Pamekasan, 10 November 2021

SANG MOTIVATOR TAK BERDAYA TETAP DI HATI

Bu Dijah mengajar di sebuah pinggiran kota metropolitan di SDN Palapa Jaya yang sarat dengan kebisingan dan kejahatan. Rata-rata siswa-siswinya anak kelas ekonomi menengah keatas tapi ada juga yang menengah kebawah. Tapi Bu Dijah menganggapnya semua sama tanpa memandang kasta. Banyak siswa yang dijumpai dan semuanya bisa diatasi dengan kesabaran dan ketelatenan Bu Dijah. Ia memang seorang guru yang berkharismatik.

Singkat cerita di sebuah rumah sakit. Perawat sangat sibuk melayani pasien. Di tengah kesibukannya ada yang datang dan berkata

“pasien kamar 50 harus segera di tangani cepat hubungi dokter Andra”.

Perawat menjawab “tapi pasien itu tidak ada keluarga yang bertanggungjawab”.

“sudahlah cepat hubungi dokter Andra selaku kepala bedah di rumah sakit ini, supaya ada solusinya”

“baiklah.” Jawab perawat itu singkat.

Dokter Andra datang dengan tergesa-gesa dan berkata kepada perawat “ada di kamar nomer berapa pasien yang harus ditangani?”

“di kamar nomer 50 pak.”

Tanpa bepikir panjang dokter Andra langsung menuju kamar tersebut saat pintu dibuka dokter Andra tertegun sejenak melihat pasien yang terkulai lemah tak berdaya. Dia menghampiri pasien dan tersentak kaget melihat sosok ibu yang sangat dihormatinya dan berjasa dalam hidupnya 23 tahun yang lalu.

“Bu Dijah...”

Dokter Andra langsung berkata perawat. “siapkan ruang operasi. Pasien ini harus segera di tangani sebelum terlambat.Siapkan kamar terbaik untuk memindahkannya setelah operasi di lakukan.”

Andra tak berhenti berdoa untuk kesembuhan Bu Dijah. Mulutnya terus berdzikir meminta pada Allah agar operasinya berjalan lancar.

Alexandra adalah siswa paling nakal dan terkenal kaya raya.Dia tak akan pernah menjadi dokter tanpa peran dari bu Dijah. Fikiran Andra kembali pada 23 tahun silam saat dirinya terjebak dunia malam. Waktu duduk di bangku kelas VI SD. Kedua orang tuanya sibuk dengan perusahaan Asing. Pagi saat pelajaran berlangsung Andra tertidur di dalam kelas efek dari minum-minuman keras. Bu Dijah membangungkan Andra

“Andra bangun cuci muka dulu sana”.

Setelah jam pelajaran usai Bu Dijah memanggil Andra.

“Andra bisa anterin ibu kerumah?”

“Baik bu” jawab Andra.

Sampai di rumah Bu Dijah. Beliau mengajak Andra dan berbicara panjang lebar entah mengapa Andra merasa nyaman di dekat Bu Dijah. Tanpa diminta Andra menceritakan kisah hidupnya. Bu Dijah mendengarkan dengan seksama apa yang dibicarakan Andra. Setelah itu Bu Dijah berkata. “Andra. Hidup ini keras bagaikan batu jika kamu sanggup melemparkannya sampai berantakan maka kamu akan berhasil. Sama sepertihalnya hidupmu jika kamu biarkan mengikuti kesenangan tanpa tahu kesusahan maka tak akan ada kebahagiaan hidup itu perjuangan saat ini hidupmu serba berkecukupan kamu menikmatinya tanpa berpikir panjang bermanfaat atau tidak terutama untuk dirimu sendiri”

Sejak saat itu Andra mulai berfikir dan merubah gaya hidupnya segala fasilitas yang dia miliki di manfaatkan dengan baik. Sesekali Andra berkunjung ke rumah Bu Dijah meskipun dia sekolah SMP dan SMA sejak Andra dapat beasiswa kuliah di kedokteran hilang kontak dengan Bu Dijah.

Perlahan Bu Dijah membuka matanya Andra menghampiri beliau. Andra tak kuasa menahan tangis kerinduan pada Bu Dijah yang selama ini sangat dirindukannya. Andra langsung memeluk Bu Dijah.

“Bu Dijah ini Andra bu. Alexandra murid ibu yang nakal.”

Bu Dijah tertegun antara sadar dan tidak sadar.

“Andra. Anak ibu benarkah ini kamu nak? Tampan sekali kamu dengan pakaian itu ”

“iya bu. Ini Andra murid ibu. Terimakasih tanpa Ibu,Andra bukan siapa-siapa

Bu Dijah tak mampu berkata apa-apa dia hanya memeluk Andra dengan perasaan haru bercampur bahagia karena dia tak menyangka Andra masih terus mengigatnya. Begitu besar jasa seorang guru sehingga takkan pernah lekang oleh waktu.

Oleh : Claudia Kandensa Nur Afsyah

TTL : Pamekasan, 9 Juni 2010

Nama Sekolah : SD Negeri Barurambat Kota 1

Email : [email protected]

No. WA : +6281332560660