Aila Arofah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Just The Story about Ramadhan
cr : canva ai

Just The Story about Ramadhan

Hari ini adalah hari pertama puasa di bulan Ramadhan. Berbeda dari yang lain, sekolah alin memiliki kebijakan sendiri. Yakni tidak ada hari libur di awal Ramadhan layaknya ketetapan pemerintah. Maka dari itu, Alin tetap pergi ke sekolah hari ini. walah pada akhirnya, kerjaannya disekolah juga bakal tidur.

Tak dapat Ia sangkal, memang sudah kenyataanya. Puasa itu membuat Alin mengantuk. Sampai-sampai Ia tak ingat dari kapan Ia mengukur meja.

Pulang-pulang, matanya sudah sembab akibat kebanyakan tidur. Kepalanya pusing, sedang tenggorokannya kering berkelahi dengan waktu sehingga membuat rasa haus tak terhingga. Tampak di seberang sana, kedai minuman bertuliskan "Chesseu Red Velvet-O" Wah itu, sungguh menggoda. Lumayan, buat buka. Alin meraba sakunya (bukan sakuya, berharap masih tersisa bulir-bulir uang hasil pengumpulannya selama sekolah kemarin-kemarin.

Ada! begitu batinnya. Keluarlah uang berkisar 20 ribuan itu. Ia lantas bergerak menuju kedai tersebut. Akan tetapi, langkahnya semerta-mertaberhenti ketika merlihat seorang gadis seumurannyatengah merauk-rauk tempat sampah. Karung besar berisi botol-botol cukup mendeskripsikannya sebgai seorang pemulung.

Alin menggigit bibir--uang di tangannya diremas. Ia dilanda kebingungan. Akan menuruti nafsu? Ataukah direlakan untuk gadis tersebut? Layaknya anak gadis seumurannya, yang belum sempurna rasa empatinya, Alin tetap melanjutkan niatnya untuk membeli es cheese red velvet. Diangkatnya gelasan plastik itu setelah diterimanya dari penjual. Bangga, nanti buat buka.

***

Bedug magrib sebentar lagi, Alin bersiap-siap ke masjid untuk kegiatan rutin—tadarus qobla maghrib. Tak lupa ia membawa Cheese Red Velvet-nya.

Sampai di masjid, tak disangka, duduknya bersebelahan dengan gadis yang dilihatnya di depan sekolah tadi. Pakaiannya lusuh, tapi bersih. Wajahnya putih pucat, tapi berseri sambil memandangi Al-Qur'an yang dipegangnya. Alin menunduk malu. Astaga, sungguh—kenapa tadi tak Ia berikan uang itu. Gadis di sebelahnya menyedihkan.

Sambil menunggu giliran maju, terlontarlah pertanyaan yang dipendamnya lama sekali.

"Namamu siapa?"

"Eh? Namaku? Namaku Omi," jawabnya agak kaget dengan sapaan tiba-tiba. Namun wajahnya tetap tegas menampilkan kewibawaannya.

Alin terpukau dan malu bersamaan. Tersirat lah suatu ide kebaikan dalam otaknya.

"Namaku Alin. Aku punya es enak. Ayo minum bareng nanti," tanya alin sambil mengacungkan jempolnya.

"Wah boleh, Alin. Tapi dalam rangka apa nih? tiba-tiba?"

Alin tersenyum penuh arti. "Nggak ada, pengen aja," dia berhenti sejenak. "Nanti main bareng aku, yuk! Aku beli kembang api buat habis tarawih nanti," utarnya.

Duk, duk, duk ...

Bedug magrib berbunyi tepat saat keduanya menyelesaikan tadarus. Seluruh jamaah mengambil gelasnya masing-masing, lantas membatalkan puasanya. Begitu pula dengan Alin dan Omi. Keduanya melanjutkan meminum Cheese Red Velvet milik Alin setelah membatalkan dengan air.

Alin terus bersama Omi, seperti sahabat karib saja. Salat berdekatan, tadarus bergilir bersama, sampai main kembang api malamnya. Sungguh menyenangkan. Rupanya Alin mempunyai saudari baru. Yang akan dijadikan saksinya di hadapan Allah nanti. Karena apa? ada deh.

***

Pulang bermain Alin serta merta menyapa kasurnya. Tubuhnya sudah menguras tenaga untuk hari pertamanya ini. Kepalanya berputar ide hebat, besok akan dia katakan pada Uminya.

Datanglah pagi, toa masjid mengeluarkan suara keras, "Sahur, sahur ..." katanya.

Alin terbangun dengan segera menuju dapur. Bau sedap tercium memasok hidungnya. Mmm, enak! Terhidang sepiring besar udang pedas manis.

Alin bersegera sahur bersama Umi Abinya. Terpikir olehnya untuk menyampaikan ide semalam.

"Umi nanti bagi-bagi takjil, ya.." ujarnya disertai ceritanya bertemu Omi.

"Maasya Allah anak Umi ... Iya nak, nanti bantu ya, nanti jadi amal jariyah," jawab Umi.

"Abi dukung, yang ikhlas bantuin umi, ya, nak.. Ingat, Allah akan balas perbuatanmu dari segi apapun kalau hatinya ikhlas. Surat apa? Ayat berapa?" tambah Abi.

"Al-Baqarah ayat 261..!" sahut Alin bersemangat.

"Pinter anak Abi Umi.."

***

Malamnya, jejeran takjil sudah rapi dalam barisannya di meja masjid.

Begitu Alin melihat Omi memasuki gerbang masjid, segera dihampirinya sosok Omi itu.

"Ayo bagi-bagi takjil" ajak Alin. Di tangannya sudah ada sekeranjang risol mayo sepaket dengan es tehnya.

"Ayo!"

Keduanya mendekati jalan beraspal depan masjid. Alin bertugas mengambilkan, Omi yang memberikan. Seru. Tak lupa, Omi mengingatkan agar terus bershalawat selama berbagi. Biar makin berkah!

Setelahnya, Alin segera kembali ke dalam masjid, mengambil tas kertas berisi mukenah, gamis, dan berbagai cemilan yang ia persiapkan dari rumah. Alin juga bercerita kemarin tentang Omi kepada Umi-nya. Ternyata ini maksudnya, bukan prediksi, tapi keyakinan akan Omi yang kelak jadi saksinya bershodaqoh. Terima kasih dan Alhamdulillah.

.

.

.

Writer by Leny Prabandini A.

Editor by Aila Arofah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post