Albadiyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
  MERANGKAI HARAPAN DITENGAH KERAGUAN

MERANGKAI HARAPAN DITENGAH KERAGUAN

Duduk di bangku kelas 9 merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagiku, butuh perjuangan belajar siang dan malam untuk bisa naik ke kelas 9 ini. Seperti kebanyakan orang, dikelas akhir seperti ini seharusnya aku sudah memiliki tujuan sekolah berikutnya, banyak sekali nama-nama sekolah yang melintas di otak ku, namun itu semua masih membuatku ragu tak karuan.

Awalnya, aku bisa dibilang tidak begitu peduli mengenai hal itu, seakan-akan malas untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Hari-hari ku hanya melulu soal tugas yang jumlahnya menumpuk, di meja belajar tertata rapi LKS yang sedikit berdebu, aku membaringkan kepala ke atas meja belajar sambil berangan-angan "seandainya aku pintar tanpa perlu belajar, pasti itu menyenangkan" anganku terbuyar saat ku lihat sebuah catatan kecil yang tertempel di dinding depan meja belajar ku, catatan yang isinya secuil impian yang aku tulis saat aku duduk di kelas 7.

"Jadi Guru"

"Sekolah di SMA favorit"

  Dua impian yang butuh perjuangan susah untuk menggapainya, aku berpikir sejenak, jika aku ingin mewujudkan itu, aku harus belajar lebih giat dan tekun, impian untuk sekolah di SMA favorit adalah yang pertama harus ku wujudkan.

  SMA yang aku impikan itu lumayan jauh dari tempat tinggal ku, dan sekolah itu berbasis asrama, jadi mau tidak mau jika aku masuk ke situ aku harus berpisah dengan orang tuaku, aku adalah anak manja yang apa-apa selalu orang tua dan sulit untuk bisa tiba-tiba mandiri.

  Aku pun merasa bahwa aku memang tak pantas untuk sekolah disana, dan ternyata ibu ku tidak mengizinkan karena alasan jauh dari rumah dan aku memang anak satu-satunya mungkin karena itu juga ibuku tak mengizinkanku. Aku pun mulai teguh pendirian untuk pindah impian, ada salah satu SMA juga dan ini lumayan dekat dengan rumah ku, tidak ada asrama juga disana karena itu ibuku menyarankan aku untuk sekolah disitu, aku memantapkan pilihan ku walaupun kadang saat aku mendengar teman-teman ku bercerita tentang sekolah impian ku dulu aku agak goyah dan masih ingin terus mencoba.

 Semakin teguh aku untuk ke sekolah lain, makin banyak godaan yang menghampiri, banyak teman dan guru yang menyarankan agar aku mau mencoba tes ke sekolah itu, aku mau tapi restu ibuku yang menghalangiku. Hari demi hari keraguan terus melanda diriku, di umurku yang masih 13 tahun, aku harus mengambil keputusan yang susah, antara sekolah yang kumau dan sekolah yang disarankan ibu.

 Akhirnya saat kenaikan semester genap kemarin, aku memberanikan diri untuk bertanya dan meyakinkan ibuku bahwa sekolah di SMA favorit impian ku itu seru dan aku ingin sekali bisa menjadi bagian dari warga sekolah itu, di keheningan malam setelah shalat maghrib aku mencoba mendekat ke ibu yang saat itu duduk di ruang tengah, dengan gemetar dan wajah agak pucat aku berkata "Bu, aku ingin sekolah di SMA impian ku, tapi kenapa ibu tidak mengizinkanku, bolehkanlah aku hanya untuk sekedar ikut tes nya ya bu, jika memang lulus sekolahkan aku disana ya bu, kalau memang bukan rezeki ku aku pasti menuruti saran ibu untuk sekolah di tempat lain" Keheningan itu pecah dengan suara tawa dari ibuku, "Ha-ha, kamu kenapa takut begitu, ibu sekarang mengizinkan kamu untuk mengejar impianmu itu, tapi minta lah izin pada ayahmu, apakah dia setuju jika engkau ingin mendaftar ke sekolah itu" Ucap ibu.

 Mendengar ucapan ibu, aku sedikit lega tapi disini masalahnya dimulai, aku tak berani minta izin pada ayahku, ayahku seorang yang dingin jadi cukup segan untuk berbicara empat mata dengannya. Dengan keberanian yang ku punya serta suara bergetar menahan tangis aku meminta izin pada ayah, dan ayah memperbolehkan aku untuk mendaftar. Lega rasanya sudah mendapat restu dari kedua orang tua. Aku pun bertekad untuk mewujudkan impianku dengan terus belajar dan memperluas pengetahuan dan sebenarnya didikan dan restu orang tua lah yang membawa kita tuk merangkai harapan ditengah keraguan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post