Aisyah Naifah Asna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 1 Pesona Penjara Suci

Bab 1

Siang itu, panas terik. Awan-awan terlihat enggan menutupi Sang Surya, membuat beberapa murid tertunduk-tunduk karena mengantuk.

“kalian mau dengar cerita nggak?” tanya pak Asep melihat kami mengantuk.

“mauuuu..” karena kami sudah bosan dengan pelajran IPA, akhirnya kami memilih untuk mendengarkan sebuah kisah.

“ada suatu kisah, yang pernah diceritakan juga sama guru bapak.

"Jadi, saat perbudakan masih terjadi, para budak-budak bertanya tanya, mengapa mereka hidup dijadikan budak? hidup tidak adil ujar mereka menggerutu. Mereka bertanya-tanya, kenapa mereka tidak bisa hidup sekelas menteri - menteri yang kerjanya hanya duduk dan menjawab pertanyaan Raja. Lalu, pada suatu hari, sang Raja ingin mengadakan pelayaran ke negeri tetangga, lalu seperti biasa, sang Raja mengajak beberapa menteri dan beberapa budak, karena zaman dahulu para budak ditugaskan untuk mendayung di kapal. Kalian tahu kan? Kapal zaman dulu super besar dan kuat, walaupun dari kayu, di zaman itu juga belum ada mesin dan itulah tugas para budak untuk mendayung, dah lah, kalian bayangin aja. Terus, ditengah –tengah perjalanan saat Raja dan para menteri sedang istirahat, ada budak yang mengomel, “kenapa sih kita disuruh bekerja keras, tapi Raja dan para menterinya enak-enakan tidur siang” keluh mereka, teman-temannya berseru membenarkan. Lalu, ada seorang pelayan yang mendengar omongan budak tersebut dan disampaikannya pada sang Raja. Kemudian, sang Raja pun memanggil budak tersebut dan-“

“iiiiihhh.. pelayannya cepu! Kasian budaknya “ kata seorang temanku. Pak Asep terkekeh, tidak marah ceritanya dipotong.

“justru kalau pelayannya nggak bilang ke raja kisahnya abis, cuma sampe sini, lagian kan, itu pelayan kepercayaannya Raja, dia harus setia sama rajanya” jawab beliau.

“tapi kasian pak budaknya, nanti malah dihukum Raja gimana?”

“ya, makanya ini cerita belum kelar, dengerin saya dulu atuh.. he’eh”

“iya pak” koor kami serempak.

“kemudian budak tersebut menghadap Sang Raja dengan penuh ketakutan, dia takut dihukum karena ngomongin Raja di belakang, terus pas udah ketemu Raja, si Raja nanya ke budaknya itu,’kamu ngomong apa tadi ke saya, ayo jujur’ budak itu jawab dengan jujur,’saya bilang kalau hidup Tuan dan para menteri sangat enak, sementara saya dan teman-teman saya harus bekerja keras untuk hanya mendapat sesuap makanan, saya dan teman-teman juga ingin hidup seenak seperti Tuan Raja’

sang Raja terdiam dan berpikir, ‘ hei,budak, kamu ingin tau kenapa kamu dan para menteri bisa beda tingkatannya?’ tanya Sang Raja, si budak pun mengangguk, Raja berkata lagi,’ disana ada sebuah pulau, coba kamu kesana dan beritahukan kepadaku ada apa saja yang ada disana’ si budak pun mengangguk patuh lantas berenang, menceburkan diri ke lautan. Setelah beberapa waktu berlalu, si budak pun kembali menghadap Sang Raja sambil menunduk hormat, Sang Raja pun tersenyum,’apa yang kamu lihat disana?’ si budak tersenyum, ‘aku melihat seekor kadal besar Tuanku, ia sedang bersama anak-anaknya’ Snag Raja bertanya lagi,’berapa jumlah anaknya?’ si budak berpikir, lalu berkata,’sebentar Tuanku,akan hamba periksa kembali’ maka ia kembali berenang ke pulau tersebut, setelah beberapa waktu berlalu lagi, si budak kembali sambil menjawab,’jumlahnya tiga ekor Tuanku, empat ekor bersama induknya’ Sang Raja bertanya lagi, ‘ apa warnanya?’ si budak kembali berpikir lalu berkata,’sebentar Tuanku,akan hamba periksa kembali’ maka ia kembali berenang ke pulau tersebut setelah beberapa waktu lagi berlalu, ia kembali sambil menjawab,’warnanya abu-abu dengan corak hitam Tuanku’ Sang Raja belum puas dengan hasil observasi sang budak tersebut, kemudian Sang Raja kembali bertanya-“

“aaaaaahhh… Raja-nya nanya nggak kelar-kelar, terus intinya dimana pak?” seru salah satu temanku lagi.

“hi’ih kamu teh sabar atuuh” Pak Asep bersidekap dekat papan tulis, pura-pura marah.

“hehe… bercanda atuh pak, terus.. terus?”

“terus, Si Raja nanya lagi,’jantan atau betinakah anak-anaknya?’ si budak kembali berpikir lalu berkata,’sebentar Tuanku, akan hamba periksa lagi’ lalu ia kembali berenang ke pulau tersebut, setelah beberapa lama, ia kembali, sambil menjawab,’anaknya satu betina dan dua jantan Tuanku’ Sang Raja tersenyum puas dan berkata,’bagus bagus. Sekarang kamu boleh istirahat karena kamu pasti lelah’ si budak tersenyum dan duduk beristirahat.

Kemudian Sang Raja memanggil salah satu menterinya dan menyuruhnya melakukan tugas yang sama dengan sang budak, ‘ wahai menteri, tolong cari tahu ada apa sajakah di pulau itu?’ si menteri pun mengangguk hormat,’ baik paduka’. Kemudian ia berenang ke pulau tersebut, setelah beberapa lama, ia kembali dan menyampaikan apa yang ia lihat,’ ada seekor kadal besar Tuanku, ia sedang bersama anak-anaknya’ lalu Sang Raja bertanya lagi,’berapa jumlah anaknya?’ si menteri langsung menjawab,’jumlahnya tiga ekor Tuanku,empat bersama induknya’ ‘lalu apakah warnanya wahai menteri?’ si menteri pun menjawab,’ warnanya abu-abu dengan corak hitam Tuanku’ ‘lalu yang terakhir, jantan atau betinakah anak-anaknya?’ si menteri menjawab dengan yakin, ‘anaknya satu betina dan dua jantan Tuanku’. Sang Raja tersenyum puas kemudian menoleh ke arah budaknya yang terbengong-bengong.

Lantas, Sang Raja berkata,’inilah yang menjadi perbedaan antara kamu dan menteri ini wahai budak, ia menggunakan otaknya untuk selalu berfikir, mencari jawaban atas setiap pertanyaan, selalu mencari tahu walaupun dia tidak ditanya dan menjelaskan dengan penjelasan terbaiknya’

Itulah anak-anakku semuanya, bapak menceritakan kisah panjang lebar ini bukan tanpa hikmah yang bisa diambil, tetapi bapak ingin mengajarkan kepada kalian bahwa itulah perbedaan antara orang yang terbiasa menggunakan otaknya atau tidak. Otak kalian harus terus diasah anak-anakku, dan menurut bapak tempat asahan terbaik yang bisa kalian tempati adalah di pesantren. Di pesantren, kalian bisa selalu mencari jawaban jawaban atas pertanyaan yang selalu kalian tanyakan, mencari tahu, berbagi, bekerja sama dan merasakan rasanya mandiri. Tempat terbaik setelah kalian menjejak di SD ini adalah pesantren, bukan saya bilang SMPIT, atau SMPN itu tidak bagus, tidak, saya hanya memberi tahu bahwa hidup di lingkungan pesantren adalah hal yang sangat luar biasa, banyak hal yang bisa kalian dapatkan dari sana” Pak Asep tersenyum di dekat pintu sambil menerawang ke arah luar.

Kami memandang beliau lekat-lekat, rasanya, baru kemarin beliau meneceritakan kisah itu kepada kami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post