Waktu istirahat biasanya hanya aku habiskan dengan terdiam di kelas. Duduk rapi di bangku, membuat hawa panas di setiap sisi matras kursi. Aku tidak sedang melamun, itu tidak baik. Tidak juga menatapi dunia luar tembok. Tapi mungkin, sekali dalam semua masa-masaku di bangku ini, aku akan mencoba melirik, melihat keluar.

Tidak begitu menarik. Aku yakin, kau juga akan merasakan begitu jika melihatnya. Hanya jalanan kosong, lampu-lampu temaram meneranginya. Ah ya, aku lupa memberi tahu. Kelas untuk hari ini dilaksanakan pada malam hari. Hari ini hari Sabtu, pelajaran teknologi.

Hal yang menyebalkan terjadi. Sekejap, listrik mati. Seluruh kota gelap gulita, tak terkecuali dengan sekolah ini. Sinar rembulan kini terlihat jelas. Menerangi ruang kelasku, namun tidak sebaik sinar lampu. Aku tidak mengerti. Bagaimana listrik mati padahal sebelumnya hampir tidak pernah terjadi?

Aku menajamkan mata, meluaskan pandangan, menyapu keadaan diluar, tak lagi melihat dengan bola mata menyamping—itu sakit. Astaga, aku menemukan kejanggalan. Tapi aku tidak begitu yakin. Ah, maksudku, aku menemukan ...

Sebuah mayat.

Sekali lagi, aku tak yakin. Semuanya, terasa sangat tidak masuk akal. Tapi saraf motorik ku lebih berkuasa kali ini. Tubuhku bergerak, berusaha berjalan, menuruni tangga eskalator yang tengah berhenti, ditengah kegelapan yang tidak mendukung gerakan dengan bebas. Aku tidak bisa mengelak. Semua ototku bekerja begitu saja. Mataku terbuka lebar, memperhatikan gerakan, takut tersandung atau semacamnya.

Pikiranku kalut. Berpikir macam-macam, yang padahal akan berakibat buruk pada kondisi mentalku. Soal mayat itu, apa itu hanya sebuah manekin? Atau humanoid? Bukankah humanoid bisa menyerupai manusia? Namun, aku melihat bercak-bercak, terlihat seperti darah. Memangnya humanoid bisa mengeluarkan cairan—darah? Yang aku lihat tidak begitu jelas. Sungguh, siapa pula yang bisa melihat dalam keadaan gelap? Tanpa cahaya?