Agna malika

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SUKA DUKA BELAJAR DARING

SUKA DUKA BELAJAR DARING

Tak terasa setahun sudah aku melakukan kegiatan belajar di rumah. Gawai adalah sebuah alat yang menjadi kebutuhanku sehari-hari setiap pagi dari hari Senin sampai Jum’at. Semua ini berawal dari tanggal 16 Maret 2020. Saat itu pemerintah daerah memberikan surat pemberitahuan bahwa seluruh pelajar akan diliburkan selama dua minggu, hal ini dikarenakan penyebaran virus Korona telah menyebar luas. Pada awalnya aku merasa senang dapat berlibur, berkumpul dengan keluarga, bermain dengan teman-teman, bersenda gurau hingga akhirnya dua minggu tersebut akan berakhir, pada malam Senin aku mendapat sebuah notifikasi dan saat kubuka notifikasi tersebut berisi sebuah pengumuman yang berisi sebagai berikut,

“ Diberitahukan kepada seluruh siswa/siswi SMP Islam Kreatif bahwa minggu depan pelaksanaan KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar) akan diundur hingga waktu yang belum ditentukan hal ini dikarenakan penyebaran virus Korona semakin cepat dan menyebar luas.”

Saat membaca notifikasi tersebut perasaanku campur aduk, antara kaget, bingung, dan sedih. Aku termenung sejenak terlintas dalam pikiranku, “ada apakah gerangan ini?”

Kubaca dan kulihat berita di media massa banyak diberitakan orang yang terpapar Covid-19. Sedih rasanya melihat keadaan ini.

Dalam hati aku berkata, “Terus kapan bisa sekolah seperti biasa, jika penderitanya semakin bertambah setiap hari.” Hanya waktu yang akan membuktikannya.

Selang beberapa hari ada keputusan yang mengharuskanku belajar di rumah. Segala aktivitas pembelajaran melalui metode virtual. Tanpa tatap muka, tanpa datang ke sekolah, dan tanpa guru serta teman di sampingku. Aneh memang, sebuah hal baru bagiku semua serba virtual.

Aku membayangkan bahwa belajar daring itu seperti di film “Startrek” dimana segala teknologi dipakai untuk berkomunikasi. “Wih canggih!”

Hari yang ku tunggu akhirnya pun tiba belajar daring perdana, ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Segala sesuatunya dilakukan secara mandiri dengan instruksi guru yang terkadang masih kurang jelas untukku. Aku harus mengunduh aplikasi baru seperti Zoom, Google classroom, Canva, hingga WPS. Aku terkaget-kaget dengan begitu banyaknya aplikasi yang harus aku pelajari. Belum lagi materi pembelajaran yang harus aku pelajari melalui aplikasi tersebut. Serasa penuh kepala ini, tapi apa boleh buat walaupun berat harus aku jalani.

Sedikit demi sedikit aku mulai mencari cara agar aku dapat memahami aplikasi tersebut. Ketika aku mendapatkan sebuah kendala dalam penggunaan aplikasi tersebut aku berhenti, kemudian aku alihkan perhatianku dengan hal-hal yang menghibur, seperti melihat media sosial atau berbincang sejenak dengan teman-temanku melalui whatsapp. Tanpa sengaja hal-hal yang menjadi kendala diperbincangkan oleh teman-temanku juga, lalu kita bersama-sama mencari tahu solusinya. Ini merupakan pengalaman yang berharga bagiku. Dari sekian aplikasi yang paling membuatku terkesan adalah video editor.

Untuk pertama kalinya aku membuat sebuah video dari nol. Konsep, cara pengambilan gambar, pengaturan cahaya, tata letak gambar, hingga tulisan semua hal tersebut kulakukan sendiri. Tugas pertamaku membuat video aku lakukan dengan susah payah, berkali-kali aku mengambil gambar adegan karena aku ingin menghasilkan video yang sempurna. Sangat melelahkan sekali tapi hati merasa senang karena semua usaha yang aku lakukan membuahkan hasil yang menurutku memuaskan.

Setelah sekian lama belajar daring ternyata terasa bosan juga. Iseng-iseng aku menonton aplikasi Youtube. Disitu banyak hal baru yang aku temukan. Dari mulai keluhan yang sama seperti diriku sampai tingkah laku kreatif orang-orang ketika belajar daring. Hal ini menginspirasiku untuk mencoba mengunggah video yang sudah ku buat. Aku butuh kurang lebih satu minggu untuk mengunggah video tersebut. Setelah berhasil tersimpan di kanal Youtube aku merasa bahagia, terlebih ketika dari hari ke hari penonton videoku semakin bertambah. “Ternyata lumayan juga yaa penontonku”, gumamku dalam hati.

Pengalaman belajar daring ini membuatku semakin tahu akan banyak hal tetapi tetap saja ada yang kurang. Sentuhan manusia terutama guru dan teman-teman tidak dapat aku rasakan. Aku berharap secepatnya bisa belajar tatap muka sehingga dapat belajar seperti sedia kala yang menyenangkan.

Penulis:

Namaku Agna Malika, saat ini aku duduk dikelas 9 SMP Islam Kreatif Muhammadiyah Cianjur. Aku lahir 14 tahun yang lalu di kota Cianjur, tepatnya tanggal 29 Mei 2006. Alamat emailku adalah **(censored)**

Aku bisa dihubungi setiap hari pada pukul 08.00-16.00 WIB dinomor **(censored)**

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post