Fatimah Aida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Apa? ( cerpen bag.2)

“Lyana! Bisa perkenalkan dirimu?” ternyata Lyana juga murid baru. Lyana berdiri, hei? Bagaimana ia memperkanalkan diri? Ia kan bisu gumamku. Lyana maju kedepan, menulis sesuatu dipapan tulis, ia menulis kalimat yang sama seperti saat berkenalan denganku. Teman teman sekelasku mematung, tetapi tidak ada keributan. Lyana kembali k twmpat duduknya, untung saja teman teman tidak ada yang ribut bisik bisik dengan teman sebangku mereka.

Beberapa jam belajar, akhirnya bel istirahat pertama berbunyi, “Lyana, mau makan camilan denganku dikantin?” tanyaku, “tidak, terima kasih. Tetapi boleh belikan aku makanan? Maksudku, aku yang membayar tetapi tolong kamu yang kekantin,” tulis Lyana, aku menangguk. Lyana menyerahkan uangnya, “mau pesan apa?” tanyaku, “air dingin dan sosis bakar saja,” tulis Lyana. “Mau ke kantin ya? Ikut ya!” Jilan tiba tiba muncul dibelakangku, “kamu punya kekuatan apa sih? Bisa muncul dimana mana!” Jilan tertawa kecil, “aku lahir di planet magic lalu pindah ke bumi dan sekolah di sekolah ini!” jawaban Jilan bagaikan teks mengejutkan di novel fantasi. Tetapi, tentu saja itu bohong, mudah menebkanya.

Aku dan Jilan berjalan keluar kelas, meninggalkan Lyana sendirian dikelas. Aku tidak berpikir panjang ketika meninggalkan Lyana sendirian. “Pesan apa lan?” tanyaku, “entah,” jawab Jilan pendek. “Lalu? Kenapa ikut aku ke kantin?” tanyaku bingung, “tak apa!” jawab nya singkat. Mungkin Jilan sedikit aneh? sepertinya itu sifatnya. Aku memesan pesananku dan Lyana, lalu kembali kekelas.

“Namamu siapa!?” teriakan terdengar dilorong menuju kelasku, mungkin karenba jarak dengan antara kami dan kelas 4 A, suara yang sebenarnya tidak keras jadi terdengar. Aku dan Jilan bertatapan. “Jawab! Mau apa ambil buku?! Kami hanya ingin kenalan! Jawab!” ‘buku?’ pikirku, Lyana! Apakah yang diteriaki itu Lyana? Mataku terbuka lebar, Jilan masih memikirkan teriakan itu, aku berlari meninggalkannya. “Hana! Mau kemana? Hei!” Jilan masih belum paham, aku tidak memedulikan Jilan, berlari sekencang yang kakiku bisa.

Akhirnya aku sampai dikelas, “kau sedang apa?!” tanyaku kepada anak laki laki yang menghadang ditengah tengah antara pintu kelas dan aku. “Kalau mau lewat, lewati aku dulu!” astaga, kukira anak laki laki yang mengganggu karena tidak ada kerjaan hanya ada disekolahku yang dulu. “Kenapa anak sepertimu harus ada disekolah ini sih!” aku mulai emosi, “mana aku tahu! Tanya sama Allah!” cerdas sekali anak ini! Mungkin dia raja debat juara satu disekolah. Aku berpikir keras untuk melewati anak menyebalkan ini, ‘bagaimana kalau menipunya sedikit? Tidak tidak! Dia pasti tahu kalau aku menipu!’ pikirku.

“Ini!” aku menyodorkan 10 buah permen, “aku tidak mau!” katanya, aku menepuk jidat. Susah sekali melawannya! Karena emosi, aku mendorongnya dan menerobos masuk kedalam kelas, ‘kenapa tadi aku melayani nya sih? Orang seperti ia seharusnya dibiarkan!’ pikirku kesal. Aku seperti tidak pernah menghadapi anak menyebalkan saja! “hei! jangan lari!!” anak laki laki itu berteriak.

Di meja Lyana, seorang anak perempuan sudah memelototi Lyana dengan buku kecil sebagai alat komunikasi Lyana ditangannya, “hei! kenapa kau memelototi Lyana?” aku berseru, “bukan urusanmu!” jawabnya. Aku semakin berapi api, “BERITAHU AKU! SEKARANG!” aku berkata tegas. Bukannya menjelaskan alasannya marah dengan Lyana, anak itu malah menendang kakiku, memang tidak keras tetapi cukup membuat orang naik darah. Aku memelototi anak itu, “baguslah yang kamu tendang aku, kalau kakakku, kau sudah habis!!” desisku sembari mencubit lengannya.

“Kamu sebenarnya mau apa sih? Marah marah tanpa alasan!” kataku kesal, “sudah kubilang bukan urusanmu!” “tapi dia temanku! Kalau dia ada maslah, aku harus membantu!” kataku tegas. “Teman ya... kalau begitu, beritahu aku siapa namanya! Kau tahu?! Saat kutanya siapa namanya dia tidak menjawab, malah menulis!” anak itu menjelaskan dengan penekanan pada kata ‘dia tidak menjawab’.

Aku menghela napas, ternyata itu masalahnya. “Hei, jangan marah dulu, dia...” “aku tidak mau dengar alasanmu!” anak itu memotong kalimatku, “kalau kau tidak tahu alasannya mana bi..” “apa?!” lagi lagi ia memotong kalimatku. “Jangan memotong kalau aku sedang bicara!” kataku tegas, deru nafas kami terdengar. Lyana tidak bergerak, mematung melihat kami bertengkar.

“Dia bisu!” kataku singkat, menjelaskan anak itu dengan kalimat panjang tidak ada gunanya, lebih baik menggunakan kata singkat. Mata anak itu terbelalak, “b...b...bi..su?!” anak itu memastikan ia tidak salah dengar, aku mengangguk. “Bohong!” ia masih membantah, “keras keapala! Dia bisu! Kau dengar kan aku bilang apa? B.. I... S... U!” aku mengulangi kata itu, bisu. “Lalu buku ini buat apa?” tanyanya sembari menunjuk buku kecil Lyana, “berkomunikasi” jawabku singkat. “Maafkan aku, aku dari kelas 4 C, namaku Aya, salam kenal!” Aya memperkenalkan diri dan meminta maaf, “tidak apa apa” tulis Lyana. Aya tersenyum senang.

Bel sekolah berbunyi, aku duduk dibangku ku. “Dari mana saja?” tanyaku kepada Jilan yang baru masuk kelas, “panjang ceritanya... nanti saja,” kata Jilan dengan nafas terengah engah.

Tamat

Assalamu'alaikum semua!

Maaf yaa kalau kurang memuaskan.

terima kasih udah baca ceritaku.

bye!

wassalam.

Salam: Fatimah Aida

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Liyana kan Saia, tapi lyana sih ya, sama pokoknya, dulu aisha, sekarang Liyana, besok Zahira? Fatimah, fatimah

07 Mar
Balas

heheee

07 Mar

tapi yang ini Lyana kok, kamu kan Liyana

07 Mar

iyaiya tauk, yang penting mirip, besok mau zahira?

09 Mar

ratu debat bukan dia! kam juga tau itu kanTwT

09 Mar

wkwkwkwkw, ngg lah

12 Mar

Hei! Aku menangis membacanya T~T

07 Mar
Balas

wkwkwk, kenapa? :(

07 Mar

Ikut emosi trs ngantuk.. ya udah nangis dikit >v<

07 Mar

>0<

07 Mar

Bagus banget

25 Mar
Balas

makasih haniin :D

25 Mar

kereenn..

07 Mar
Balas

makasih niznaaa, ada kritik atau saran ga? biasanya kan kamu pinter klo kasih saran v:

07 Mar

tentu tidak! untuk kali ini ngga ada ya daa.. keren kok..

07 Mar

eh, tunggu2.. Aku punya saran sih, saranku coba deeh ceritanya di panjaangiiinn lagii.. bisa kan? wkwk

07 Mar

okk makasih sarannya niz :), sudah kuduga kamu selalu punya saran

07 Mar

Iya, iyaa.. masama daa

07 Mar

:)

07 Mar

Aida lanjutin donk

10 Mar
Balas

Itu cerita asli?

10 Mar

ngga, it udah selesai

12 Mar

Cepet banget TwT

17 Mar

hihiiii

24 Mar



search

New Post