru untuk mencari Pak Tjutjuk. Setelah Pak Tjutjuk keluar, kami langsung meminta maaf kepada beliau atas kesalahan yang telah kami perbuat beberapa hari lalu. Beberapa di antara kami ada yang menangis. Syukurlah, Pak Tjutjuk menerima permintaan maaf kami. Beliau juga menasihati kami agar tidak mengulanginya lagi.

Pak Tjutjuk juga sering bertanya bagaimana kabarku, bagaimana proses belajarnya. Pada suatu saat, Pak Tjutjuk bertanya tentang bagaimana belajarku. Jujur saja pada saat itu nilaiku memang agak menurun. Aku menjawab, “Baik-baik saja, pak.” Namun beliau seperti tidak puas dengan jawabanku. Pak Tjutjuk kembali bertanya, “Kamu kenapa kok seperti tidak ada semangat belajar?” Aku menjawab dengan kalimat yang sama seperti pertanyaan sebelumnya. Saat itu aku memang sedang tidak semangat belajar, entah kenapa. Pak Tjutjuk bisa sepeka itu terhadap suasana hati anak didiknya. Kemudian beliau memberikan motivasi kepadaku, agar aku kembali semangat untuk belajar.

Terkadang aku berpikir, sudah berapa banyak kesalahan yang aku perbuat? Namun Pak Tjutjuk tetap memaafkan kesalahan-kesalahanku itu. Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Tjutjuk. Maaf karena telah banyak mengecewakan bapak. Terima kasih atas jasa-jasa yang telah bapak berikan kepada kami.

***

Jember, 20 November 2023

Biografi penulis:

Fitria Restunugraha, lahir di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 20 September 2009. Sedang menempuh pendidikan di MTsN 2 Jember. Duduk di bangku kelas 9. Dapat dihubungi melalui e-mail, [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post