Cherlyn Xandra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendidikan bukan Mainan

Pendidikan bukan Mainan

Berapa banyak anak di Indonesia yang putus sekolah? Dari jenjang SD sendiri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa terdapat 44.516 di tahun 2021. Sebenarnya apa yang menyebabkan seorang anak putus sekolah?

Hal yang paling umum adalah faktor kemiskinan. Dengan keadaan yang ada, seorang anak terpaksa untuk berhenti dari pendidikannya. Mereka akan bekerja untuk mengurangi beban ekonomi keluarga. Sebenarnya, kemiskinan yang terjadi adalah suatu putaran yang akan terus berulang. Dimulai dari orang tua yang tidak memiliki uang di masa tua, sehingga memberatkan anak-anaknya untuk menghidupi masa tuanya. Tentu saja, uang yang dihasilkan selama sebulan dengan gaji UMR tidak akan cukup untuk menghidupi orang tua, diri sendiri dan mungkin adik-adiknya. Sehingga anak, sulit untuk mencapai kesuksesannya. Akhirnya, anak tersebut akan berakhir sama dengan tidak adanya uang di akhir masa tuanya.

Selanjutnya, adalah di mana orang tua bersikap acuh tak acuh kepada anaknya. Banyak orang tua yang tidak tahu bagaimana kehidupan anaknya di luar dan di dalam rumah. Orang tua seperti itu ialah dua individu yang sama-sama tidak siap untuk memiliki hubungan rumah tangga dan memiliki anak. Sehingga, anak tumbuh tanpa adanya kasih sayang, dan pengetahuan akan kehidupan di masa depan.

Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam hidup kita. Kita tidak akan berhenti untuk belajar, dan untuk mendapatkan ilmu. Pendidikan orang tua yang didapatkan menentukan kehidupan seorang anak dimasa depan. Dimulai dari pola asuh, masa tumbuh kembang anak, mengetahui minat bakat anak, dan mendukungnya. Di situlah terbentuk seorang anak yang dapat dengan berani mengambil pendidikan setinggi-tingginya sesuai bakat atau jurusan yang ia inginkan.

Pendidikan tidak hanya mengatur mengenai hitung-hitungan atau sejarah yang sudah berlalu. Namun, di balik pendidikan yang begitu berat terdapat hukum alam, tingkah laku sesuai norma, ilmu ekonomi, dan ilmu lainnya yang digunakan di masa depan. Hal tersebut disesuaikan dengan bakat minat masing-masing. Bagaimana jika sedari awal cita-cita seorang anak dianggap hanyalah main-main atau ditantang keras? Hal itulah yang membuat anak tak benar-benar belajar untuk masa depannya namun, untuk sebuah angka.

Menurut saya, kebanyakan orang yang belajar untuk ulangan lalu, mendapatkan nilai tinggi akan merasa sangat bahagia. Namun, setelah itu apakah pelajaran tersebut masih tersimpan baik di otak? Atau setelah itu kita cepat-cepat membuangnya dan mengisinya dengan materi pelajaran ulangan selanjutnya. Perlu diingat kembali, kita belajar untuk meraih prestasi dan ilmu untuk masa depan. Bukan untuk sebuah angka yang tak menentukan masa depan. Banyak anak-anak yang dulunya tak pandai bersekolah malah menjadi orang yang sukses. Mengapa? Karna mereka tak benar-benar mengandalkan dunia pendidikan akademis namun, juga mengandalkan dunia non akademis demi mengasah kemampuan.

Banyak orang tua yang masih membandingkan anak laki-laki dan anak perempuannya. Mereka mau menyekolahkan anak laki-lakinya sampai ke jenjang yang tinggi dengan duit mereka. Tapi, mereka memandang seorang anak perempuan dengan sepele dan berkata “ Anak perempuan tidak usah belajar tinggi-tinggi, ujung-ujungnya juga akan tinggal di rumah. “ Padahal, orang pertama yang mengajar seorang anak adalah seorang ibu. Bukan sekedar mengajar membaca dan menulis tapi, seorang ibu lah yang nantinya akan mengajar banyak hal kepada anaknya. Seorang ibu akan mengajarkan bagaimana dunia pendidikan berjalan, bagaimana hidup di kota besar, bagaimana proses pembuahan terjadi, sehingga anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Perempuan yang ingin berkarier tidak akan berakhir pada dunia rumah tangga namun, ia tidak akan menyia-nyiakan pendidikan tingginya untuk mengajar anaknya dan membesarkan bisnisnya.

Jangan sia-siakan suatu pendidikan, walaupun kamu merasa bahwa bangun pagi dan mengejar angka itu sulit. Kedisiplinan akan kamu temukan di sekolah. Angka memang mengukur sampai mana kamu paham akan materi namun, di dunia nyata tidak akan ada orang yang bertanya luas Benua Asia? Melainkan mereka akan bertanya, bagaimana cara agar dapat berbisnis dengan luasnya Benua Asia? Jawaban tersebut ada di pelajaran IPS, mengenai ekonomi kreatif dan perdagangan internasional. Buku tersebut mengajarkan teori, dan kita yang sudah membaca buku tersebut yang harus mempraktikkannya.

Maka dari itu, saya mengajak teman-teman untuk tidak menyia-nyiakan suatu pendidikan. Karena lebih baik kita sulit mencari ilmu, dibanding sulit menghadapi hidup.

Cherlyn Xandra, lahir di Tanjung Pandan pada tanggal 3 Januari 2009. Saya bersekolah di sekolah impian saya, yaitu SMP Negeri 1 Manggar. Saya besar di kabupaten Belitung Timur, provinsi Bangka Belitung. Saya memiliki hobi menulis artikel. Teman-teman dapat menghubungi saya melalui [email protected] atau melalui WA dengan nomor 082373954701, maupun IG @Cher.xandra.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post