Chintia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

APRESIASI NILAI AGAMA MORAL DALAM PROSA

Nama :chintia

Nim : 20016010 Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia Dosen : Dr. Abdurrahman, M.pd Matkul : Apresiasi Prosa APRESIASI NILAI AGAMA MORAL DALAM PROSA

1. Agama dan Prosa

Hakikat agama sebagai sumber yang melahirkan hukum-hukum keagamaan seringkali memunculkan kebakuan yang tidak dapat ditawar, agama selalu mempunyai batasan-batasan yang mengikat. Jelas sekali berbeda dengan hakikat sastra sebagai sesuatu yang lentur dan tidak terikat, oleh karena itu kemudian muncul istilah chatarsis, istilah yang dikemukakan oleh Aristoteles tersebut menandakan bahwa sastra adalah pembebasan atas jiwa, pembebasan atas apa yang terikat, karena itu pula, dalam dunia sastra dikenal istilah licensia poetica, yakni kebebasan atau hak dan wewenang seorang sastrawan dalam berkarya. Pada tataran itulah sastra dan agama menjadi dua entitas yang kontradiktif.

Esensi agama sebagai makna ternyata tidak jauh berbeda dengan sastra. Sastra (Sansekerta: shastra) secara etimologis bermakna teks yang mengandung intruksi , dengan kata lain, sastra adalah pedoman. Sastra sebagai pedoman tentu saja berperan dalam memberikan makna. Tidak melulu berbicara hanya pada tataran keindahan dan kebebasan, ada isi yang disampaikan di dalamnya. Sejatinya dengan kebebasan dan keindahan itulah sastra merepresentasikan makna. Karena itu, Horace menyebut sastra sebagai dulce et utile, yakni yang menghibur dan yang bernilai, keduanya (yang menghibur dan yang bernilai) harus selalu bersamaan dalam sastra.

2. Moral dan Prosa

Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan atau diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilaitersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan (Wahyuni, 2017: 101-102).

Pradopo mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah sebuah karya sastra yang langsung memberi didikan dan pembelajaran melalui unsur amanat kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral (1995:94). Konsep moral sering digunakan sinonim dengan etika. Moral selalu dikaitkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma sebagai cara bertindak yang berupa tuntutan relatif atau mutlak. Moral merupakan wacana normatif dan imperatif dalam kerangka yang baik dan yang buruk, yaitu keseluruhan dari kewajiban-kewajiban kita. Jadi kata moral mengacu pada baik buruknya manusia terkait pada tindakannya, sikannya, dan cara mengungkapkannya.

Konsep moral mengandung dua makna: pertama, keseluruhan aturan dan norma yang berlaku, yang diterima oleh suatu masyarakat tertentu sebagai arah atau pegangan dalam bertindak, dan diungkapkan dalam kerangka yang baik dan yang buruk. Kedua, disiplin filsafat yang merefleksikan tentang aturan-aturan tersebut dalam rangka mencari pendasaran dan tujuan atau finalitasnya. Moral merupakan perbuatan atau tidakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau pendapat-pendapat umum yang diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2011:153). Moral seringkali juga diajarkan dalam sebuah karya sastra lewat cerita yang disampaikan oleh pengarang melalui peran tokoh di dalamnya

Hubungan moral dan etika amat erat. Moral menunjukkan tentangkondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb. Tentang isi hati dan perasaan, moral selalu menunjukkan baik buruknya perbuatan atau tingkah laku manusia. Tolak ukur untuk menilai baik buruknya tingkah laku manusia disebut norma. Prinsip moral yang paling penting adalah melakukan yang baik dan menolak yang buruk, apabila prinsip ini tidak dimiliki maka tidak ada moralitas. (Susilawati, Suryanti, 2010:17).

3. Contoh Apresiasi Moralitas dalam Prosap

Apresiasi moralitas dalam Cerpen “Cinta Tak Pernah Salah”, Karya Hodland JT. Hutapea.

a. Nilai Agama

Nilai agama merupakan hal-hal yang dapat dijadikan pelajaran yang terkandung dalam cerpen yang berkaitan dengan nilai atau ajaran agama. Dalam cerpen “Cinta Tak Pernah Salah” karya Hodland JT. Hutapea ini mengandung nilai agama yaitu agar kita senantiasa menyerahkan segalanya hanya kepada-Nya dan bukan kepada manusia yang tak tahu apa-apa.

b. Nilai Moral

Nilai moral merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra yang berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam sebuah karya sastra (cerpen atau novel) mengandung nilai moral yang dapat diambil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerpen “Cinta Tak Pernah Salah” karya Hodland JT. Hutapea ini memiliki nilai moral bahwa menjadi pribadi haruslah sadar diri dan apapun yang kita lakukan dan pikirkan haruslah dengan pertimbangan yang matang dan sangat perlu meminta pendapat orang lain agar kita tidak salah langkah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post