Fathiyah Azmi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter O1 ; Ayah Harta Berharga Haikal

Memasuki akhir tahun, tentu membuat para pelajar disibukkan dengan persiapan ujian akhir. Tentunya pelajar seperti Haikal dan temen-temannya juga akan disibukkan mempersiapkan diri untuk melaksanakan ujian akhir tahun. Dengan ide cemerlang Jendral, keempat anak muda itu memutuskan untuk belajar bersama di rumah si kembar. Benar, Jendral dan Jeandra adalah dua saudara kembar. Tak lupa, si pendek nan pintar Ravael. Sangat menyenangkan bukan, jika melakukannya bersama teman.

Terlihat dari wajahnya, Haikal yang tampak kebingungan memahani berbagai rumus matematika. Sudah 3 kali Ravael menjelaskannya, Ravael yang tak segan memarahi Haikal yang masih saja tak memahami rumus-rumus itu. Mengingat fakta bahwa matematika merupakan pelajaran yang cukup rumit.

“Apakah kita perlu menyediakan ring tinju ?” Jeandra benar-benar gemas melihat Haikal yang tak ada perubahan sejak 3 jam lalu. Di sambut dengan suara tawa Jendral, dan helaan nafas pasrah dari Ravael.

“Aku lapar” Begitulah jawaban Haikal. Menutupi rasa marah dan kecewa pada dirinya, Haikal rasa lebih baik menutupi itu dari teman-temannya. Haikal tidak menyukai matematika, selain membuatnya di ejek terus-menerus oleh Ravael hal itu juga yang membuatnya harus menetap di kelas B.

Jendral adalah seorang yang sangat pengertian, “Tadi aku sudah pesan makanan. Hari ini bunda gak masak, kemarin bunda ikut papa rapat di luar kota.” Lalu, dia mendudukan dirinya di samping Jeandra yang tengah berbaring.

Baru saja hendak mengobrol lagi, terdengar suara bel yang cukup kencang. Di dahului oleh Jendral yang memimpin jalan, serta ketiganya berbaris rapih mengikuti Jendral menuju lantai bawah. Seperti anak TK yang ingin menyeberangi jalan bersama Ibu Guru di depannya. Ketiganya kini sedang menunggu Jendral yang tengah mengambil makanan di meja makan.

“Babaku juga sedang keluar kota. Apa mungkin mereka rapat bersama ?” tanya Ravael yang membuka percakapan dengan nada terheran-heran.

“Mungkin saja. Ayahmu bagaimana, Kal ?” sahut Jeandra yang ikut memasuki obrolan tersebut.

“Entah, Ayahku terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini.” Nadanya terdengar sedih, terlebih lagi kesibukan ayah benar-benar mengalihkan perhatian ayah dari jagoan kecilnya. Dan hal itu juga yang menjadi alasan Haikal tidak fokus selama belajar tadi.

“Coba hubungin Tante Vetha, tanya apa Om Jeri ada disana” saran Ravael memang terbaik. Dan dengan segera Jeandra mencari kontak sang ibu untuk di hubungi. Kini keempatnya terduduk di atas kasur kesayangan milik Jendral.

Terdengar nada dering dari benda pipih itu, berharap yang di seberang sana segera mengangkatnya. Lalu Jeandra menekan tombol speaker. “Halo. Ada apa, Jeandra ?”

“Halo, Bun. Ada yang ingin di tanyakan” jawab Jeandra pada pertanyaan sang bunda.

“Silakan. Ada apa, sayang ?” Bunda Vetha benar-benar wanita yang lemah lembut. Tentu saja Tante Vetha atau ibu dari si kembar Jendral dan Jeandra sangatlah berjasa bagi Haikal.

“Halo tante, maaf menggangu waktunya. Ini Ravael, mau tanya. Apa benar baba rapat bersama Om Jeff ?” Ravael hanya ingin memastikan bahwa benar babanya sedang bekerja dengan Om Jeffrey, karena kemarin babanya hanya mengatakan akan bekerja di luar kota.

Terdengar kekehan kecil dari seberang sana, seolah tau bahwa Ravael tengah mencurigai babanya sendiri, “Iya, Rava. Babamu sedang rapat dengan Om Jeffery sekarang. Nanti tante beri tahu Yudha ya.” Ujar Vetha di seberang sana yang berusaha meyakinkan Ravael, dan membuat Ravael terlihat lebih tenang sekarang.

Kini, Haikal terlihat tengah dilanda rasa ragu sampai memainkan kancing bajunya sambil menundukan kepala. Sekali lagi, Jendral benar-benar seseorang yang mampu mengerti perasaan orang terdekatnya. “Lalu bagaimana dengan Om Jeri, Bun ?”

“Om Jeri ? Tidak ada, hanya ada perwakilan berupa sekertarisnya. Haikal, sayang. Bunda yakin ayahnya Haikal pasti sedang sibuk bekerja untuk Haikal. Jangan khawatir ya, sayang. Percaya deh, ayah pasti pulang. Oh iya, bunda punya susu cokelat kesukaan Haikal loh. Ada di kulkas, buat Haikal aja ya sayang.” Tentunya Vetha tahu, Haikal kini sedang memikirkan Jericho dan mengkhawatirkannya.

“Terima kasih, Tante Vetha” Suaranya terdengar parau, berusaha menahan tangisnya. Jericho adalah satu-satunya harta berharga yang Haikal punya. Kehilangan Jericho akan menjadi kehancuran bagi Haikal.

Setelah sambungan telfon itu di matikan, terdengar isakan tangis Haikal. Menundukan kepala, dan mencengkram tangannya hingga memerah. Pekerjaan Jericho benar-benar menyita perhatiannya dari Haikal, bahkan Jericho tidak membalas pesan dari jagoan kecilnya ini. Jendral yang mengerti susana saat ini, kini ia mengusap punggung bergetar milik Haikal. Tentu ada Ravael dan Jeandra yang ikut menenangkan Haikal kembali.

Mereka melangkapi dan menguatkan. Mungkin kata “teman” tidaklah cukup untuk menjelaskan betapa harmonisnya hubungan mereka. Ada Ravael yang selalu mengusap lembut tangan Haikal, ada Jendral yang selalu mengusap punggung bergetar itu, serta ada Jeandra yang siap memeluk Haikal hingga suara tangis itu mereda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post