Dahulu, aku merasa kasihan kepadamu

Tangismu yang seperti begitu memilukan

Sempat meluluhkan hatiku

Hingga aku tak tega untuk menyakitimu

Ternyata, tak kusangka tangisanmu hanyalah sekedar sandiwara

Aku lupa bahwa kau ahli berpura-pura

Siasatmu yang licik sempat membuatku tertawa sinis

Kau hanyalah sebutir debu yang tersisa

Nona, dimanakah letak kewarasanmu?

Benarkah kau merasa paling tersakiti?

Kau membuat drama di mana saja

Dirimu terlalu munafik untuk dipercaya

Teruskan, teruskan pertunjukanmu

Aku merasa terhibur dengan karanganmu

Benarkah yang kau katakan, Nona?

Kau merasa paling baik?

Sehingga banyak dusta yang kau ciptakan untuk menutupi kebusukanmu?

Kau mencuci otak mereka semua

Berharap mendapat simpati dari semuanya

Aku cukup takjub akan rencanamu

Busuk sekali, hingga tercium dari sini

Tak kusangka kebohonganmu telah membusuk sampai saat ini

Teruslah membuat kehebohan, karna dirimu memang perusuh yang handal

Apa? kau takut sendirian?

Tak apa, aku tak bersamamu

Berkacalah, dirimu tak lebih baik dari dia

Berhenti membuat kebohongan, Nona

Apa kau tak lelah?

Meminta simpati mereka dengan cara merendah?

Caramu terlalu murahan, Nona

Maaf, sepertinya aku telah keterlaluan

Tapi nyatanya, kau hanyalah seorang iblis yang tak berperasaan

Jangan berharap kau kan menang

Karna sejatinya kebenaran selalu mengalahkan kebohongan

Dustamu terlalu busuk, hingga diri ini muak terhadap perkataan yang kau lontarkan

Ku harap kau mengerti

Karna aku percaya kau masih mempunyai naluri

Untuk mengerti yang aku katakan