Azie_ryuuchan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Twilight story # three

Twilight story # three

×××Twilight story×××

--Three--

Azie ( Azizah Nurul Hidayah )

|•|•|•|•|•|•|•|•|•|•|•|•|

Haqi membuka matanya yang letih. Bau khas aspal berdesakan memasuki paru paru nya. Isakan Laila menjadi alarm nya, mengingat ia masih terbaring di atas aspal.Kicauan merdu burung burung di pagi hari menyejukkan pendengaran nya.

Isakan Laila yang kian menguat memaksa tubuh Haqi untuk bersikukuh berdiri. Meski kaki kaki nya yang terasa terpotong berkali kali, meski kepalanya pening 7 keliling, dan tubuh nya yang hampir ambruk tertiup angin.

Napas nya berat, mengingat aspal dingin yang semalam menjadi alas tidur nya membiarkan beberapa kerikil menetap di luka luka milik nya. Kian menusuk nya.

Dan langit biru bertabur bintang yang semalam menjadi selimut nya sekarang sudah beruah keemasan ditemani oleh cahaya cerah sang Surya. Meski cahaya hangat menerpa wajah nya, Haqi tetap diselimuti rasa dingin.

Pakaian nya yang basah kuyup karena air hujan bercampur dengan darah membuat tubuh Haqi menggigil. Ia berjalan lambat tanpa semangat. Tubuh nya kumuh dan terasa lengket.

Wajah nya muram dengan mata bulat yang berkaca kaca. Lelah letih memang terasa. Pertama kalinya bagi ia mengabaikan isakan tangis kencang Laila. Ia menggangkat wajah nya, menatap gapura pintu masuk sebuah kota kecil.

Matanya sedikit terbelalak, ditemani suara kicauan burung kecil air matanya jatuh mengalir deras di pipinya. Kota tempat ia dulu tinggal, rumah mungilnya ada disini sebelum kejadian mask mafia. Langkah nya gontai, tangisan kencang Laila menggema di seluruh pelosok daerah ini.

Kaki Haqi terasa bengkak, lelah dan terasa setengah mati. Ia bahkan tak ingat sejauh mana ia berlari, hingga membuat kaki nya bagai habis terinjak truk besar. Ingat lah akan luka luka yang bersemayam di kaki nya, menolak untuk sembuh.

Ia berhenti di hadapan seonggok runtuhan bangunan. Rumah tempat seorang gadis seumurannya 2 tahun lalu terbunuh. Tempat dimana ikatan persahabatan ayah nya terputus, tempat dimana Haqi pertama kali melihat betapa kejam nya dunia ini. Dunia Fana, dunia penuh tipuan dan buaian.

Bahkan mayat mayat disini tak di evakuasi, membuat wilayah ini sangat di penuhi bau busuk. Daerah mereka adalah daerah terpencil di pinggiran negara, menurut mu apakah pemerintah bisa mendengar isak tangis kuat mereka?

Sepertinya tidak, mereka terlalu sibuk dengan hidup nya sendiri di tengah hiruk pikuk kota besar di tengah ibukota. Haqi terus berjalan, hingga bertemu dengan rumah mungil berwarna hijau. Beberapa bercak merah menutupi nya.

Hampir 2 tahun ditinggal kan membuat nya tampak menyatu dengan alam. Ia menghela berat. Menyentuh setiap inci bagian rumahnya. Rumah lamanyam pagar terbuka, dengan suara decitan akibat banyak nya karat yang menggangu.

Butuh lebih dari tenaga nya yang tersisa unruk membuka pagar itu. Pintu depan sudah menghilang, entah terpelanting kemana. Terlupakan sejak 2 tahun lalu.

Haqi memasuki nya, menemukan kamar nya yang sedikit rusak. Haqi menatap sekitar, membuka pintu almari nya yang reyot. Terbuka, langsung saja ambruk. Haqi membiarkan nya tergeletak disana, tanpa berniat membenarkannya. Diambilnya 1 buah baju, tak peduli yang mana.

Ia gunakan. Mengambil 1 tas kecil, berjalan berganti menuju kamar bunda nya. Air mata nya tak kunjung berhenti, sambil sesenggukan ia mengambil baju Kecil Laila. Empeng nya yang sedikit berdebu, dan berlari ke dapur.

Menghidupkan air keran, mencucinya. Menggambil teko kecil. Memasukkan air kesana. Memasak nya cukup lama. Memasukkan nya ke dot Laila, berharap Laila kecil menerimanya. Sesak menyeruak di dadanya. Isakan memenuhi kelopak matanya.

Seandainya saja, ia juga ditembak mati oleh mereka. Seandainya saja, ia tak harus melihat adik nya dengan mata bengkak, meminum air hangat yang tidak biasa ia minum. Yang bahkan ia tidak tau, air ini berasal dari mana. Tubuh nya beribu kali mati rasa.

Tapi setidaknya, Laila masih disini. Setidaknya, Haqi tidak sendirian. ditemani wajah polos Laila kecil, Ia tau, ia harus bertahan. Bertahan demi adik kecilnya. Menatap Laila yang meminum air putih dengan lahap nya membuat diri nya serasa diiris, membuat hatinya kian meringis.

Ia akan bertahan disini, selama mungkin. Untuk Laila. Ya hanya untuk nya. Setidaknya sampai Laila tumbuh besar, bertemu teman teman baru. Tumbuh menjadi gadis mungil yang cantik, hingga ajal Haqi menghampiri.

××××××××××××××

Wahahahhahaha azie kembali! Ini cerita hampir terlupakan, tapi syukur udah mau end. Pendek banget sih cerita iniii yawdah, tunggu lanjut nya yaaa bye!

(づ。◕‿‿◕。)づfollow

(づ。◕‿‿◕。)づcomment

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aaa. Thumbnailny bagus banget Zie!

10 May
Balas

Lanjot!!!,Aku baca yang kata Horor itu yang bukan nyata rasanya bosen ingetnya yang ini mulu mangkin penasaran sekarang malah penasaran yang horor itu [Benar benar aneh sekali]

10 May
Balas

Wkwkwkkwwk maap ya kalo bosen ok, insya allah ini lagi di preses

10 May

Gpp kak gitu aja aku oragnya gampang bosen bosen terus

10 May

Wkwkwkwk iya sih emang biasa tapi maaf ya

10 May



search

New Post