Azie_ryuuchan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mini horror : Nyata Story

mini horror: Nyata Story

Ini kisah ny kakak sepupu kuu enjoy iya?

♪♪♪♪

7 may 2021

Lastri menghela napas nya berat. Hari ini ia sedang bad mood. Biasalah ciwi ciwi. Lusa malam hp nya rusak dan mati utuh. Kebanyakan data penting sekolahnya hilang, membuatnya tak tau bahwa kemarin ia masuk.

Banyak pr tak dikerjakan dan ia begadang menyelesaikan pr yang salah. Pagi ini ia datang terlambat ke sekolah, dan salah membawa buku. Pr yang tak terselesaikan di ganti dengan berdiri di hadapan papan tulis di kelas nya.

Siang tadi mamak nya tak segera menjemput, meski di telefon menggunakan handphone temannya. Saat pulang ia diajak temannya membersihkan lingkungan sekolah, bagian dari hukuman. Seandainya Lastri tak puasa, ia akan segera memanjat pagar sekolah yang sudah tertutup.

/Ya ampun aku puas banget ketawa waktu dia cerita//

Terpaksa mereka memanggil manusia asing yang lewat di depan pagar sekolah, entah bagaimana mereka membuka pintu. Kakak ku kalo cerita, Ceritanya cukup bikin binggung.

Setelah keluar dari pagar sekolah ini, cobaan blum selesai. Lastri belum di jemput. Bebrapa menit yang lalu sekiranya pukul 13 : 15, kawannya dijemput. Ia pulang dengan wajah sumringah bahagia bak mau buka mbedug. Lastri kan merasa di dzalimi.

Lastri sendiri terus terdiam di teras masjid yang terletak di sekitar sekolah nya. Sekitar jam 14 : 00, ia belum juga dijemput. Sudah lebih dari 20 kali ia menghela napas hari ini.

Hingga, yang ditunggu pun datang dari kejauhan. Napas nya kembali terhela. Ia yang seharusnya pulang ke rumah nya pukul 11: 30 malah di jemput pukul 14:15. Ngeselin ngga sih?

Lastri menghentakkan kaki nya ketus menuju motor kakanya. "Masih untung ku jemput" kata kata ringan nan enteng meluncur begitu saja dari lisan kakak nya. Sekali lagi, Lastri menghela napas.

Ia harus menahan semprotan,semburan, omelan aliasnya kata kata mutiara dari dalam hati nya. Nanti kalo udah buka Maghrib baru ia keluar kan. Biarlah ia menunggu sejenak.

Diatas kelajuan normal motor kakak nya, Lastri hanya berbengong ria. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan, yah begitu saja lah. Mo ngapain lagi diatas motor?

Terlalu sibuk bernapas eh memikirkan kekesalan nya sampai melupakan cuaca yang mulai memburuk. Tampak nya langit kesal dan ngambek tidak di perhatikan oleh orang orang yang lalu lalang.

Hingga tiupan angin mengawali datang nya awan hitam menutup birunya permadani langit. Dan tanpa aba aba ato babibubebo lagi hujan turun dengan derasnya.

Membuat jalan raya yang awalnya ramai mulai menyepi. Mereka sudah berhenti di pinggir jalan raya, berteduh di rumah rumah warga atau ruko yang terselebar di setiap pinggiran jalan.

Atau mungkin hanya untuk sekadar menggunakan jas hujan. Tetapi berbeda dengan motor Lastri, malah semakin melaju di bawah derasnya hujan. Lastri berusaha memanggil Kakak nya.

" Kaaak ko ngga berenti sih?! " Teriak Lastri, takut suara nya tertutupi suara derasnya hujan dan angin kencang. " Bentaar kayaknya hujan nya bakalan lamaaaa kita mampir di pondok dulu!"

Seru kaka nya tak kalah kencang. Lastri mendegus, mungkin Kaka nya melupakan bahwa hujan masih menghujam jaketnya dan seragam adiknya. Tas nya sudah plastikan, tapi, bagaimana dengan tas Lastri? Coba aja kalian tebak •w•

Mereka memasuki sebuah lahan besar. 3 buah bangunan sama besar. Tempat yang cukup suram dan menurut Lastri sendiri aga menyeramkan. Mereka memasuki pekarangan dan segera ke parkiran, terdapat teduhan disana.

Belum juga motor berhenti, Lastri sudah melonjak turun dari sepeda. Berlari dan berhenti di bawah teduhan itu. Ia membuka raslating tasnya, memaksa buku buku nya untuk keluar.

Beberapa basah, meski tidak seutuh nya. Setidaknya Lastri harus bersyukur tas nya tidak berubah menjadi kolam renang bagi buku bukunya. Ia mengenasi nya, memindahkan ke tas kakak nya.

Kakak nya turun dari motor, memperhatikan gerak gerik adiknya. "Kita masuk, nanti ganti di dalem" ajak kakak nya berjalan. Lastri menggangguk pasrah.

Ia berlari perlahan, berniat mengejar langkah kaki kakak nya. Sebelum angin kencang yang menusuk tulang rusuk tubuhnya membuat kaki nya tak mau bergerak. Suara tawa menari nari di kepalanya, membuat tubuh Lastri bergetar.

Bisikan kecil menggelitik telinganya, membuatnya menjadi lebih ketakutan. Bagai banyak kupu kupu bersemayam di perutnya, membuatnya ingin mual.

Seluruh bulu kuduk nya berdiri tegak, bisikan ini seakan mengajak nya untuk mati. Mata nya seakan diiris iris, bahkan kristal bening hampir bersemayam di kelopak mata nya.

Seandainya kakak tercinta tidak berbalik, Lastri tak akn bisa berlari. "Ngapain sih? Ayo" ajak kakaknya menyeret Lastri. Tak menyia-nyiakan kesempatan ini, Lastri berlari menyamakan langkah kaki kakak nya.

Ia merasa bisikan itu melembut, mengatakan dadah dan menghilang tanpa jejak, ditelan suara derasnya hujan.

Lastri memasuki kawasan gedung pertama. Tampak seperti sekolah. Mereka berjalan beriringan. "Sepi" komentar Lastri. " Hari sabtu, udah sore, Hujan deres lagi. Iyalah. Mungkin lagi di asrama"

Lastri masih menatapi seragam nya yang basah kuyup oleh air hujan. "Kak baju aku basah! Gimana jal?! " Tanya Lastri kesal. "Yah, kamu duluan aja kekamar mandi nya, aku mau ambil baju"

Lastri meneguk ludah nya kasar. Harus nya ia tak bertanya tadi. Lastri bersikukuh melangkah kan kakinya. Ngga apa, disini ngga ada saudara sepupu bar bar nya yang bakalan matik hidupin lampu cem minta di geprek. Dikira lampu kamar mandi rumah nya lampu disco apa?

Ia mendekat perlahan, menuju kamar mandi di bawah tangga. Pemandangan suram menyapanya, membuat nya sedikit takut.

Ia berjalan memasuki tempat berwudhu perlahan. Dinginnya lantai keramik seakan merembas ke telapak kaki nya yang basah. Ia menatap sekitar nya waspada. 3 kamar mandi. Pintu ketiga atau paling pojok tertutup rapat.

Bisikan itu muncul kembali. Kali ini, memanggil manggil bak ingin meminta tolong. Ia meminta membukakan pintu paling ujung. Lastri takut takut berbalik cepat, menatap pintu yang tertutup rapat itu. Darah merembas dari sana, membuat bulu kuduk nya berdiri.

Ia segera berbalik kembali, berlari keluar area kamar mandi. Yah setidaknya itu niat nya sebelum menabrak kakak nya sendiri. "Ih malah lari lari, cepet ganti! Katanya dingin" sergah kakak nya ketus, kesal dengan Lastri yang enteng menabrak dirinya.

Lastri memasuki kamar mandi pertama, menutup pintu tak terlalu rapat. Berharap menemukan bayangan kakak nya, yang malah meninggalkannya dengan ibuk ibuk lain. Hancur harapannya, gemetar kembali menyelimuti nya.

Bahkan suara ketukan pintu berkali kali kembali mengganggu pendengaran telinga nya. Berusaha mengacuhkan nya, ketukan itu malah makin kuat , banter nan cepat. Bawaannya kek ngajak berantem gitu.

Setelah menyelesaikan acara pemakaian baju nya, Lastri membuka pintu cepat, melonjak keluar. Tak ada siapapun disana, membuat Lastri berasumsi itu hanya angin lalu. Memang udah nggak beres.

Lastri melangkah keluar, sebelum sebuah tangan tak kasat mata mencengkeram erat lengannya. Lastri berupaya berlari, meninggal kan seseorang yang menarik ny paksa.

Tapi tak guna, aliasnya sia sia aja. Bahkan, rasanya kaki nya seakan menginjak cairan kental amis nan merah. Nafas Lastri tak berfungsi cukup baik. Beberapa detik kemudian, ia bisa mendengar panggilan kakak nya, membuat cengkraman tadi hilang begitu saja.

Lastri berbalik cepat, mendapati semua baik baik saja. Bahkan cairan kental tadi menghilang, menyisakan jendela yang terbuka lebar. Lastri berlari meninggalkan tangan yang putus dan jendela yang terbuka lebar.

Lastri mengibaskan tangan itu sambil hampir menangis, berlari tunggang langgang meninggalkan kamar mandi. Menuju tempat kakak nya berbincang. Mereka masih berbincang lebar. Ia menoleh sebentar, menatap Lastri. "Lama banget"

Lastri hanya menjawab dengan ngos ngosannya. Ia duduk disamping kakaknya, berbisik pelan sambil menarik lengan baju kakak nya." Udah terang, ayu pulangg" ajak nya. Kakak nya menatap balkon sejenak. "Iya sebentar"

Mereka kembali berbincang, mengacuhkan Lastri yang menenangkan diri. Kejadian tadi membuat jantung nya laksana berlari, Paru paru nya jungkir balik.

Hingga hampir 1 jam penuh berjalan membosankan bagi Lastri. Dengan kuat menarik paksa baju kakak nya yang sedang berbincang. "Ayo pulang silak maghriiib" ketus nya jengkel. "Ah iya ok" setelah pamit dengan ibu tadi, mereka melaju keluar dari pekarangan pondok ini.

Di luar, Lastri berbisik, "kok bisa tau ujan nya lama?!" " Perasaan ku ngga enak. Tapi,tadi ibuk nya mirip banget sama temenku, namanya juga sama lo, kok bisa ya" terang kakak ny Sekaligus bertanya.

"Temen yang mana?!" "Yang meninggal ketabrak mobil itu dek" seru Kakak nya saat sudah melaju diatas motor. Lastri serasa disetrum, membuat kepalanya menoleh seketika.

Disana, seorang wanita dengan wajah hancur dan bibir yang tersobek dan kehilangan 1 tangan nya bagai menyeringai lebar.

:)

(づ。◕‿‿◕。)づ follow

(づ。◕‿‿◕。)づ comment

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, masyaallah, allahuakbar, lailaha ilallah muhammadarrosullullah... merinding wey! Mana lagi bacanya malem". Ya walau lagi bulan ramadan, ikan pesut juga bakalan merinding kalo baca kayak gini. Sumpah, ngebuat andrenalinku memacu dengan cepat! Feelnya dapet!!

09 May
Balas

Wkwkkwkw sial aku tertawa,

10 May



search

New Post