Chintia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

APRESIASI BUDAYA DALAM PROSA

APRESIASI BUDAYA DALAM PROSA APRESIASI BUDAYA DALAM PROSA chintia(20016010) PEMBAHASAN A.Tingkatan Budaya dan Sapek Budaya Prosa. Menurut Teeuw (1988: 23), sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti silpasastra (buku petunjuk arsitektur), kamasastra (buku petunjuk percintaan). Dalam perkembangan berikut kata sastra sering dikombinasi-kan dengan awalan ‘su’, sehingga menjadi susastra, yang diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah. Dalam teori kontemporer sastra dikaitkan dengan ciri-ciri imajinasi dan kreativitas, yang selanjutnya merupakan satu-satunya ciri khas kesusastraan. Terdapat banyak sekali definisi mengenai kebudaya-an. Definisi yang paling tua sekaligus paling luas berasal dari E.B. Tylor (Sardar dan Loon, 1997: 4) yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture (1871). Menurut Taylor, kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan lain. Definisi mutakhir yang senada dengan Taylor, sekaligus dengan memberikan peranan terhadap masyarakat, diberikan oleh Marvin Harris (1999: 19), yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku. Menurut Koentjaraningrat (1974: 80), kata kebudayaan berasal dari buddhayah (Sansekerta), sebagai bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal. Di samping kebudayaan terdapat istilah lain yang berkaitan erat, yaitu pradaban (dari akar kata adab, bahasa Arab). Dalam tradisi Barat, peradaban disebut civilization (dari akar kata civis, civitas) yang berarti warga negara, negara kota. Jadi, secara etimologis kebudayaan dan peradaban adalah sinonim, keduanya berarti keseluruhan hidup masyarakat manusia. Meskipun demikian, dalam perkembangan selanjutnya pada umumnya peradaban didefinisi-kan sebagai bentuk-bentuk kebudayaan yang paling tinggi, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, sistem ketatanegaraan, dan sebagainya.Jadi, sastra dan kebudayaan berbagi wilayah yang sama, yaitu aktivitas manusia, tetapi dengan cara yang berbeda, sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas, sebagai kemampuan emosionalitas, kebuda-yaan lebih banyak melalui kemampuan akal, sebagai kemampuan intelektualitas. Dikaitkan dengan bahasa-bahasa barat, yang semuanya berasal dari bahasa Latin, yaitu litteratura, sastra berarti segala sesuatu yang tertulis. Sebaliknya, culture, juga dari bahasa Latin colere, berarti mengolah, mengerjakan, yang secara luas diartikan sebagai aktivitas manusia untuk mengolah alam. Kebudayaan mengolah alam melalui kemampuan akal, melalui teknologi, termasuk ekonomi dan politik, sedangkan sastra mengolah alam melalui kemampuan tulisan. Mengolah dalam sastra, dalam hubungan ini diartikan sebagai membangun alam, membangun dunia baru, sebagai ‘dunia dalam kata’. Hasilnya adalah jenis-jenis karya sastra, seperti: puisi, novel,kakawin, dan sebagainya. Alam baru yang dibangun oleh kebudayaan, misalnya: perumahan, pertanian, hutan, kawasan pariwisata, kawasan elite, dan sebagainya. Sastra dan kebudayaan, seperti telah diuraikan di depan, baik secara definitif etimologis maupun secara praktis pragmatis, berhubungan erat. Kedua istilah berada dalam kelompok kata yang memberikan perhatian pada aspek rohaniah, sebagaipencerahan akal budi manusia. Apabila dalam perkembangan berikut sastra perlu diberi definisi yang lebih sempit, yaitu aktivitas manusia dalam bentuk yang indah, lebih khusus lagi bentuk dengan memanfaatkan bahasa, baik lisan maupun tulisan, tidak demikian halnya terhadap kebudayaan. Artinya, kebudayaan tetap memiliki ruang lingkup yang lebih luas, bahkan cenderung diberikan peluang untuk bertambah luas sebab aktivitas manusia bertambah luas dan beragam. Mengingat luasnya bidang kebudayaan untuk menjelaskan hubungan antara sastra dan kebudayaan perlu dibedakan antara kebudayaan, peradaban dan ilmu pengetahuan. Secara garis besar Koentjaraningrat (1974: 83) membedakan tiga wujud kebudayaan, yaitu : (a)kebudayaan sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan, (b) kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpolamanusia dalam masyarakat, dan (c) kebudayaan sebagai benda-benda hasil karyamanusia. Dalam kaitannya dengan peradaban, menurut Huntington (2003: 37-46) sejarah manusia adalah sejarah peradaban itu sendiri, bukan sejarah kebudayaan.Berbeda dengan kebudayaan yang secara luas didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas manusia, sejak manusia hidup di muka bumi ini hingga sekarang, peradaban terbatas pada bentuk kebudayaan dengan nilai-nilai yang tinggi, seperti kesenian dan ilmu pengetahuan. Dengan kalimat lain, meski pun kebudayaan dianggap sebagai kompleksitas kehidupan manusia tetapi sebagai nilai-nilai, peradabanlah yang memiliki entitas yang paling luas. Sejarah peradaban manusia ditandai dengan ditemukannya aksara di lembah sungai Mesopotamia sekitar 3.500 SM, yang sekaligus mengakhiri masa prasejarah umat manusia. B.Nilai Budaya 1.Pengertian nilai budaya. Nilai budaya merupakan konsep abstrak mengenai masalah besar dan bersifat umum yang sangat penting serta bernilai bagi kehidupan masyarakat. Nilai budaya itu menjadi acuan tingkah laku sebagian besar anggota masyarakat yang bersangkutan, berada dalam alam fikiran mereka dan sulit untuk diterangkan secara rasional. Nilai budaya bersifat langgeng, tidak mudah berubah ataupun tergantikan dengan nilai budaya yang lain (Abdul Latif, 2007 : 35).Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,kedudukan manusia dengan alam, hubungan manusia tentang hal yang diinginkan dengan hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan lingkungan dan sesama manusia. Begitupun nilai-nilai budaya yang terdapat dilingkungan sekolah sangat mempengaruhi terhadap guru dan siswa itu sendiri seperti budaya disiplin dimana para siswa sering terlambat datang ke sekolah meskipun sudah ada aturan atau tatatertib yang berlaku di Sekolah. 2.Fungsi nilai budaya Nilai budaya mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan manusia. Menurut Supartono Widyosiswoyo (2009:54) mengatakan bahwa fungsi nilai- nilai budaya sebagai berikut : 1) Nilai budaya berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukan tingkahlaku dari berbagai cara, yaitu : a) Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial. b)Mempengaruhi individu dalam memilih ideologi atau agama. c) Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan orang lain. d)Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses pembandingan untuk menentukan individu bermoral dan kompeten. e) Nilai digunakan untuk mempengaruhi orang lain atau mengubahnya 2) Nilai budaya berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan konflik dan pengambilan keputusan. 3) Nilai budaya berfungsi motivasional. Nilai memiliki komponen motivasional yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan behavioral. 4) Nilai budaya berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu diarahkan secara langsun kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi pada penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya merupakan nilai semu karena nilai tersebut diperlukan oleh individu sebagai cara untuk menyesuaikan diri dari tekanan kelompok. 5) Nilai budaya berfungsi sebagai ego defensiv. Didalam prosesnya nilai mewakili konsep-konsep yang telah tersedia sehingga dapat mengurangi ketegangan dengan lancar dan mudah. 6) Nilai budaya berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri fungsi pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti, kecenderungan terhadap kestuan persepsi dan keyakinan yang lebih baik untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi. C.Ideologi Budaya Secara umum Pengertian Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara. Dengan adanya ideologi, maka negara mampu membangkitkan kesadaran mengenai kemerdekaan, memberikan orientasi mengenai dunia beserta isinya, serta memberikan motivasi perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Begitu juga dengan kebudayaan. Kebudayaan memiliki peran dan fungsi yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-nilai kebudayaan telah mengakar (deep-rooted) dalam sendi kehidupan masyarakat. D. kearifan Budaya Dalam Prosa Kearifan budaya adalah identitas atau kepribadian sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Kearifan budaya dalam prosa, memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: - Dapat bertahan terhadap budaya asing. - Mampu mengakomodasi unsur budaya asing terhadap budaya asli. - Mempunyai keahlian mengintegrasi unsur budaya asing ke dalam budaya asli. - Memiliki keahlian untuk mengendalikan. - Bisa memberi arah pada perkembangan budaya.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post