Chintia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Hakikat cerita klasik

Hakikat Cerita Klasik

Cerita klasik merupakan sastra yang lahir dan tumbuh pada masa lampu atau pada masyarakat lama. Cerita klasik tumbuh dan berkembang seiring dengan kondisi masyarakat pada zamanya yang dimana cerita klasik mempunyai nuansa kebudayaan yang kental dan memiliki corak yang lekat dengan nilai dan adat istiadat yang berlaku di dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu.

Pertama kali cerita klasik ini muncul atau dihasilkan sebelum abad 20 atau sekitar 1870-an. Pada era itu para pembuat karya sastra menciptakan karya sastra yang berupa syair, hikayat, dan novel yang berupa terjemahan dari barat.

B. Ciri-ciri Cerita Klasik

1. Universal, artinya dapat diterapkan di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja.

2. Klasik Imitatif, artinya ini adalah imitasi atau imitasi turun temurun.

3. Tradisional, yaitu pertahankan kebiasaan masyarakat atau adat kuno.

4. Didaktis, artinya dari pesan untuk mendidik masyarakat baik pesan moral dan pesan

agama atau agama.

5. Disebar Secara Lisan

Penyebab utamanya adalah bahwa pergerakan masa lalu sangat lambat dibandingkan dengan konvoi masyarakat di zaman modern. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara lisan akan mempercepat penyebaran cerita dibandingkan dengan penggunaan media tertulis. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens menyampaikan nilai-nilai positif yang terkandung dalam cerita sehingga pesan moral yang dikandungnya mencapai pendengar lebih cepat dan efektif.

6. Bernilai Budaya Setempat

Penciptaan karya-karya sastra klasik Malaysia biasanya membawa budaya lokal, sehingga dari sejarah yang kaya sastra klasik Malaysia pembaca bisa mendapatkan gambaran moral dari orang-orang yang hidup di era sebelumnya.

7. Bertema Istana sentris

Sosok itu biasanya adalah raja atau pangeran yang kuat dan kisah cintanya. Akhir

cerita selalu bahagia.

8. Anonim

Anonim dalam arti tidak mengetahui siapa penulisnya, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa di masa lalu tidak banyak orang yang mengejar popularitas, sehingga penulis

lebih berkonsentrasi pada penyajian karya yang berfokus pada fungsi cerita.

C. Struktur, Bahasa, Dan Nilai Cerita Klasik

Struktur dalam Cerita Klasik

1) Tindakan

Tindakan berarti adegan (kata-gambar disajikan dalam waktu kurang lebih

'nyata'). Pendongeng mulai dengan Aksi karena secara harfiah dramatis, artinya, secara teoritis, itu bisa dilakukan di atas panggung. Juga, pemandangannya menarik saat kita menonton dan bertanya-tanya apa yang terjadi di sini. Memulai dengan Tindakan juga berarti memulai dengan insiden yang menghasut atau titik serangan: suatu peristiwa yang memicu peristiwa-peristiwa dalam cerita.

2) Latar Belakang

Banyak novel abad ke-19 dimulai dengan Latar Belakang. Misalnya, 'A Tale of

Two Cities' oleh Charles Dickens dimulai 'Ini adalah waktu terbaik, itu adalah waktu terburuk ...' Ini tentu tampak seperti cara alami untuk membuka cerita karena Latar Belakang terjadi sebelum Aksi, di paling tidak secara kronologis. Namun, Latar Belakang membosankan. Ini benar-benar tidak dramatis. Oleh karena itu, berikan Background yang cukup pada awalnya saja agar Action tidak membingungkan pembaca Anda. Mereka tidak perlu tahu segalanya, cukup untuk mengikuti.

3) Konflik

Konflik merupakan apa yang diinginkan protagonis Anda, tetapi tidak dimiliki.

Tidak masalah apa yang dibutuhkan protagonis Anda, selama dia sangat membutuhkannya. Konflik terbaik bersifat dramatis dan spesifik. Jangan menulis tentang seorang gadis remaja yang sedang mencari cinta; menulis tentang seorang gadis remaja yang mencari ciuman pertamanya. Untuk satu hal, fokus pada ciuman akan memfokuskan cerita Anda dan perhatian pembaca Anda. Yang lebih penting, para pembaca akan tahu tanpa pertanyaan di akhir cerita apakah sang pahlawan wanita telah mencapai apa yang diinginkannya atau tidak.

4) Pengembangan

Pengembangan adalah serangkaian upaya yang dilakukan oleh protagonis untuk

menyelesaikan konfliknya. Upaya ini harus meningkat berkaitan dengan drama atau ketegangan, dan idealnya, setiap langkah dalam pengembangan harus memberi tahu kita sedikit lebih banyak tentang protagonis.Pengembangan adalah 'perjalanan' yang dilakukan oleh protagonis menuju (atau mungkin menjauh dari) apa yang dia inginkan.

5) Akhir

Di sinilah perangkat kenangan membutuhkan pengembangan lebih lanjut, karena

'Akhir' bukanlah istilah yang sangat membantu.

Bahasa dalam Cerita Klasik

Bahasa cerita klasik adalah bentuk bahasa Melayu yang dipakai oleh Kesultanan Melaka (abad ke-14), Kesultanan Aceh, dan sejumlah entitas politik lain di sekitarnya, hingga abad ke-18. Apakah dialek temporal (waktu) ini merupakan perkembangan lanjutan dari bahasa Melayu Kuno yang dipakai oleh Kerajaan Sriwijaya atau perkembangan dari dialek lain yang berkembang terpisah tidaklah diketahui. Tidak ada bukti tertulis atau laporan mengenai perubahan/evolusi bahasa ini.

Bahasa cerita klasik ditandai dengan masuknya berbagai kosakata pinjaman dari bahasa Arab, bahasa Parsi, dan (pada perkembangan selanjutnya) bahasa Portugis. Perkembangan ini berkait dengan menguatnya pengaruh agama Islam di Asia Tenggara pada sejak abad ke-13. Bahasa cerita klasik tercatat pada berbagai naskah-naskah hikayat dan bentuk susastera lainnya, peraturan perundangan, serta surat-surat komunikasi antara penguasa-penguasa Nusantara bagian barat. Terdapat pula beberapa prasasti dari periode awalnya.

Nilai dalam Cerita Klasik

Nilai-nilai dalam cerita klasik adalah suatu tujuan dari karya cerita klasik supaya pembaca atau pun pendegarnya dapat menanamkan rasa untuk kehidupannya kedepan. Nilai-nilai ini juga digunakan oleh pembaca atau pun pendengar dalam menasehati orangorang supaya orang tersebut bersikap lebih baik.

Nilai-nilai dalam cerita klasik :

a. Nilai budaya

Nilai yang berhubungan dengan budaya cerita klasik. Karena karya ini merupakan karya sastra cerita klasik, maka nilai budaya juga berhubungan dengan budaya melayu. Budaya ini juga merupakan budaya orang-orang yang baik dan berahlakul karim.

b. Nilai moral

Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Dengan nilai ini moral suatu pembaca atau pun pendengar dapat teratasi, sehingga pembaca atau pun pendegar dapat mengambil sisi baik dalam karya sastra cerita klasik.

c. Nilai agama

Nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Nilai ini yang paling disematkan dalam karya cerita klasik karena dalam hal nilai kegamaan, karya cerita klasik tidak menganggap sepele, dan nilai ini adalah nilai inti dari karya cerita klasik.

d. Nilai pendidikan

Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompak orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan

D. Jenis-Jenis Cerita klasik

Adapun jenis-jenis cerita klasik dapat dibagi menjadi 6 yakni :

1. Fabel

Fabel merupakan suatu cerita atau dongeng yang pelakunya adalah binatang yang beradegan seperti manusia.

2. Legenda

Legenda merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan di suatu daerah tentang asal muasal terjadinya sesuatu.

3. Mite

Mite merupakan sebuah cerita yang menceritakan tentang sejarah kemudian dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar adanya atau terjadi dan yang dimana masyarakat menganggap hal tersebut sebagai hal yang suci yang mengandung banyak keajaiban dan ditokohi seorang dewa.

4. Sage

Sage merupakan cerita yang mengandung sejarah tetapi tidak terlepas dari imajinasi agar ceritanya lebih menarik.

5. Hikayat

Hikayat merupakan cerita yang sumbernya berasal dari kisah-kisah kehidupan raja atau dewa

6. Cerita Jenaka

Cerita Jenaka merupakan cerita yang didalamnya mengandung unsur komedi atau humor.

E. CeritaKlasikZamanSekarang

Cerita klasik adalah awal dari segala tulisan modern. Tidak ada hal baru yang bisa dipelajari dari karya modern yang tidak dipelopori oleh para penulis di masa-masa sebelumnya, para penulis yang sudah mati. Cerita klasik adalah cerita yang tak kenal batasan waktu. Ia bisa dinikmati sekarang atau seribu tahun dari sekarang. Isinya selalu relevan terlepas dari siapa yang membacanya atau di mana cerita itu diterbitkan. Dan secara keseluruhan cerita tersebut mampu memberikan nilai resonansi yang kuat bagi para pembacanya. Selain itu, kata ‘klasik’ tidak melulu mengacu pada umur sebuah karya. Cerita klasik bisa ditulis seratus tahun yang lalu, atau kemarin.

Cerita klasik dizaman modern tidak hanya digunakan sebagai media hiburan tetapi juga bisa sebagai media untu pendidikan karakter, melalui jalinan cerita yang menyentuh, pilihan kata yang menggugah, ataupun kekuatan konflik yang menggetarkan temanya yang mencengangkan dan heroik. Justru dengan sastra klasik itulah siswa dapat memperoleh kesadaran, tanpa merasa dipaksa dan digurui. Untuk itu, pembelajarannya tidak cukup apabila berkutat pada soal teori. Ada aspek lain yang yang lebih penting, yaitu apresiasi dan kreasi. Kedua aspek tersebut bisa memberikan pengalaman dan kepribadian bersastra, terutama di dalam pembentukan karakter- karakter tertentu pada diri siswa.

Namun menyajikan cerita klasik di zaman modern seperti saat ini bukanlah suatu hal yang mudah. Dizaman modern ini, cerita-cerita klasik berjuang melawan derasnya ceritacerita masa kini yang hadir di masyarakat milenial. Indonesia merupakan negera dengan pustaka yang sangat besar. Dan di dalam naskah, banyak yang bisa dipelajari. Seperti bahasa, aksara, ilustrasi, iluminasi, dan isi naskah. Dari naskah-naskah di masa lalu yang masih berupa naskah lontar, dluwang, gebang, tulang, kertas dan lainnya, agar bisa lebih dipahami oleh generasi sekarang, lantas dibuat ke media masa kini. Media yang dimaksud yaitu game, visual novel, komik, film animasi, buku cerita, dan lainnya.

F. ContohCeritaKlasik

1. Contoh Dalam Modul Kalimat

Hang Tuah terlahir dari seorang ibu bernama Dang Merduwati, sementara ayahnya dipanggil Hang Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, di mana raja tinggal dengan harapan mendapatkan keberuntungan di sana. Mereka membuka warung dan hidup sangat sederhana.

Semua teman Hang Tuah berani, mereka adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Suatu ketika ketika kelima pergi berlayar. Di tengah lautan dia dihadang oleh sekelompok pencuri. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke tanah tempat mereka bertarung. Mereka membunuh sepuluh perampok, sementara yang lain melarikan diri. Dari sedikit orang yang bisa dipenjara, mereka mengaku berasal dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit.

Pada kenyataannya ia diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka hilang ke Malaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan teman-temannya mencapai raja sehingga raja senang dengan mereka. Suatu ketika ada kemarahan di pasar, orang-orang berlari ketakutan. Hang Tuah juga bisa membunuh orang itu.

Hang Tuah kemudian diangkat sebagai penyanyi istana (pelayan raja), pada waktu itu diminta untuk menyerang Palembang yang diduduki oleh Siantan dan Jemala. Hang Tuah berhasil, maka ia diangkat menjadi Laksamana. Hang Tuah dikirim berkali-kali ke luar negeri, Cina, Rum, Majapahit, dan juga pernah ke Haji. Di akhir hidupnya, Hang Tuah tinggal di Tanjung Jingara.

2. Contoh Dalam Modul Talibun

Jika anak pergi ke lepau.

Yu membeli belanak merah dan bahkan membelinya. Beli ikan panjang dulu.

Jika anak pergi ke luar negeri.

Saya juga mencari kerabat.

Sang induk semang mencari dia dulu.

3. Contoh Dalam Modul Stanza

PERTANYAAN KECIL UNTUK ANAK-ANAK

Atau kayu dan dedaunan!

Mengapa kamu bersenang-senang?

Tertawa dengan sukacita?

Dengan angin dan ketenangan, serang? Apakah angin tertawa bersama kita?

Apakah kita senang dengan cerita yang bagus? Saya tidak mengerti kesukaanmu!

Kenapa kamu tertawa?

Hai kumbang bernyanyi!

Apa yang kamu nyanyikan? Kamu terlihat seperti bunga! Apa yang kamu mainkan? Apakah dia atau dia gila? Anda? Mengapa? Bagaimana? Kenapa kamu tertawa?

4. Contoh Dalam Modul Syair

Puisi Ken Tambuhan.

Lalu berjalanlah Ken Tambuhan.

Penglipur disertai dengan Tadahan.

Berjalan manis perlahan.

Perilakunya kasihan manis.

Menangislah ke semua putri.

Semua orang mengatakan hal yang sama sendirian. Kejahatan temperamen permaisuri.

Putranya seperti jenius dan peri.

Syair Abdul Muluk.

Hentikan kisah raja Hindustan.

Juga dikatakan adalah sebuah kata.

Abdul Hamid Syah Paduka Sultan.

Duduk, Yang Mulia.

Abdul Muluk adalah putra Yang Mulia.

Hebat adalah bangsa muda.

Proposal Syahda yang indah.

Tiga belas tahun di sana.

Kecantikan sangat sempurna.

Alur majelis yang bijaksana adalah seperti ini. Berikan hati yang goyah.

Cintai itu mulia dan tercela.

5. Contoh Dalam Modul Karmina

Kelapa parut rasanya enak. Sehingga perut yang gemuk itu baik.

6. Contoh Dalam Modul Pantun

Sandal di atas batu.

Sudah diikat dibawa pulang. Kebiasaan dunia seperti ini. Hal-hal buruk terbuang sia-sia.

7. Contoh Dalam Modul Gurindam

Pabila memarahi banyak orang.

Ini adalah tanda yang dia lewatkan. Dengan ibu Anda harus menghormati. Sehingga tubuh bisa bertahan.

8. Contoh Dalam Modul Sloka

Pikiran yang baik, ibu, Randang. Perdagangan lalu ditanam.

Tidak ada rumah kayu yang dibongkar. Bocah itu pulang lapar.

Bayi di pangkuannya dibaringkan. Monyet hutan diberi ASI.

9. Contoh Dalam Modul Bidal

Taruhan besar dibandingkan dengan tiang berarti biaya pendapatan besar. Seekor anjing menggonggong tidak menggigit, yang berarti mulut besar tetapi pengecut.

10. Contoh Dalam Modul Mantra

Pulanglah ke hutan desa.

Pulanglah ke hutan besar.

Pulanglah ke Gunung Guntung.

Pulanglah ke sungai yang tidak memiliki kepala. Pulang ke kolam tanpa orang.

Pulanglah ke musim semi yang tidak kering. Jika Anda tidak ingin kembali, mati.

Kesimpulan

Sastra adalah karya yang bersifat indah dan memiliki nilai ajaran yang baik. sedangkan sastra klasik merupakan sastra yang lahir dan tumbuh pada masa lampu atau pada masyarakat lama. Cerita klasik merupakan sastra yang lahir dan tumbuh pada masa lampu atau pada masyarakat lama. Cerita klasik tumbuh dan berkembang seiring dengan kondisi masyarakat pada zamanya yang dimana cerita klasik mempunyai nuansa kebudayaan yang kental dan memiliki corak yang lekat dengan nilai dan adat istiadat yang berlaku di dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu. Di samping itu juga karya sastra klasik digunakan sebagai sarana dakwah dalam menyampaikan pikiran. Cerita klasik memiliki ciri-ciri diantaranya bersifat universal,turun-temurun, tradisional, didaktis,, disebar secara lisan, dan sebagainya. Cerita klasik dapat berupa fabel, legenda, mite, sage, hikayat, dan cerita jenaka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post