Alifah Rahmania

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu adalah Pahlawanku

Ibu adalah Pahlawanku

Ibu adalah Pahlawanku

Oleh: Alifah Rahmania Roifat

Ibu, sosok wanita yang sering kali kita lihat saat pertama kali terbangun dari tidur. Ibu, sosok yang selalu kita temui setiap harinya. Sosok yang tak pernah lepas dari anak-anaknya. Ibu yang rela tak tidur demi mencukupi anaknya. Itulah ibu, sosok wanita yang sangat mencintai kita.

Aku adalah seorang gadis dan anak perempuan pertama dari sebuah keluarga sederhana. Ibuku dan ayahku merawatku hingga aku tumbuh seperti saat ini. Pada suatu hari, di pagi itu aku sudah didatangi teman-temanku. Mereka mengajakku untuk jalan pagi ke alun-alun kota Jember. Dengan berjalan kaki. Aku pun meminta izin pada ayah dan aku diperbolehkan pergi bersama teman-temanku. Namun sayangnya, ibuku tak mengizinkan aku pergi bersama teman-teman.

Namun karena aku ingin sekali pergi. Akhirnya aku berbohong pada ibu dan mengatakan aku ikut nenek ke pasar. Namun saat sampai di pasar, aku memasuki gang yang nantinya akan terhubung menuju jalan alun-alun. Aku pun akhirnya pergi bersama teman-temanku. Selama perjalanan entah mengapa aku kembali teringat ibuku melarang aku pergi, apa yang membuat ibu tak mengizinkan aku?. Padahal aku ingin sekali pergi bersama teman-teman. Tentu saja aku sedikit kesal karena larangan ibu. Namun aku kembali senang ketika sudah sampai di alun-alun.

Sepulang dari alun-alun, aku asyik menikmati perjalanan hingga tak terasa aku sudah tertinggal jauh dari teman-temanku. Tiba-tiba aku terjatuh, tepat di atas aspal. Tak kuasa menahan tangis, akupun menangis. Saat kubuka mataku, orang yang pertama kali membantu bukanlah teman-temanku. Melainkan ibu, ibuku menghampiri ku dengan wajahnya yang sudah panik melihatku terjatuh. Di saat aku mencoba bangkit. Aku kembali teringat perkataan ibu. Ibu melarangku bukan karena ia tak sayang padauk. Tetapi ia khawatir akan keselamatanku. Tak mungkin ada sesosok ibu yang membenci anaknya. Kemudian, aku merengkuh tubuh ibu, dan mengatakan maaf. Ibuku tak marah, ibu malah menangis melihat aku terluka.

Disini aku mengerti, ibu adalah pahlawan dalam keluarga. Ibu yang sudah meluangkan semua waktunya untuk kita. Dan ibu yang selalu ada di saat kita susah maupun senang. Dengan kisah ini, aku mempelajari banyak hal. Bahwa kasih sayang ibu tiada batasnya, ibu ada surga bagi anak-anak nya. Karena itu, janganlah kita menyakiti hatinya. Karena Ibu yang sudah mengandung kita 9 bulan lamanya. Sering terbangun pagi hanya untuk memastikan anaknya sudah sarapan. Ibu memperlakukan kita dengan penuh kasih dan sayang, dan penuh cinta. Semakin hari semakin terlihat kerutan di wajahnya. Hal itu yang membuat aku juga takut akan kehilangan ibu. Aku tidak bisa hidup tanpa ibu di dunia ini. Ibu adalah pahlawan bagiku. Dia adalah wanita terhebat dan aku sangat mencintainya.

Biografi

Pengalaman ini ditulis oleh Alifah Rahmania, gadis pelajar asal Jember yang duduk di bangku kelas 10. MA Negeri 02 Jember adalah tempat ia bersekolah. Lahir di Jember pada tanggal 15 Oktober tahun 2006. Memiliki kebiasaan membaca dan hobi berimajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dia dapat dihubungi melalui:

Alamat email: [email protected].

Instagram penulis : @alfrhraoo

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post