GURUKU PENYEMANGATKU GIAT BERLITERASI

Oleh Dhea Aminda Sari

Banyak orang yang saking kagumnya menyebut guru dengan sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa“. Julukan itu memang sangat pantas, karena telah banyak hal yang beliau korbankan. Setiap hari tanpa kenal letih, mereka mendidik siswa-siswinya tanpa mengharapkan sedikit imbalan. Mereka hanya bisa berharap suatu saat nanti siswa yang telah dididik menjadi sukses dalam meraih mimpi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, semakin banyak orang yang meremehkan pekerjaan sebagai seorang guru, entah karena gajinya yang kecil atau hal lainnya. Padahal, guru bukan hanya tentang imbalan yang akan didapatkan beliau, tetapi tentang pengorbanan. Seorang guru harus siap meluangkan hampir seluruh waktu dan tenaganya, untuk mendidik siswa-siswinya. Berharap keringat beliau yang dihasilkan sepadan dengan rasa bangga melihat siswa-siswinya sukses di masa depan. Hari demi hari dihabiskan untuk mendidik para siswanya, tapi tak sedikit dari kami para siswa yang juga ikut meremehkan mereka dengan berperilaku kurang ajar terhadap guru. Saya melihat sendiri sikap teman-teman yang tidak menghargai guru PPL saat mengajar. Meskipun mereka belum resmi menjadi guru, tetapi mereka juga guru yang membantu mendidik dan mengajar saat di sekolah. Seringkali saya melihat teman saya asyik mengobrol, bergurau, bermain, atau bahkan meninggalkan pelajaran tanpa alasan. Hal ini juga saya lakukan sendiri dengan sengaja karena merasa sedikit sebal terhadap salah satu guru yang selalu mengeluh atau marah tanpa sebab. Di sisi lain, saya sadar begitu berat tugas seorang guru yang mendidik dan membimbing kami para siswa menjadi generasi sukses di masa depan. Saya juga menyadari bahwa setiap guru memiliki kepribadian dan model mengajar berbeda satu sama lain, seperti beberapa guru yang menyisipkan permainan di sela pembelajaran. Semua yang dilakukan guru harus dihargai apapun itu bentuknya segala jerih payah mereka.

Pengalaman saya selama menjadi siswa adalah saat duduk di bangku MTs ini telah menyadarkan pentingnya menjadi generasi yang giat menulis. Saya adalah salah satu siswi di salah satu Madrasah Model Literasi yang giat membumikan literasi dengan bimbingan para guru pegiat literasi. Saya yang awalnya bingung harus menuliskan kata-kata apa yang tepat untuk setiap artikel, kini menjadi semakin memahami ketepatan tanda baca, pilihan kata yang digunakan, dan mendeskripsikan suatu informasi secara tepat. Kebiasaan menulis seperti yang saya lakukan untuk mengikuti lomba menulis Sasisabu telah membantu saya mengelola kosakata dengan baik, menyaring segala informasi dengan tepat, dan menyelesaikan permasalah yang dihadapi. Saya tidak menyerah untuk terus menulis, meski seringkali tidak lolos naskah lomba karena kurang memenuhi standar penulisan lomba menulis Sasisabu. Alhamdulillah, berkat bimbingan guru saya berhasil lolos menjadi saah satu pemenang. Bagi saya pengalaman menulis dapat menyehatkan otak dan terbiasa menghadapi berbagai masalah. Semua pengalaman menulis ini tidak akan ternilai tanpa bantuan para guru hebat pegiat literasi di madrasah saya. Semua inspirasi atau bantuan para guru itu dapat memotivasi saya agar menjadi generasi yang literat di masa depan.

Tanpa guru saya tidak akan bisa menulis, membaca, menghitung atau memahami suatu informasi dengan tepat seperti saat ini. Mungkin hampir semua siswa merasa lelah, saat mengerjakan tugas yang diberikan bapak ibu guru. Tentunya, mereka pasti lebih lelah lagi dengan rutinitas mengajar dan harus mengevaluasi hasil belajar setiap hari hingga larut tanpa kenal usia. Banyak guru berusia lanjut masih tetap semangat mengajar dan mendidik kami menuju sukses. Guru mungkin memang bukan orang hebat, tapi guru membuat kami menjadi pribadi hebat, bermartabat, dan literat. Saya menjadi salah satu generasi literat seperti sekarang karena bimbingan guruku. MENJADI LITERAT BERKAT JASA GURUKU

Nama : Dhea Aminda Sari

Email : [email protected]

Nomor : +62 821 3281 1726

Sekolah : MTsn 2 Jember

Guru Pembimbing : Bu

Henny