Alanis Salsa Dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Player Asli Memilih Kasih

Player Asli Memilih Kasih

Malam sudah terlalu larut saat Alifiandra Widy Aditya masih berkutat di atas keyboard komputernya. Tangan kanannya masik asyik memainkan mouse dengan gerakan yang bervariasi. Maju mundur, kanan-kiri. Cepat sekali. Matanya masih kuat menatap layar monitor yang terbilang cukup lebar. Dari wajahnya jelas sekali tampak kegembiraan bercampur keseriusan kala menatap layar yang cukup terang. Rupanya sebuah game fps online sedang asyiknya ia mainkan. Lupa kalau jarum panjang dan pendek jam dinding di atasnya sudah berimpit menjadi satu.

Game online memang sering membuatnya lupa akan segala hal. Termasuk makan, tidur bahkan mencari pasangan untuk menemani kegundahan hatinya. Baginya game adalah hidupnya. Dan hidupnya adalah untuk game. Ia akan sangat sanggup jika diajak betanggang sampe berhari-hari di depan layar komputer hanya untuk bermain game online. Baginya itu adalah kesenangan yang tidak dapat dibayar dengan apapun. Terbukti untuk mendapatkan kesenangan itu ia rela menghabiskan banyak uang demi sebuah game yang menurut Raden—teman satu kontrakannya—sangat membosankan. Namun ada sisi lain dari hatinya yang gundah walau game favoritnya sedang ia mainkan. Sebuah undangan pernikahan dari teman karibnya. Temannya yang dulu sering menemaninya betanggang di warung-warung internet. Teman yang dulu sama-sama merasakan pahit manis, getir dan sakit sebagai seorang player asli. Namun Kini ia sudah akan melepas masa lajangnya.

Ia berkaca diri memutar memori lama tentang sahabat karibnya itu. Kalau dipikir-pikir, ia tidak kalah ganteng dari temannya itu. Setidaknya beda tipis. Ia juga tidak kalah cerdas dari temannya dalam hal merayu wanita. Walau ia sering banyak menyontek dari situs-situs di dunia maya. Ia merasa dijengkali, ada rasanya dia ingin seperti temannya itu. Punya pacar yang lumayan, dan kemudian menikah. Karena memang umur mereka sudah terbilang cukup untuk membangun sebuah bahtera rumah tangga. Tapi sayang jangankan nikah, pacar pun tidak ada.

Mouse yang sedari tadi ia gerak-gerakkan tiba-tiba berhenti. Andra menghela nafas panjang. Dalam benaknya terlintas untuk mulai mencari pasangan walau hanya sebatas pamer dengan teman-temannya. Malu rasanya dikala teman-temannya sudah punya pasangan masing-masing, tapi dia sendiri hanya jomblo sejati. Ia bangkit dengan rasa pening yang menggigit karena terlalu lama di depan layar monitor. Mencuci muka adalah solusi yang baik untuk menyegarkan pikiran dan menghilangkan sedikit rasa peningnya. Kemudian kembali duduk terpaku di depan layar yang mungkin sudah bosan menatap wajahnya.

Pikiran mulai menerawang jauh memikirkan rencana-rencana yang akan diambil untuk mencari seorang pasangan. Ia mulai dari yang sederhana dengan membuka situs facebook dan log in ke akun miliknya. Temannya lumayan banyak, rata-rata cewek cantik dengan pakaian seksi dan gaya yang menggoda. Namun sayang dia cuma penggombal di dunia maya. Tidak banyak keberanian dalam dirinya untuk menemui langsung wanita yang diidam-idamkan seperti pada wanita di akun miliknya.

Ada satu nama yang sering mengganggu pikirannya. Seorang gadis dengan rambut panjang terurai hingga melewati bahunya. Mata yang lumayan besar dan lembut menatap mengisyaratkan keinginan untuk selalu diperhatikan setiap lelaki. Kulitnya terbilang putih dengan sedikit jerawat di sekitar pipinya. Nama gadis ini Siti. Gadis yang selalu ia sapa walau hanya lewat pesan singkat di facebook. Chattingan-nya acap kali tidak dibalas Siti setiap ia dan Siti kebetulan online. Tapi tidak mematahkan semangat Andra untuk mendapatkan hati si gadis. Segala macam cara ia kerahkan. Mulai dari kata-kata mutiara, puisi hingga cerpen-cerpen alay khas anak remaja yang entah di mana ia dapatkan. Sayangnya reaksi si gadis tidak seperti harapannya.

Andra memukul-mukul lembut keningnya dengan jarinya yang sudah menguning karena terlalu banyak menghisap rokok. Matanya mulai menerawang menembus pusaran waktu. Ia mulai mencari memori-memori kala ia sukses mendapatkan hati seorang gadis di SMA dulu. Mungkin caranya dulu bisa juga digunakan untuk mendapatkan hati Siti, wanita dengan bibir merah merekah. Pikirannya sedikit berhenti pada suatu pola rencana. Wajahnya sumringah seolah ia baru memenangkan sebuah lotre besar. Dan ia yakin mungkin rencana ini bisa mendapatkan hati si gadis.

Tanpa pikir panjang, Alifiandra Widy Aditya si player asli mulai melancarkan serangan. Ia mengirimkan pesan singkat lewat inbox si gadis. Isinya menyatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Siti di sebuah kafe. Kebetulan Siti sering mengunjungi kafe tersebut. Selama ini Andra tidak berani mengajaknya bertemu langsung. Tapi karena waktu sudah mepet, ia terpaksa memberanikan diri kopi darat dengan gadis yang masih satu kota dengannya.

Pintu rumah dibuka saat Andra masih sibuk merangkai kata-kata yang pas untuk mengajak bertemu si Gadis. Ia tidak menyadari Kinnard teman satu kontrakannya masuk dan menepuk pelan pundaknya.

Dra, serius amat keliatan e?” ucap Kinnard menggoda setelah melirik sedikit pesan singkat yang sedang susah payah dirangkai Andra.

Kontan Andra terkejut, segera ia buka tab lain di Mozilla untuk mengalihkan perhatian. Wajahnya sedikit merah. Mungkin malu. Karena sebagai player, ia pernah sesumbar Anti dengan yang namanya “kata-kata alay” untuk mendekati cewek. Baginya player asli harus turun langsung kelapangan untuk menyatakan cinta. Tidak perlu bertele-tele. Namun kenyataan membuatnya harus menelan kembali ludahnya.

Alah, gitu jak sembunyek-sembunyek Dra..” Kinnard kemudian beranjak ke tempat tidur dan menghempaskan diri di atasnya setelah seharian jalan-jalan dengan pujaan hatinya. Tak lama, suara dengkur keras terdengar dari balik kamar.

Andra kembali membuka pesan yang sudah dibuatnya. Dibacanya kembali dan ditimbang-timbang mana tau ada kata-kata yang tidak pas dan tidak nyambung. Setelah semua siap, dengan mantap ia mengirim pesannya ke si Gadis yang selama ini dia dambakan untuk memilikinya.

Besoknya, kegelisahan tampak menghinggapi pikirannya. Sudah seharian ia tunggu balasan dari Siti. Tapi tak kunjung jua tiba. Apakah ia salah mengirim pesan? Atau kata-katanya terlalu lebay? Atau si gadis memang tidak mau menerima ajakannya? Semua kegundahannya membuat risih Rex teman satu kontrakannya juga. Sebagai pria yang terbilang sukses mendapatkan hati setiap wanita, ia tahu betul kegelisahan apa yang membuat temannya yang jarang mandi ini uring-uringan.

Ngape ko?” tanya Rex dengan bahasa tanjung yang kurang lancar. Karena memang dia bukan asli keturunan tanjung, tapi keseringan bergaul dengan teman-temannya yang rata-rata tanjunglah membuatnya sedikit paham bahasa tanjung.

Lum makan, nak ngape agik..” jawab Andra singkat.

Makanlah…

Suat agik..

Kiape itu? Ko kasmaran atau dak ade teliat?

Ntah.”

Cube ko liat aku.” kata Rex kali ini tidak memaksakan diri berkomunikasi dengan bahasa minang sambil menunjuk dirinya sendiri.

Ganteng, puteh, tinggi dan idaman tiap nok bini dan..

Ukan, ukan itu maksud aku.” potong Rex cepat daripada membuat hidungnya mengembang.

Cube liat aku, biar aku banyak masalah di kantor atau aku rajin besakat kan Gina, tapi aku tetap happy.” Katanya sambil membuat senyum lebar yang dipaksakan.

Alah, banyak cerite, ko pun rajin ku liat ngerukuk diam-diam di kamar mun agik ade masalah kan.” sindir Andra.

Rex menggaruk-garuk kepalanya pelan kemudian beranjak meninggalkan Andra dengan segudang kegalauannya. Sebelum berangkat kerja, Rex memberikan sedikit tips untuk mengatasi kekurangan percaya diri di depan cewek setelah Andra akhirnya mau cerita tentang masalahnya. Namun hanya dianggap angin lalu oleh Andra yang dijuluki si Kuali oleh si Rex ini. Memang mudah untuk mengucapkan daripada melakukan. Begitulah Alifiandra Widy Aditya, terbilang sulit menerima masukan dari teman-temannya.

Tapi nampaknya tidak berselang lama. Sebuah message yang menimbulkan suara “ting” dari Oppo Andra setidaknya memudarkan wajahnya yang sedari tadi seperti jeruk purut. Pesan Fb yang selama ini dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dibacanya dengan napas yang sedikit tertahan. Isinya kontan membuat Andra berteriak senang dan melompat-lompat kegirangan. Kinnard yang sedari tadi masih tidur di kamar sebelah ikut berteriak. Bukan teriakan senang, tapi teriakan marah karena telah merusak waktu istirahatnya yang berharga.

Andra secepat kilat menyambar handuk yang mungkin sudah 2 minggu belum dicucinya tanpa menghiraukan makian Kinnard yang sudah mencak-mencak. Di pikirannya hanya terlintas mandi dengan sabun super wangi, gosok gigi dengan pasta super pemutih gigi, berkumur dengan obat kumur super pedas dan membuat lidah terbakar. Sakit girangnya ia sampai salah membedakan mana yang pasta gigi dan mana yang sampo. Tak lupa juga ia memakai deodoran dan parfum super bikin hidung kembang kempis.

Dan akhirnya, disinilah Andra. Dengan meminjam sepeda motor Kinnard ia sampai di Kafe yang tak jauh dari rumahnya. Tak sabar rasanya melihat langsung pujaan hatinya dari dekat. Melihat wajahnya yang baby face, rambutnya yang panjang terurai, kulit putih yang bersinar dan bodi yang aduhai. Pikirannya melayang jauh membayangkan dirinya dan pujaan hati dari dunia maya itu bermesra-mesraan di sebuah taman yang indah. Dengan bunga-bunga merekah ditemani secangkir teh panas dan sebatang rokok. Alangkah seronoknya bak dalam film-film alay yang sering membuatnya jijik. Namun kali ini ia sangat mendambakan adegan-adegan film-film alay itu hadir dalam hidupnya.

Sekilas adegan dalam pikirannya tiba-tiba sirna saat seorang gadis pendek menabrak dirinya. Kalau dilirik, gadis ini punya mata bulat dengan wajah bopeng-bopeng karena jerawat. Rambutnya panjang dan diikat. Kulitnya agak hitam. Setelah meminta maaf, si gadis ini kemudian duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari tempat Andra berdiri. Memainkan laptop yang dikeluarkan dari tas sandangnya yang besar dan memesan 1 cup cappuccino dingin. Sesekali dia melirik jam tangan dengan gundahnya. Jelas sekali dia sedang menunggu seseorang.

Sudah hampir satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan. Kaki Andra rasanya sudah kesemutan setengah mati. Namun pujaan hatinya tidak kunjung datang. Mau nelpon tapi nomor gak ada, pulsa pun tak ada. Mau kirim message, kebetulan paket internetnya habis tak lama setelah ia sampai di bioskop. Jadilah ia sabar menunggu dengan tampang iri melihat muda-mudi bergandengan memesan 2 cemilan sambil sesekali cekikikan mesra. Tidak berbeda jauh dengan gadis di dekatnya. Sudah 3 gelas cappuccino ia habiskan. Berkali-kali dengan wajah cemberut bak jeruk purut ia memandangi terus jam tangannya. Mungkin karena sudah bosan menunggu ia beranjak dari tempat duduknya. Merapikan laptopnya dan pergi tanpa minta maaf setelah untuk kedua kalinya ia menabrak Andra.

Mungkin karena sudah tidak tahan lagi menunggu, Andra juga mengambil langkah yang sama. Mengikuti si gadis keluar dari kafe dengan wajah merah padam karena menurutnya ia sudah dipermainkan. Setelah keluar dari parkiran, ia memacu sepeda motornya sekencang-kencangnya dan hampir saja menabrak bapak-bapak tukang ojek. Kesal, marah, dan segudang rasa emosi dan kecewa sudah memenuhi pikiran dan perasaannya. Ingin rasanya ia menabrak sepeda motor yang dinaiki pasangan muda-mudi yang bermesra-mesraan tanpa memikirkan perasaan orang-orang jomblo di sekitar mereka. Mungkin itu cukup mengobati rasa sakit hatinya.

Sebelum sampai di rumah, ia singgah dulu di konter pulsa. Sekedar mengisi pulsa dan membeli paket internet untuk mendapatkan penjelasan dari cewek yang sudah membuatnya kecewa. Tak sabar menunggu, ia langsung berselancar ke dunia maya dan membuka akun facebooknya. Mengirim pesan ke inbox Siti. Hanya pesan yang singkat.

Aku lah nunggu hampir sejam, tapi dak juak ketemu. Ko di mane?

Andra memang tidak menggunakan foto aslinya dalam akunnya. Hanya gambar salah satu karakter dalam game yang sering ia mainkan. Ia hanya mengatakan bahwa ia menggunakan baju kaos pendek warna biru dengan celana jeans panjang warna hitam. Ada tulisan “Player Is Never Die” pada belakang bajunya agar mudah ditemukan si cewek. Dibenaknya muncul sedikit keraguan apa banyak juga yang menggunakan baju yang sama seperti dirinya. Ah tapi tidak, Andra menyangkal, karena bajunya termasuk limited edition hadiah dari turnamen game yang pernah ia ikuti. Sedangkan si cewek sebaliknya. Ia tidak mengatakan akan menggunakan apa untuk pertemuan nanti. Ia hanya mengatakan ikutilah hati nuranimu, pasti ketemu. Dasar sinting pikir Andra. Satu-satunya petunjuk hanya foto-foto di akun facebook si cewek yang sangat ia hafal dalam kepalanya.

Hari sudah mulai gelap saat Andra sampai di rumah. Terdengar suara ribut dari dalam rumah. Suara khas yang sangat dikenal Andra. Siapa lagi kalau bukan Kinnard Gawain, temannya yang suka ngocol dan sering membuatnya terpingkal-pingkal. Tapi kini Kinnard tampak sedang tidak bercanda. Wajahnya yang kusut dengan tahi mata yang masih menempel di mata menandakan ia baru saja bangun.

Woi Dra, ko ningok baju aku?” tanya Kinnard sedikit lantang.

Mane aku tahu, aku jak baru balik.” jawab Andra santai sambil membuka kaosnya yang sudah basah oleh keringat. Kemudian dilemparkannya sembarangan ke tempat tidur. Merupakan kebiasaan buruk Andra yang terbilang malas meletakkan baju kotor ke tempat pakaian kotor. Padahal sudah disediakan satu orang satu keranjang untuk pakaian kotor oleh Raden yang juga satu kontrakan dengannya.

Kinnard yang kelihatan pusing mencari baju kesayangannya langsung berubah ekspresi. Wajahnya merah padam. Matanya menatap nanar Andra sambil telunjuknya mengarah pada Jomblo Sejati ini.

Muke kancut, ko rupe e yang makai bajuk aku ye, kepak aku nyari e. Ini bajuk dari Liangyi. Mane nak ku pakai ari ini idang nganyau kini. Sekarang lah bauk kancut gara-gara keringat ko!

Ludah Kinnard sampe muncrat kemana-mana. Godwin—teman 1 kontrakannya juga—yang kebetulan lewat di depannya juga kena imbasnya. Saat Godwin hendak mengelap percikan ludah Kinnard yang mengenai wajahnya, Andra mengambil baju yang dilemparnya tadi. Membolak-balik baju dan memeriksa dengan teliti. Spontan ia menepuk keningnya setelah menemukan kesalahan fatal yang pernah ada dalam hidupnya. Ternyata di belakang Kaos itu bukan tertulis “Player Is Never Die” tapi tulisan berbeda yang membuatnya sedikit geli. “Lover Is Never Die.” Mungkin karena terburu-buru ia tidak memperhatiakan baik-baik tulisan itu.

Tanpa memikirkan Kinnard yang mencak-mencak karena sudah mengotori baju kesayangannya, Andra menyadari alasan mengapa si gadis tidak dapat menemukannya. Dengan kesal ia lempar kaos ke muka Kinnard tanpa rasa bersalah dan cepat-cepat membuka akun fbnya kembali. Untung saja ada panggilan telepon di handphone milik Kinnard. Dari ringtonenya jelas itu dari pacarnya. Kemarahannya sedikit mereda.

Andra tidak sabar mengirim pesan pada si cewek. Meminta maaf karena salah memberikan informasi. Sebelum sempat memijit-mijit keyboard Opponya, tiba-tiba ada 1 pesan masuk.

Dasar nok laki sialan. Main-main ko ye?! Lah sejam aku nunggu. Dak ade nok laki yang makai bajuk kaos “Player Is Never Die.” Yang ade ku liat tadik nok laki muke cam urang bilo dan bego yang makai bajuk “Lover Is Never Die!

Begitulah pesan yang dibaca sekilas si Andra. Singkat, padat, dan berisi atau lebih tepat disebut pedas dan menusuk. Dibantingnya handphonenya ke atas tempat tidur. Kemudian duduk terkulai di depan layar monitor yang sudah terlalu bosan ia pandangi. Tatapannya kosong dan menerawang jauh memikirkan kebodohan yang telah diperbuatnya. Rasanya tidak adil kalau hanya dia yang dihakimi. Bukankah si cewek juga begitu? Membiarkan dirinya menemukan dengan susah payah si cewek hanya dengan berbekal petunjuk foto facebook. Bukankah itu egois? Lagian dia juga tak kalah lama menunggu si cewek. Satu jam lebih jua.

Kalau diingat-ingat kembali, ada satu cewek yang juga menunggu lama sama seperti dirinya. Cewek bertubuh pendek, berwajah bopeng-bopeng dan kulitnya agak hitam. Ah pasti bukan dia, pikir si Andra. Siti yang dikenalnya di facebook justru kebalikannya. Tapi bagaimana kalau seadainya itu memang Siti? atau memang foto-foto yang selama ini dipamerkan itu adalah bukan Siti yang sebenarnya?

Ada pikiran kecewa bercampur malu dalam benaknya. Kecewa kalau seandainya cewek yang selama ini selalu mengisi relung hatinya bukanlah seperti harapannya. Malu kalau seandainya teman-temannya tahu, kalau sebenarnya cewek yang selalu dibangga-banggakannya di depan mereka—melebihi pacar mereka—bukanlah seperti yang ia ceritakan. Apalagi kalau melihat tabiat Kinnard yang suka mencari bahan lelucon dari dirinya. Mau ditaruh di mana nanti mukanya. Kepalanya digelengkan kuat-kuat membuyarkan semua pikiran negatifnya.

Dak, pasti ukan die.” Andra mencoba memberikan pikiran positif dalam kepalanya.

Yang namanya penasaran tetaplah penasaran. Untuk itulah, dia memberanikan diri bertanya langsung kepada Siti pakaian apa yang ia kenakan waktu itu.

Maaf Siti, aku dak main-main kan ko, aku jak nunggu ko. Aku salah makai bajuk. Rupe e aku makai kaos same persis dengan yang ko sebut. Itu emang aku. Maaf sekali agik.” tulis Andra. Setelah berpikir sejenak kemudian ia melanjutkan.

Mun kuang aku nanyak, ape ko makai bajuk kaos mirah yang di depan e ade tulisan ‘Jodoh itu Datangnya Tiba-tiba?

Kemudian mengirimkan pesannya itu tanpa pikir panjang lagi.

Sambil menunggu jawaban Siti, Andra memantik rokoknya dan menghisap kuat-kuat sehingga membuatnya terbatuk-batuk. Begitulah kebiasaannya kalau sedang dilanda kecemasan atau kebosanan. Kalau seandainya jantungnya bisa berbicara, pasti dia akan mengatakan.

Semoga ukan die, semoga ukan die.”

Tak lama setelah Kinnard selesai mandi dan mengenakan baju kaos hitam dengan gambar sempak besar di depannya, balasan yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang jua. Pesannya cuma 3 kata. Tiga kata yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. 3 katanya yang membuatnya berpikir cinta di dunia maya itu adalah cinta yang buta dan sia-sia.

Ye, Itu aku!” begitulah pesannya.

Tidak pernah dalam sejarahnya dia merasakan sakit yang sangat di hatinya. Sakit merasa dibohongi dan dikecewakan. Sebuah undangan pernikahan dari teman seperjuangan di dunia game dulu menambah rasa sakit itu. Apa player gak bisa lover? Atau player harus tetap selamanya menjadi player? begitulah pikiran bodoh melintas kembali dalam benaknya.

Besok-besoknya, Andra arang sekali membuka kembali akun facebook miliknya. Jangankan membuka, mendengar kata facebook atau sosial media lainnya membuatnya jijik. Baginya sekarang adalah menghibur diri sepuas-puasnya di depan layar monitor dengan game fps online favoritnya. Keinginannya untuk memiliki pacar secepatnya ia buang jauh-jauh. Ia juga mengacuhkan sindiran-sindiran Kimus yang acapkali mengganggunya. Dibenaknya sudah ditanamkan doktrin.

“Player adalah pria asli” sebagai penghubung dirinya yang sudah lama menjomblo.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post