Alifah Rahmania

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu, Air Matamu adalah Berlianku.

Ibu, Air Matamu adalah Berlianku.

Oleh: Alifah Rahmania.

Hari bahagia menghampiriku kala aku lulus dari Sekolah Dasar. Saat-saat terindah adalah ketika aku duduk di kursi wisuda. Mataku selalu tertuju pada kursi penonton. Senyuman yang jarang kulihat, terpampang jelas di wajahmu. Kebahagiaan yang sangat besar engkau rasakan saat melihatku duduk di kursi itu. Ibu, sosok yang selalu kurindukan senyumannya. Sosok yang akhir-akhir ini sering kusakiti hatinya. Hari ini, beliau menatapku dengan wajah sumringah.

Aku menangis di dalam hatiku, seakan-akan merasakan bahwa akulah manusia yang paling berdosa di muka bumi ini. Hati itu sudah pernah kusayat, sudah pernah kulukai. Bahkan air mata sucimu sudah pernah turun karena ulahku. Saat semua wisudawan - wisudawati beranjak dari duduknya untuk mencari orang tua mereka, saat itu juga aku tak kuasa menahan tangisku. Aku berlutut di hadapan ibuku, kugenggam tangan yang sudah merawatku itu. Saat mata ini bertemu, air mata ibuku jatuh sembari memegang kepalaku. Tak ada kata lain selain mengucapkan maaf dan terimakasih padanya.

Sesampai di rumah, aku tak tahu apa lagi yang ingin aku katakan padanya dalam kondisi berurai air mata. Kaki penuh pengorbanan itu aku tarik, aku cuci dengan pelan. Bisa kulihat dari wajahnya, kerinduan yang teramat dalam. Sosok ibu yang selalu ada di saat suka maupun duka. Beliau adalah wanita yang selalu rela berkorban untuk kebaikan anaknya.

Sembilan bulan lamanya ibuku telah berjuang menahan lelah saat aku di dalam kandungannya. Lalu, ibuku melahirkanku dengan bertaruh nyawa. Perjalanan selanjutnya, ibu merawat aku dengan penuh kasih sayang dan cinta. Ibu yang rela bangun pagi-pagi, hanya untuk menyiapkan sarapan untuk aku dan keluarga. Terkadang aku merasa bersalah saat aku melihat ibuku jatuh sakit. Wanita yang sangat kucintai itu menangis, entah karena sakitnya atau sakit melihatku yang duduk di sebelahnya. Aku berfikir, apa yang bisa kuucapkan pada ibuku? Apa yang bisa aku berikan untuk sekadar meringankan sakitnya? Tak ada. Apa pun yang aku berikan itu tak ada apa-apanya dibandingan dengan seberapa lelahnya ibu berjuang merawatku. Setiap harinya, rasa bersalah ini semakin besar. Saat melihat kerutan di wajahnya, semakin aku takut untuk kehilangannya.

Ibu, ucapan ini hanya untukmu. Terimakasih Ibu. Engkau adalahpelitaku, bulan, dan matahariku. Tak kan pernah ada seorang pun di dunia ini yang bisa menggantikan figurmu. Hanya engkaulah satu-satunya wanita sejati yang setiap harinya kurindukan. Engkau adalah wanita kuat, yang selalu berusaha memberikan apa yang diinginkan anaknya. Tak peduli dengan keadaan dirinya sendiri, yang terpenting hanyalah kebahagiaan anaknya. Maaf jika aku sering melukaimu, sering membantah nasihatmu, dan juga sering menyepelekan perintahmu. Padahal sesungguhnya aku sangat mencintaimu, Ibu.

Ibu, pengorbananmu tiada pernah berakhir. Semenjak aku belum lahir hingga tumbuh menjadi gadis remaja, aku selalu dan selalu saja menyusahkanmu. Tahukah Ibu, sejujurnya aku malu saat diriku tak mampu mempersembahkan nilai yang istimewa buatmu. Kata-kata indah yang senantiasa engkau tuturkan akan kujadikan semangat juang demi membahagiakan dirimu. Ibu adalah surgaku. Terimakasih untuk semuanya, Air matamu adalah berlian bagiku. Tunggu aku hingga bisa memakaikan mahkota emas di kepalamu. Aku cinta ibu.

Tentang Penulis.

Pengalaman ini ditulis oleh Alifah Rahmania, gadis pelajar asal Jember yang duduk di bangku kelas 9. MTs Negeri 02 Jember adalah tempat ia bersekolah. Lahir di Jember pada tanggal 15 Oktober tahun 2006. Memiliki kebiasaan membaca dan hobi berimajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dia dapat dihubungi melalui:

alamat email : [email protected]

Instagram penulis : @alfrhraoo

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post