Ashiilah Wijaya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kakek dan Nenek, Panutanku

Kakek dan Nenek, Panutanku

Kakek dan Nenek, Panutanku

Oleh: Ashiilah Wijaya

Kakek dan nenekku sering bercerita tentang masa mudanya sebagai seorang guru. Salah satu cerita yang paling sering beliau-beliau ceritakan kepadaku adalah bagaimana menjadi seorang guru. Di balik cerita itu semua, aku menyadari satu fakta bahwa mereka berdua memiliki cara mengajar yang bertolak belakang sekali.

Saat mengajar, nenekku dengan penuh kasih sayang dan lemah-lembut kepada setiap muridnya. Selama kurang-lebih 40 tahunan mengabdi di dunia pendidikan, beliau tak pernah sekalipun melakukan kekerasan kepada anak murid yang beliau ajar. Baik dengan kekerasan verbal maupun fisik. Dan beliau benar-benar memegang teguh kalimat bahwa setiap murid memiliki kelebihannya masing-masing. Beliau tidak memaksa setiap murid harus memiliki nilai sempurna di semua mata pelajaran. Bagi beliau yang terpenting adalah mereka telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan juga jujur ketika melakukan sesuatu.

Berbeda sekali dengan cara kakekku mengajar. Saat muda, beliau terkenal sekali dengan ketegasannya. Tak segan beliau memukul anak murid dengan penggaris kayu panjang yang berukuran 1 meter, jika mereka melakukan kesalahan atau bermain saat jam pelajaran berlangsung. Itu beliau lakukan, agar semua anak muridnya serius saat belajar, sehingga kelak menjadi orang yang berhasil.

Beliau berdua pada dasarnya memiliki perhatian yang tinggi kepada setiap anak muridnya. Tujuannya sama, untuk menjadikan anak muridnya menjadi lebih baik lagi, agar masa depan mereka semua cerah. Namun, yang membedakannya hanya cara menyampaikan rasa perhatian tersebut.

Terlepas dari cara beliau-beliau mengajar, sepertinya aku menangkap maksud lain mengapa beliau berdua selalu bercerita tentang pekerjaannya itu padaku. Selain karena aku merupakan cucu terdekat dibandingkan dengan cucu yang lain, mungkin juga karena tidak ada yang menjadi guru di antara kelima anaknya, sehingga keduanya berharap padaku untuk menjadi seorang guru dan melanjutkan karier mereka.

Aku sama sekali tidak keberatan jika mereka menaruh harapan kepadaku. Karena dari saat duduk di bangku Sekolah Dasar, guru merupakan profesi yang sangat-sangat aku dambakan hingga saat ini. Guru begitu berjasa bagi anak muridnya dan guru juga salah satu penentu kualitas pemuda-pemudi di masa depan suatu bangsa. Begitu mulia pekerjaan tersebut. Tanpa adanya guru, tak akan mungkin ada dokter, tentara, atau apapun itu profesinya. Bahkan presiden sekalipun juga pasti membutuhkan sosok guru. Itulah alasanku mengapa ingin menjadi seorang guru.

Aku sadar bahwa persaingan telah semakin sengit dari waktu ke waktu, karena angka kelahiran jauh lebih tinggi dibandingkan angka kematian. Bukan sedikit jumlah pengangguran di Indonesia ini, bahkan sekelas S1 saja banyak yang menjadi pengangguran.

Untuk itu, aku berniat mempersiapkan segalanya mulai dari sekarang. Mulai tahun 2023 ini, aku bertekad untuk belajar lebih giat lagi di sekolah, agar mendapat nilai tinggi, juga meningkatkan soft skill yang aku miliki guna membantuku dalam dunia perkuliahan dan pekerjaan di masa depan.

Pastinya, usaha saja tidak akan pernah cukup untuk mewujudkan impian tersebut, perlu doa yang banyak serta tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa agar jalan menuju kesuksesan semakin dimudahkan oleh-Nya.

Profil Penulis

Ashiilah Wijaya, lahir di Bandung, 15 Mei 2007. Ia merupakan anak perempuan pertama dari dua bersaudara. Kini dirinya sedang menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Tanjungpandan.

Membaca, bersepeda, dan menulis jurnal harian adalah hobinya setiap hari. Ia memiliki impian untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjadjaran.

Dan di masa depan nanti, dirinya ingin menjadi guru di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk menghubunginya, kalian bisa e-mail ke [email protected] atau melalui Whatsapp di nomor +62 851 6260 5152.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post