“Guru, sosok teladan inspiratif dan edukatif yang berperan besar dalam membangun peradaban suatu bangsa. Panggilan hati dengan keluasan jiwa dan keluhuran budinya menjadikannya insan mulia. Besar jasa dalam tulusnya pengabdian akan selamanya terpatri tanpa pernah terganti. Pengaruh abadi sekalipun ragamu telah tiada nanti.”

~ Chika Aurelia Hamid~

Guru, selalu kita mengenalnya sebagai sosok teladan inspiratif dan edukatif yang berperan besar dalam membangun masa depan bangsa. Ketulusan hatinya telah membuka mata hati, mengetuk relung jiwa kita akan besarnya jasa guru yang tiada pernah tergantikan. Sekalipun dengan sebuah pencapaian keberhasilan membanggakan.

Pengabdiannya mengantarkan kita menjadi seseorang berguna saat ini dan kelak di masa mendatang. Tiada pernah ia mengharap imbalan balas jasa akan cucuran keringat yang membanjiri dahinya, lelah yang menggelayuti tubuhnya, hingga gores luka akibat perbuatan kurang ajar kita anak didiknya. Selalu ditampakkannya senyuman hangat dalam wajahnya yang berseri indah. Sedang hatinya begitu luka dengan amarah memuncak. Do’a tulus penuh pengharapan senantiasa dipanjatkannya untuk keberhasilan kita menggapai cita masa depan. Tak sekalipun dendam akibat luka penuh amarah itu menodai kesucian hati juga kebesaran jiwanya.

Itulah sosok guru. Yang tanpa sadar dengan mudahnya kita melukai hatinya. Sekalipun dengan perbuatan sepele layaknya mengacuhkan nasihatnya, berakhlak buruk di hadapannya, bahkan melupakan besar jasa penuh perjuangannya.

Seringkali kita terlupa, bahwa guru adalah sosok yang hebat. Menjalankan berbagai peran dalam satu figur bukanlah suatu perkara mudah bukan? Memilih menjadi guru, berarti siap dengan segala konsekuensinya. Bahkan seringkali guru harus merelakan, kehilangan waktu kebersamaan dengan keluarga tercintanya hanya untuk kami, anak didik kebanggaannya. Menghabiskan waktu luang dan libur untuk menyusun program kegiatan sekolah hingga berkurangnya jam istirahat sudah menadi gambaran nyata yang begitu jelas bagaimana kehidupan guru yang sesungguhnya. Dengan berbagai konsekuensi yang tentunya ini bukan hal yang diinginkannya, namun panggilan dan dorongan hatilah yang telah membuatnya mampu menjadi sosok hebat teladan kita semua. Kehidupan berat yang dijalaninya tak pernah dikeluhkannya, hingga kita luput menyadari dilema penuh gejolak dalam perjuangan besar guru begitu berarti dalam membangun kehidupan terutama masa depan anak bangsa.

Guru, walaupun kebersamaan denganmu terasa begitu cepat. Namamu begitu indah terkenang dalam setiap ingatan anak didikmu. Pengabdianmu selalu terpatri di hati, abadi dalam sanubari. Dengan mudahnya kami menggores luka di hatimu, memancing amarahmu. Namun, kesabaranmu laksana embun di pagi hari, bagai air yang mengalir, tanpa pernah berhenti.

Ungkapan cinta dan terima kasihku tiada pernah mampu membalas segala jasa pengorbananmu. Kini, saatnya kami menjadi penerus perjuanganmu. Menjadi pelita, penerang dari segala gulita dunia. Cahaya yang tak pernah sirna menyinari dunia yang selalu merindukan sosok – sosok penerusmu.

Terima kasihku, untukmu teladan sejati yang selalu terkenang di hati.

Tulisan ini ungkapan sederhana penuh cinta sebagai tanda terima kasih akan besarnya jasa guru sebagai patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa.

Bogor, 4 Oktober 2021

Chika Aurelia Hamid