Kandela

don't copy my works. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mari Berteman

Dahulu kala hiduplah dua sahabat baik yang hidup bersama. Seorang sahabat yang mempunyai banyak perbedaan tetapi saling melengkapi.

Landak yang biasa hidup sendiri memulai paginya dengan merentangkan tubuhnya sehabis tidur nyenyak. Si landak yang biasa dipanggil Ilan oleh teman-teman hewan lainnya. Meskipun begitu, Ia jarang berkumpul bermain bersama yang lain. Ilan selalu mengerjakan apapun sendiri. Tak pernah sekalipun Ia meminta bantuan. Bagaimana tidak, Ia seperti bisa melakukan apa saja. Bahkan Ia lebih sering dimintai bantuan oleh teman-teman lain dengan masalah mereka. Ilan selalu menjadi tempat curhat mereka. Sekalipun sering Ilan hanya dijadikan tempat singgah selepas menceritakan isi hati mereka.

Ilan memang selalu bisa diandalkan. Ia pendengar baik yang disukai teman-temannya. Tetapi hal itu tidak berlaku sama terhadap apa yang dirasakan Ilan. Ilan lelah sebenarnya, mendengar semua celotehan isi hati teman-temannya itu. Seperti pagi itu ketika Oyen, si monyet yang tiba-tiba mendatangi Ilan hendak mencari solusi untuk mendekati monyet betina yang lain, yang akhirnya Ilan menemukan jalan keluar dengan memberikan pisang kepada Oyen untuk diberikan kepada monyet betina yang disukai Oyen. Sebenarnya Ilan tahu, Oyen sengaja membuat alasan untuk meminta makanan agar tidak dikira suka meminta-minta. Sudah tidak berjasa apa-apa, malah meminta dengan dengan membuat alasan.

Setelah mengurusi masalah Oyen Ilan keluar hendak mencari makanan. Di tengah perjalanan Ia menemukan buah apel segar nan besar di atas pohon. Ilan ingin meggapainya, tetapi tidak terpenuhi karena tubuhnya yang kecil itu. Tak kehabisan ide, Ilan menggoyang-goyangkan pohon apel tersebut dengan sekuat tenaga. Sayangnya dari semua jerih payah Ilan, pohon apel tersebut masih berdiri tegak, seakan tidak terganggu oleh guncangan yang diberikan oleh Ilan.

Ilan masih tetap bersih kukuh dengan keinginannya untuk mendapat apel segar itu. Satu persatu cara Ia gunakan untuk menjatuhkan setidaknya satu buah saja untuk Ia makan. Di saat yang bersamaan, Kelinci alias Alis, hewan yang terkenal dengan keramahannya melihat Ilan. Melihat Ilan yang kesusahan, Alis memutuskan untuk mendekati Ilan.

“Hei Ilan, apakah kamu butuh bantuan?” Tanya Alis meneliti. “Tidak usah Alis, aku bisa melakukannya sendiri.” Jawab Ilan dengan wajah merah, bukan karena malu tetapi karena menahan amarahnya yang mulai naik karena pohon apel yang keras kepala itu. Sudah capek-capek kemarin Ia berkeliling mencari makanan yang malah tadi pagi Ia berikan kepada Oyen, yang membuat Ia kelaparan saat ini.

Alis melihat wajah Ilan yang menggerut itu. Tak meunggu lama Ilan meminta tolong, Ia langsung menaiki pohon dengan lincahnya da menggambil beberapa apel untuk Ilan. “Nih apelnya”. Ilan tergakum melihat Alis dengan lincahnya menaiki pohon apel itu. Keren.

Ilan berterima kasih kepada Alis dan mengajaknya untuk makan bersama. Tentu saja Alis senang dengan ajakan Ilan. Sejak saat kejadian dengan pohon apel itu, mereka menjadi semakin dekat. Ilan merasa memiliki teman, bukan sekedar teman, tetapi teman yang benar-benar bisa Ia ajak bicara dengan nyaman. Begitu juga dengan Alis yang merasa dirinya kurang nyaman bersama teman-teman yang lain, tetapi dengan bersama Ilan Ia merasa bisa menjadi dirinya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post