Delita puji carlowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berjuang Melawan Kemalasan

Berjuang Melawan Kemalasan

Kata "perjuangan" bukanlah kata yang asing di telinga kita. Perjuangan para pemuda zaman dulu untuk melawan penjajah tak bisa kita sepelehkan. Maka dari itu untuk membalas pengorbanan mereka, kita harus meneruskan perjuangannya.

Kalau kalian berfikir tidak ada penjajah di negara kita sekarang, kalian salah. Masi banyak penjajah yang berkeliaran di sekitar kita, contohnya saja hp. Zaman sekarang hampir semuanya tak bisa terlepas dari hp, begitu pula dengan saya.

Kisah ini bermula saat saya terkena dampak pandemi ketika kelas 4 Sekolah Dasar. Siapa sih yang tidak terkena dampak pandemi? Hampir semua orang, baik anak-anak maupun dewasa terkena dampaknya. Dan seperti yang kalian tahu, semua sekolah diliburkan. Sehingga mengharuskan para siswa/i menjalani sekolah daring. Hal itu juga berlaku bagi saya. Sekolah daring menuntut kepada seluruh siswa/i memiliki hp yang bisa memadai untuk sekolah di rumah. Sehingga orang tua saya mau tidak mau harus membelikan saya hp untuk mendukung pembelajaran saya selama di runah. Nah dari sini saya mengenal hp, si penjajah zaman modern. Ya, kalau boleh jujur mempunyai hp bisa menggoyahkan konsentrasi belajar saya. Ya, bagaimana tidak? Setelah selesai mengerjakan tugas, biasanya saya langsung membuka you tube, bermain game, dll. Dan juga hp membuat saya terlalu mengandalkan si mbah google, sehingga membuat saya terlalu menyepelehkan tugas. Ketika tugas datang di pikiran saya selalu berlintas "Udahlah, entar lagi cari di google aja." hingga kadang saya hampir telat mengumpulkan tugas.

Tak berselang lama dari itu, ujian akhir pun tiba. Aku bersama teman-temanku kembali dipertemukan, untuk sekilas membahas materi tentang ujian nanti. Meski jam pelajaran kita tak sepedat dulu, setidaknya anak-anak bisa bernafas lega dari tugas-tugas era pandemi. Sudah pasti semua pelajar tahu, bagaimana rasa pahitnya tugas daring. Setiap hari selalu mencul tugas-tugas, hingga menumpuk bagikan gunung. Lalu, pada saat masuk kelas aku kembali dibuat ternganga dengan pembagian kelas baru. Tiba-tiba saja aku mendapat kelas B (kelas khusus perempuan) dan kelas Matematika. Itu bener-bener gak lucu banget, coba bayangin saya yang gak suka Matematika malah masuk kelas Matematika. Yang pasti, pas di kelas saya seperti orang salah masuk kelas. Hal itu berjalanan selama beberapa minggu, dan yang saya takutin pun terjadi. Ulangan akhir udah deket dan saya, paham satu pelajaran aja enggak. Tapi hal yang bikin saya bersyukur adalah ujian dilaksanakan di rumah masing-masing.

Ujian akhir pun tiba. Setiap pagi semua murid diharuskan mengambil kertas ujiannya dan dikembalikan keesokan paginya saat mengambil kertas ujian lagi. Setiap hari berjalanan begitu, anak-anak mengerjakan tugasnya di rumah masing-masing, dan boong kalo kita gak liat buku atau si mbah google. Ujian akhir semester berjalanan selama seminggu. Setelahnya kita kembali belajar di rumah seperti kemarin. Tugas pun semakin ngelunjak bukan main, otak udah gak mampu lagi buat mikir dan kemalasan pun semakin sering datang, membuat saya yang seharusnya nugas malah sering main hp. Hingga tiba saatnya rapotan kenaikan kelas, dan syukur saya panjatkan kepada Allah. Karena saya berhasil menempati posisi pertama setelah sekian lama. Ya, sedari dulu saya selalu jadi yang kedua, tapi sekarang saya bisa berada di posisi petama. Namun rasa senang itu masi tidak sepenuhnya. Karena saat ujian saya masi melihat buku dan si mbah.

Dan mulai saat itu saya bertekad untuk belajar lebih keras lagi. Saya berfikir, "kalau teman saya bisa kenapa saya enggak" toh kita sama-sama makan nasi. Akhirnya pun saya sedikit demi sedikit mau belajar, mengikuti kelas Matematika dengan serius dan mengurangi waktu bermain dengan hp. Karena tidak mungkin bagi saya langsung meninggalkan kebiasaan saya di era pandemi. Namun dengan bantuan mama saya, saya berhasil mewujudkan tekad saya. I always thank Allah. Because thanks to his grace I can always improve myself to be even better.

Dan saat saya kelas 6, saya mulai berminat mengikuti olimpiade Matematika. Harapan saya sih, meski gak suka setidaknya pengorbanan saya berada di kelas Matematika tidak sia-sia. Dan sekali lagi saya bersyukur, dari lomba Matematika saya bisa mempunyai banyak prestasi. Lucu memang, namun inilah yang terjadi sampai sekarang. Bahkan saya saja masuk SMP pakai jalur prestasi berkat olimpiade Matematika.

Dari sini kita belajar, bahwa kerja keras selalu membuat hasil yang baik untuk kita. Saya dulu juga pemalas, hampir setiap hari tidak bisa terlepas dari hp, tidak minat belajar, bahkan ketika membaca buku pelajara saya sering tertidur. Namun waktu bisa mengubah segalanya. Kalau kita mau, pasti kita bisa. Sekarang saja saya sudah bisa membagi waktu untuk belajar dan bermain hp. Orang tua saya juga akan memaklumi bila saya bermain hp, karena saya bisa membagi waktu. Saya harap dengan cerita ini banyak orang ter-inspirasi untuk berjuang melawan kemalasannya dan melanjutkan perjuangan para pemuda zaman dulu dengan belajar dan belajar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post