Mini horror : Nyata Story

Aku gabut dan pen cerita.

°°°°°°°°°°°°°°°

2019, ketika aku masih berumur 10 tahun. Waktu itu aku ikut saudara ku ke pondok pesantren Kakak nya, mengungat keluarga besar kami sedang ke kalimantan, menghadiri acara pernikahan paman ku.

Yah kami di tinggal dong, kalau di tanya kenapa pun itu aku ngga tau, tapi katanya karena saudara sepupu ku, Lina sakit demam. Aku dirumah hanya bersama Lina dan kakak nya Nur. Kakak nya adalah guru, di pondok pesantren tempatnya belajar dulu.

Awal nya, aku dan Lina hanya di tinggal dirumah, menjaga rumah katanya. Dan momen epic nya dimulai. Mulai dari adzan subuh. Kak Nur belum juga pulang, dan Lina terus saja tertidur. Suara suara burung hantu memenuhi rumah uti ku.

Awal nya aku biasa saja, karena itu sudah biasa. Aku melangkah kan kaki ku ke kamar mandi, untuk mengambil air wudhu. Aku melihat pintu dapur terbuka, padahal semalam kak Nur mengunci nya.

Tubuh ku agak tak tenang. Mendengar seseorang memasak di belakang sana. Aku menutup nya kembali, berusaha ber pikir positif. Ditempat ini hal seperti itu sudah biasa. Bahkan dari ayah ku yang di telepon dari rumah kosong atau paman ku yang di ajak berbincang makhluk ghaib.

Tapi aku, sungguh ngga ingin mendapati mimpi buruk juga. Aku segera berlari setelah segera wudhu, kekamar Lina. Aku sholat disana. Lina tampak sudah bangun, tersenyum kepada ku. "Lin, tadi pagi ada yang masak to?" Tanya ku aga ngeri.

"Paling, kak Nur dah pulang. Ato mama" jawab Lina simpel. Aku menghela napas. Mungkin. Itu sih mungkin. Tapi, aku berusaha menghiraukan nya. Aku segera sholat.

Setelah sholat, aku menatap Lina yang masih di tempat nya, tersenyum kepada ku. "Kenapa si senyum senyum, kamu udah kurang waras?" Tanya ku padanya. "Engga ko" "dah sholat? " Senyum Lina menjadi Aga sinis

"Udah" jawab nya. Ekspresi nya berubah drastis. Membuatku semakin ngeri. Aku berjalan keluar, menemukan pintu masuk terkunci. Aku membuka kunci nya, berharap menemukan udara segar untuk menenangkan diri.

Aku keluar, berjalan jalan ke aspal di depan rumah Lina. Langkah ku terhenti mengingat tak menemukan motor kak Nur. Bahkan, biasanya kak Nur akan membuka pintu lebar lebar dan menggebrak siapapun yang tidak bangun.

Dan, Lina selalu memangil ibunya bunda, bukan mama atau semacam nya. Ah mungkin itu sudah biasa. Kadang tanpa sengaja aku juga memanggil umi ma.

Hingga seseorang dengan piama putih mendekat. Membuatku semakin mundur perlahan. Tubuh ku gemetaran, saat ia makin mendekat. Aku menyadari aku terpojok, di depan pos kamling.

Tubuh ku mati rasa, andaikan saja aku bisa melompat ke samping dan segera berlari. Kemana pun. Asalkan aku selamat. Mata ku sedikit berkaca kaca. Aku takut. Sangat.

Gadis itu makin dekat, sangat dekat. Aku menutup mata rapat rapat. Hingga seseorang memanggilku. "Wooi zie! Zie kamu knp sih?" Aku membuka mata ku. Lina. Itu suara Lina. "Lina! Kamu nakut nakutin aja! "

"Lah napa lu? Ditinggal jalan jalan bentar udah kek ketemu setan" jalan jalan? "Ha? Tadi kan kamu yang di kamar senyam sunyum kek orang g waras! Lagian tadi kamu pake nya piama pink kan?" "Di kamar? Ngelantur! Aku deri tadi jalan jalan, udah enakan ni badan"

"Kok, pintu nya kekunci?" "Oh aku lewat pintu di samping mushola, jadi ngga pake pintu depan. Ehehehh" jawab Lina membuatku kembali gemetar.

Aku mengingat nya. Semalam, kami memang sama sama memakai piama putih kembaran yang di belikan umi. Aku berbalik perlahan, menatap rumah uti, pintu nya sudah tertutup kembali.

:)