Faiza Karimatuz Zahida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

The Adventures Grabiela and Verelina - (2)

“Tapi mau ditaruh mana kelincinya? Entar kalau kamu malah lelah, masa dia disuruh jalan sendiri?” Tanya Verelina.

“Tenang.” Aku menggerakkan tongkat sihirku dan mengucapkan mantra. Sebuah keranjang layang muncul di hadapanku.

“Dia ditaruh di dalam keranjang layang.” Aku meletakkan kelinci putih itu di dalam keranjang layang. Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan.

“Grabi, kita kemana sekarang?” Tanya Verelina. Aku melihat peta itu.

“Hmm… Ke… Situ!” Ucapku sambil memperlihatkan sebuah gua besar kepada Verelina. Aneh. Tadi, sebelum aku mengucapkan ‘ke situ’, gua itu masih berada di tempatnya. Tapi ketika aku mengatakan ‘ke situ’, gua itu tiba-tiba sudah terpampang di depanku dan Verelina.

“Ini?” Tanya Verelina tak percaya.

“Iya.” Aku sudah melangkah memasuki gua itu. Verelina menjajari langkahku.

“Grabi. Suara kita bergema di gua ini. Bagaimana kalau kita sedang bicara tentang rahasia, terus kedengeran sama orang yang berada di dalam gua ini. Nanti rahasia kita terbongkar dong…”

“Ya, ampun Ver… Di dalam gua ini tidak ada siapa-siap selain kita. Tadi sudah aku periksa lewat tongkat sihirku. Tidak ada yang bakalan tahu kalau kita berada di dalam gua ini. Apalagi, sampai tahu rahasia kita segala. Terus ngapain juga bicara tentang rahasia kita di dalam gua? Aneh-aneh saja kamu ini Ver.” Aku tertawa pelan.

Kami terus menyusuri gua ini, aku rasa gua ini tidak berujung. Karena sudah berjam-jam kami menyusuri gua ini, dan tidak dapat keluar dari gua ini. Karena kami merasa lelah, kami pun beristirahat di dalam gua ini.

Esoknya, kami tetap menyusuri gua ini. Meski kami tetap tak tahu gua ini akan berujung dimana. Verelina kumat. Salah satu sifat aslinya adalah cemas dan gelisah. Berkali-kali dia mengatakan yang aneh-aneh.

“Grabi. Kapan kita akan sampai?” Aku hanya dapat menggelengkan kepala. Karena aku memang tidak tahu gua ini akan berujung atau tidak.

“Grabi. Kenapa ada suara-suara aneh. Jangan-jangan ada hantu di gua ini.”

“Nggak ada hantu di gua ini Ver. Itu cuma suara Kalelawar.”

“Kalau suara Kalelawar, berarti gua ini adalah sarang Kalelawar dong. Nanti di depan sana ba...”

“Aduh... Ver. Udah deh, jangan mikir yang aneh-aneh. Mana ada gua yang nggak ada Kalelawarnya. Semua gua itu pasti ada Kalelawarnya. Gua kan memang sarang Kalelawar.” Verelina terdiam.

“Pasti ada yang salah oleh gua ini.” Gumamku dalam hati.

Lalu aku melihat-lihat isi gua ini. Terkadang aku mengetuk-ngetuk dinding gua ini. Nihil. Aku tidak menemukan hasil. Sebenarnya ada apa dengan gua ini?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post