Fatimah Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Duduk Di Jendela, Dan Melihat Dunia New ( Bab.3 Dasar Tukang Ngarang 2)

Duduk Di Jendela, Dan Melihat Dunia New ( Bab.3 Dasar Tukang Ngarang 2)

Bab.4 Dasar Tukang Ngarang (2)

Sore ini, aku berjalan mebawa sebuah buku tulis ditanganku. Ya! Sore ini aku akan menunjukkan karyaku dan akan dinilai oleh Pak Ilham. Sore ini, aku dan Amir akan menunjukkan karya masing masing. Kami memang belum bilang ke Pak Ilham kalau akan meminta tolong menjadi juri diantrara kami berdua, tapi mudahnya kami tinggal mengetuk pintu rumahnya dan meminta pendapat tanpa memberitahu ini adalah pertandingan. Mudah bukan? kalau ada yang mudah kenapa harus yang susah?

Saat melewati langgar (mushala) kampung, aku melirik ke arah jam didepan pintu masuk sebentar, ternyata masih jam 04.30 sore, masih ada waktu setengah jam. Aku berjalan santai, aku memutuskan berjalan melewati hutan. Menikmati kicauan burung burung dan udara segar. Sial! Ternyata aku bertemu Amir ditengah hutan, jalan menuju ruma Kirana hanya satu jika datang dari arah hutan dan kebun kopi. Akhirnya aku dan Amir berjalan bersama dengan rasa benci, tertantang, dan berbagai emosi lainnya. Pertandingan itulah yang memunculkan banyaknya emosi yang tiba tiba saja datang.

Sayang... ditengah jalan, aku beberapa kawanan monyet menghadang. Mereka sedang berkumpul di 3 deretan pohon yang sedang berbuah, sekarang memang sedang musim buah, monyet monyet liar terlihat dimana mana. Bergelayut dipohon pohon, dan melahap buah buahnya, mereka seperti tidak pernah makan saja.

Aku menelan ludah, mundur satu langkah, aku takut dengan monyet. Monyet liar tidak jinak, seminggu lalu ada penduduk kampung yang nekat mengusir monyet monyet yang menghadang jalan saat pulang dari kebun, monyet monyet itu marah dan mengeroyok orang itu. Ia luka parah, sampai harus di bawa ke puskesmas kota kecamatan, bahkan dari bisik bisik penduduk kampung, katanya sampai harus dijahit karena kulitnya dicakar oleh kuku kuku tajam monyet monyet itu.

Aku terus mundur perlahan, “kamu takut? Penakut!” Amir sudah mulai mengejekku, “bahaya Amir!” aku melotot, “tidak ada yang bahaya,” Amir berkata santai. “Kamu dengar tentang petani yang dikeroyok monyet seminggu lalu kan?” aku mengingatkan, “petani itu mengusir dengan kasar! Aku bisa mengusir dengan halus” kata Amir sombong. “Terserahlah! Diingatkan tidak mempan! Ngeyelan (keras kepala)!” aku akhirnya berbalik.

Baru saja membalikkan badan, “Lia! Tolong!” Amir berkata pelan, aku menoleh. Mataku terbelalak, kaget, satu ekor monyet mendekati Amir. Berjalan pelan, dia tertarik dengan pisang dikeresek hitam yang dipegang Amir, aku tidak tahu kenapa ia membawa pisang. Yang jelas, ini bahaya! Monyet itu bisa saja tiba tiba loncat mencakar tangan Amir dan mengambil kereseknya! Aku menelan ludah, “aku juga takut...” aku berbisik. Takut terdengar oleh monyet monyet itu, padahal tadi aku memarahi Amir dengan suara keras.

Monyet itu semakin mendekat, sekarang Amir sudah hampir sampai diposisiku, aku ikut berjalan mundur. Pelan... kalau kami berlari, itu akan mengagetkan monyet monyet lain dan sangat beresiko. Jelas sekali, mata monyet ini tertuju pada kresek hitam yang dipegang Amir, aku menelan ludah. Kakiku bergetar, dulu aku sama sekali tidak takut dengan monyet, setelah kelas 4 SD aku menyadari monyet liar sangat menakutkan jika sedang marah atau tidak terkendali.

Aku terpojok di sebuah kebun kopi, berbahaya jika aku jalan mundur melewati kebun itu, banyak tanaman tanaman berduri dan pohon pohon kopi. Kalau kami menabrak satu pohon kopi, entah bagaimana nasib kami, tentu saja sang pemilik marah. Aku berhenti, sebelum berbelok perlahan, monyet itu sudah lompat merebut keresek itu dari tangan Amir. Aku segera berbalik, menjauhi monyet itu.

Baru seperempat perjalanan, dibelakang kami, monyet itu berlari mengejar kami. Spontan, kami berlari sangat cepat menuju kampung. Kami tidak bisa berteriak, seakan ada yang menyuruh kami diam tidak bicara, detak jantungku berdetak lebih kencang. Wajahku pucat, dahiku banjir keringat. Mataku terus terbuka, kakiku tidak mau berhenti berlari. Aku terlalu takut untuk berteriak minta tolong, mungkin karena kaget.

Monyet itu berlari lebih kencang, entah kenapa monyet itu tidak bergelayut dipohon. Aku terus berlari, hingga kampung terlihat, aku mempercepat langkah kaki. Sebelum tiba dikampung, monyet itu berhasil menyobek baju Amir, untung saja tidak terkena kulitnya. Monyet itu berhenti berlari, mengamati sobekan kain itu lalu berlari lagi.

Nafasku tak beraturan, kakiku memaksaku berhenti kali ini, tetapi mana mungkin aku duduk sedangkan di belakangku ada monyet yang mengejarku? Setelah 5 menit, aku sudah tidak kuat, akhirnya terduduk lemas. Amir yang melihatku terduduk langsung meraih tanganku, “jangan berhenti dulu!”. Aku terus berusaha. Berlari dengan sisa sisa tenaga, hingga akhirnya tiba di langgar kampung yang tidak jauh dari jalanan kebun. Disitu, beberapa Bapak Bapak sedang duduk duduk diteras langgar. Melihat kami berdua yang berlari dengan monyet yang juga berlari kencang, Bapak Bapak itu segera bangkit mengusir monyet monyet itu dengan galah milik salah satu penduduk.

Akhirnya aku terduduk lemas ditanah, Ibu Ibu yang mendengar keributan itu melongokkan kepala dari jendela rumah masing masing, lalu keluar membawa air untuk kami berdua. Tanganku bergetar saat mengambil air putih dari tangan seorang penduduk yang menyodorkan air. Setelah 15 menit beristirahat, kami menceritakan kejadian tadi. Dan tentu saja! Kami tidak jadi berlomba. Aku dan Amir juga sudah berbaikan.

Tamat

Assalamu'alaikum semua!

Apa kabar?

Jadinya aku putusin buat tetep post disini.

Dan maaf, baru post sekarang hehe.

Semoga ngga mengecewakan ya!

Terima kasih.

Bye!

wassalam!

Salam: Fatimah Aida

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

19 Feb
Balas

makasih caesaa

20 Feb

MSsma

20 Feb

Waah. Mataku melongo membaca ceritanya. wkwkwk

26 Feb
Balas



search

New Post