Fadila Amaliah Ramadhani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 2

Chapter 2

Selamat Jalan Kawan

"Maaf, tapi kami tidak bisa menyelamatkannya." kata seseorang dari balik telepon.

Ibu Fany seketika menjatuhkan ponselnya setelah mendengar kalimat tersebut. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Fany telah meninggalkannya. Karena shock, dia pun pingsan secara tiba-tiba. Saat ibu Fany akan segera di larikan ke rumah sakit, Nurul dan Rani datang untuk menjenguknya.

"Ada apa ini om?" tanya Nurul dengan sangat kaget.

"Ceritanya panjang, nanti akan om jelaskan. Sekarang om harus ke rumah sakit dulu." kata ayah Fany sambil menangis.

"lalu mengapa om menangis? Apa ada sesuatu?" tanya Rani.

"Tidak apa-apa nak, nanti kalian akan tahu sendiri. Kalau begitu om pergi dulu." kemudian ayah Fany pun masuk ke dalam mobil.

"Bolehkah kami ikut?" teriak Nurul dari luar mobil.

Ayah Fany pun mempersilahkan mereka untuk ikut ke rumah sakit, dan akan mengatakan semuanya di rumah sakit nanti. Seketika perasaan mereka menjadi tidak enak. "Mengapa ibu Fany tiba-tiba pingsan?" tanya mereka dalam benaknya.

Sesampainya dirumah sakit, suster segera membawa ibu Fany ke dalam IGD. Rasa khawatir Nurul dan Rani kini makin menjadi-jadi. Dia takut jika ada sesuatu yang terjadi dengan Fany sehingga membuat kondisi ibunya menjadi seperti ini.

"Sebenarnya ada apa om?" Nurul mendekati ayah Fany untuk mengetahui yang sebenarnya.

"Kalian harus sabar ya, kalian harus ikhlas. Walaupun semua ini sangatlah berat." kata ayah Fany sambil menangis.

"Sabar? Ikhlas? Untuk apa?" tanya Rani tidak mengerti.

"Kalian sudah kehilangan Fany untuk selamanya, dia telah kembali kepada sang pencipta." air mata ayahnya pun mengalir dengan sangat jelas.

"Tidak! Ini tidak mungkin! Fany tidak akan meninggalkan kami karena kami telah berjanji untuk selalu bersama selamanya." Nurul masih belum percaya atas apa yang dikatakan oleh ayah Fany.

"Maafkan Fany atas semua itu, karena dia telah mengingkari janji nya dan pergi meninggalkan kita semua." kata ayah Fany.

"Tidak om ini tidak mungkin!" kata Rani yang juga tidak percaya.

"Tadi om dan tante mendapat telepon dari pihak kepolisian bahwa mereka telah menemukan Fany, tapi dalam keadaan yang tidak lagi bernyawa. Mereka sudah mengusahakan agar bisa menyelamatkan Fany, tapi mereka gagal." jelas ayah Fany.

Mereka pun menangis sejadi-jadinya atas semua ini. Mereka tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Mereka tidak pernah berpikir Fany akan meninggalkan mereka dengan cara seperti ini. Bahkan mereka selalu berharap agar Fany kembali bersama mereka. Tapi Tuhan mempunyai kehendak yang lain.

"Fany? Kenapa kamu meninggalkan kita semua secepat ini? Kita bahkan belum mencapai cita-cita kita bersama, tapi mengapa kamu pergi begitu cepat?" kata Nurul didalam benaknya.

Mereka pun teringat kepada Sarah. Jika sarah mengetahui ini dia pasti akan sangat shock. Keadaannya juga akan semakin parah sama seperti ibu Fany. Entah bagaimana mereka harus menyampaikannya kepada Sarah. Mereka tidak mau jika sarah terus-terusan dihantui dengan rasa bersalah.

"Tidak om! Saya yakin Fany pasti akan kembali bersama kita." Rani pun mulai bertekad seolah-olah Fany akan kembali bersama mereka.

"Nak, om tahu kalian pasti sangat bersedih atas kejadian ini. Tidak jauh dengan apa yang om rasakan. Fany adalah anak om satu-satunya, putri kecil kebanggaan om satu-satu nya. Tapi kini dia telah pergi meninggalkan om untuk selamanya." kata ayah Fany yang berusaha tegar dihadapan Nurul dan Rani.

"Mengapa dia sangat jahat? Mengapa dia meninggalkan kita semua?" teriak Rani.

"Tenanglah nak, ini semua sudah takdir tuhan. Kita tidak akan pernah tahu apa rencananya selanjutnya." ayah Fany pun menenangkan Rani dan Nurul dan mengantar mereka pulang untuk beristirahat.

Di tengah perjalanan, tidak ada apapun yang mereka lakukan atau mereka ucapkan. Mereka hanya menangis dan terus menangis. Kejadian ini benar-benar diluar kepala. Orang yang kita sayangi telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Apakah kita masih bisa melanjutkan hidup? Mungkin saja bisa, tapi rasanya tidak akan sama saat kita masih bersama orang yang kita sayangi.

"Bolehkah om membawa kami ke rumah Sarah? Kami akan mampir sebentar dan memberitahu dia tentang ini." kata Rani.

"Sebaiknya jangan terburu-buru nak, tunggu dia pulih dulu baru kalian memberitahunya. Om khawatir jika kesehatannya semakin menurun karena ini. Dia pasti akan sangat shock jika mengetahui semua ini." kata Ayah Fany.

"kami akan mencoba bicara yang baik kepadnya. Tapi benar, mungkin bukan sekarang waktunya." kata Rani.

"Tapi tidak apa-apa om, kami akan menemuinya saja untuk melihat keadaannya." kata Nurul.

Ayah Fany pun mengantarkan mereka menuju ke rumah Sarah. Saat mereka sampai, mereka mencoba menjadi baik-baik saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mereka berusaha begitu keeras untuk tersenyum agar Sarah tidak kepikiran dan fokus untuk kesembuhannya terlebih dahulu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh ada kalian. Ayo silahkan masuk." ibu Sarah mempersilahkan mereka untuk masuk.

Sebelum menuju ke kamar Sarah, Rani dan Nurul memberitahu ibu Sarah tentang semuanya. Karena begitu shock, tanpa sengaja ibu Sarah juga menintihkan air mata. Dia sama sekali tidak mempercayai perkataan Nurul dan Rani.

"Tidak mungkin, kalian jangan menjadikan ini lelucon. Fany pasti akan kembali." kata ibu Sarah.

"Semua orang menginginkan agar Fany kembali, tapi tidak dengan rencana Tuhan tante." kata Nurul.

"Dari mana kalian bisa tahu tentang semua ini?" kata ibu Sarah.

Nurul pun menceritakan semuanya, mulaia dari mereka sampai di depan rumah Fany, menuju rumah sakit, hingga diberitahu oleh ayah Fany bahwa Fany sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dan tidak bisa terselamatkan. Ibu Sarah pun mempercayainya sedikit demi sedikit lalu mereka menuju kamar Sarah tanpa memperlihatkan semua kesedihan itu.

"Sarah, teman kamu datang nak." kata ibunya kepada Sarah.

Sarah pun memalingkan pandangannya menuju ibunya yang sedang berbicara. Dia melihat mata ibu dan teman-temannya sedikit sembab.

"Kalian habis menangis?" tanya Sarah.

"hahaha.. Bukan Sar, ini semua gara-gara debu di jalanan dan masuk ke dalam mata kami. Jadinya terlihat sembab dan berair seperti ini." kata Nurul mencari alasan.

"Iya, dan ibu habis potong bawang jadinya mewek deh." ibu Sarah yag tetap berusaha baik-baik saja seolah tidak terjadi apa-apa.

Untungnya Sarah mempercayai omongan mereka semua tanpa menyimpan curiga sama sekali. Sarah pun diminta agar menghabiskan makanannya agar dia bisa cepat pulih kembali.

"Bagaimana dengan Fany? Apakah sudah ada kabar tentangnya? Dia baik-baik saja kan?" kata Sarah.

Nurul dan Rani pun saling bertatapan. Entah apa yang harus mereka katakan kepada Sarah. Tidak mungkin jika mereka mengatakan yang sebenarnya saat ini, itu pasti akan mengganggu proses pemulihan Sarah. Akhirnya mereka tetap memilih untuk menutup mulut.

"Belum ada kabar, semoga saja Fany akan segera kembali bersama kita." kata Nurul dengan hati yang sangat berat dan air mata yang dia tahan agar tidak lolos dari matanya.

"Tenanglah, Fany tidak akan meninggalkan kita tentunya." Rani juga berusaha tegar untuk mengatakan semuanya agar Sarah tidak kepikiran tentang ini.

Sarah mempercayai semua perkataan temannya dan berusaha tenang agar dia bisa pulih secepatnya. Dia juga berharap Fany akan kembali seperti yang dikatakan teman-temannya. Melihat sarah yang begitu yakin bahwa Fany akan segera kembali membuat Nurul dan Rani serasa ditusuk dari belakang karena harus berbohong kepada Sarah.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pamit dengan Sarah dan segera pulang. Di depan pintu kamar Sarah, mereka tidak bisa lagi menahan semuanya dan mengeluarkan semua emosi kesedihan yang mereka rasanya. Mereka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hadapan Sarah, rasanya seperti memerankan sebuah drama.

"Kita harus kuat Ran! aku tahu ini sangat berat, tapi semuanya pasti akan kita lewati bersama." kata Nurul sambil menatap Rani.

"Kita pasti bisa! (tersenyum)" kata Rani lalu mereka pun berpelukan untuk saling menguatkan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post