Aisyah Abdillah Syakira

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Kebanggaan Keluarga
Sumber gambar: Pinterest.com

Menjadi Kebanggaan Keluarga

“Kelak aku akan menjadi seorang guru yang memiliki sekolah besar dengan murid berkualitas,” ucap seorang anak menggambarkan cita-citanya dalam imajinasinya.

Anak itu adalah diriku. Jika ditanya mengapa, karena diriku yang kecil ini ingin terlihat keren di depan banyak murid yang mengaguminya. Tampil di depan dengan percaya diri walau diriku dikenal pemalu dahulunya. Namun sebutan guru hebat rasanya tidak pantas melekat pada diriku, aku mencoba melepas diri dari keinginan  itu.

Sebagai MC upacara sebutan yang melekat pada diriku. Setahun aku mencoba dan aku merasa sangat bangga. Banyak orang sekitarku yang mengenalku karena keahlian ini. Jika diingat-ingat, keren rasanya dipanggil dengan” MC Upacara”.

Guru-guru banyak yang memujiku. Bahkan ada yang berpendapat aku tidak saja berkualitas dalam pendidikan, namun juga dalam sosial. Masa-masa itu adalah masa jayaku. Sering kali menggegam mic, minimal setiap Senin. Padahal aku mengira itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa ku lakukan. Selain itu, diriku yang kecil juga mengikuti berbagai perlombaan seperti cerdas cermat, tahfidz, menggambar,  mewarnai, membuat komik, membaca puisi, dan lomba lainnya. Disaat itu juga, mimpi ku berubah. Berubah total. Bahkan aku tak tahu ingin menjadi apa saat itu.

Masa itu selesai ketika aku masuk SMP. Menemukan orang lain yang lebih berbakat dibanding diri kecilku. Aku menghentikan pemikiranku menjadi guru.

“Aku hanya ingin membanggakan orang tuaku, terserah diri ini akan menjadi apa, yang penting tidak merugikan siapa pun,” ungkap batinku.

Hanya itu yang ada dalam pikiranku hingga akhirnya terlintas suatu kenangan yang membuat ku bangkit. Saat di mana aku mengajarkan adikku tentang matematika pada umur 4 tahun. Ia belum masuk pada saat itu. Tepat umur 5 tahun adikku sudah mulai belajar di TK. Hari pertama pulang sekolah, dia dengan bangga memberitahuku bahwa nilainya sangat bagus pada pelajarann matematika dibanding temannya. Ia bahkan mengajarkan temannya yang kesusahan. Kenangan itu rasanya sangat melekat. Bahagia, itu yang aku rasakan melihat adikku sangat senang. Tak henti-henti ia memujiku didepan kedua orang tua kami. Setiap bercerita, dia selalu menyebut namaku.  

Jika ingat pujian adikku maka pujian dari abangku juga selalu terlintas. Abangku dengan bangganya memuji diriku di depan teman-temannya. “Lihat, adikku menjadi MC upacar,” ungkapnya dengan lantang secara berulang kali.

Bangga, itu yang aku rasakan. Rasa bangga ini lah yang selalu membangkitkan semangatku untuk selalu berusaha menjadi yang lebih  baik. Impianku saat ini hanya ingin menjadi orang yang dapat membawa nama keluarga dengan baik sehingga orang tuaku bangga memiliki anak seperti diriku.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post