Bintang (Adinda Najmi Alfulaila Arr

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Asta Jaka Tarub Larangan

Legenda Jaka Tarub di Larangan Pamekasan

Oleh : Adinda Najmi Alfulaila Arrosyida

SDN Kapedi 1 Kecamatan Bluto

Di sebuah desa kecil di Talang Siring kecamatan larangan Pamekasan tinggallah seorang nenek yang bernama Mbok Rondo. Dia hidup sebatang kara tanpa siapa pun yang menemaninya.

Mbok Rondo dikenal sangat miskin di daerahnya, pekerjaan sehari-harinya adalah bertani dan mencari kayu bakar untuk dijual.

Bok Rondo merasa kesepian, dia ingin sekali memiliki anak. Setiap saat dia selalu berdoa kepada Tuhan untuk memberinya anak.

“Ya Tuhanku, selama ini saya merasa sendirian di sini. Berikanlah saya seorang anak yang akan menemani saya di hari tua ini.”

Begitulah doa Buk Rondo setiap kali dia merasa kesepian. Spasi suatu hari, doanya terkabul. Dia mengangkat seorang bayi laki-laki yang ganteng. Bayi mungil itu diberinya nama Jaka Tarub.

Sejak saat itu, Buk Rondo merasa sangat bahagia. Setiap hari dia merawat bayi Jaka Tarub dengan baik. Memberinya minum dan makan dengan penuh gembira.

Kini Jaka Tarub sudah beranjak remaja. Dia tumbuh sebagai anak yang berbakti kepada Buk Rondo. Membantunya setiap kali Buk Rondo pergi mencari kayu bakar dan merawat pohon pertaniannya.

Suatu hari, Buk Rondo memanggil Jaka Tarub,

“Jaka, kemarilan Nak.” Panggil Buk Rondo.

“Ya, Buk.” Jawab Jaka Tarub.

“Kesini sebentar, Nak.” Kata Buk Rondo Lagi.

“Ada apa, Buk?” tanya Jaka Tarub.

“Kamu kan sudah besar. Sudah waktunya kamu mempunyai pasangan hidup. Ibuk kan sudah tua, jika nanti ibuk meninggal, siapa yang akan menemanimu?” kata Buk Rondo.

“Tapi aku belum ingin menikah, Buk.” Jawab Jaka Tarub.

“Gak apa-apa, Nak. Nanti jika kamu sudah siap, kamu segeralah menikah.” Kata Buk Rondo.

“Baiklah, Buk.”

Beberapa hari kemudian, Buk Rondo jatuh sakit. Jaka Tarub merawat ibunya dengan baik. Dia perhatian dengan ibunya. Tidak lama dari sakitnya, kemudian Buk Rondo meninggal dunia.

Jaka Tarub sangat sedih setelah ditinggal ibunya. Dia hidup sendirian di rumah dengan malas-malasan. Dia tidak lagi merawat kebunnya.

Setiap hari kerjaan Jaka Tarub hanya diam merenung, bersedih dan bermalas-malasan. Dia tidak lagi pergi ke kebun merawat tanaman atau mencari kayu bakar. Jaka Tarub hanya makan persediaan makanan di rumahnya yang masih banyak.

Suatu hari, saat Jaka Tarub tiduran di rumahnya, dia pun terlelap. Jaka Tarub bermimpi saat tidur. Dia bermimpi menikmati daging rusa yang sangat lezat. Lalu Jaka Tarub terbangun.

Mimpinya itu membuat Jaka Tarub merasa sangat lapar. Dia sadar kalau beberapa hari sudah tidak makan apa-apa.

Jaka Tarub melihat persediaan makanan di lumbungnya, ternyata sudah habis. Tidak ada lagi yang bisa dimamasj untuk dimakan.

“Aduh, perutku terasa lapar sekali. Sementara tidak ada yang bisa dimasak lagi.” Kata Jaka Tarub.

“Hmm, setelah mimpi makan daging rusa, aku ingin sekali makan daging itu sekarang.” katanya lagi.

Jaka Tarub berniat pergi ke hutan untuk menangkap rusa. Berangkatlah dia dengan peralatan berburunya ke hutan.

Satu jam tak nampak sama sekali seekor rusa pun di hutan. Bahkan sampai beberapa jam, Jaka Tarub tidak juga menemukan binatang yang ingin diburunya saat ini.

Jaka Tarub terus berjalan ke dalam hutan. Dia melihat sebuah sendang dengan air yang sangat jernih. Jaka Tarub beristirahat sejenak di bawah pohon besar.

“sejuk sekali udara di sini.” Kata Jaka Tarub sambil duduk beristirahat.

Dia pun tertidur.

Saat tidur, angin bertiup sangat kencang. Lalu sebuah selendang terbang dan jatuh di dekatnya.

Jaka Tarub mengambil selendang itu dan mencium aromanya yang wangi.

“Wangi sekali selendang ini.” Katanya dengan menciumnya.

Lalu Jaka Tarub mendengar suara perempuan menangis di Sendang di dekatnya. Jaka Tarub menyembunyikan selendang yang ditemukannya di balik bajunya. Dia mendekati asal suara yang menangis.

Rupanya suara itu berasal dari perempuan cantik yang sedang mandi di Sendang.

“Kenapa kamu menangis?” tanya Jaka Tarub pada perempuan itu.

“Aku tidak bisa kembali lagi, karena selendangku hilang. Kakak-kakakku telah pulang meninggalkanku.” Kata perempuan itu.

“oh begitu, namamu siapa?” tanya Jaka Tarub.

“Aku Nawang Wulan, kamu siapa?”

“Aku Jaka Tarub. Kamu jangan menangis lagi.” Kata Jaka Tarub.

“Tapi aku harus tinggal di mana, aku tidak bisa pulang tanpa selendang itu.”

“Pulanglah ke rumahku. Aku punya sebuah gubuk kecil. Kamu bisa tinggal di sana.”

Lalu mereka pulang ke rumah Jaka Tarub. Mereka tinggal di sana. Lalu mereka memutuskan untuk menikah.

Jaka Tarub dan Nawang Wulan hidup dengan bahagia. Mereka kini memiliki seorang bayi perempuan cantik yang bernama Nawang Sih.

Mereka hidup berkecukupan. Entah kenapa persediaan jagung di lumbungnya tidak pernah berkurang. Inilah yang membuat Jaka Tarub heran dan penasaran.

Suatu hari, saat Nawang Wulan sedang memasak di dapurnya, dia hendak pergi sebentar. Dia memanggil Jaka Tarub untuk menjaga agar api di tungku tidak mati.

“Abang, tolong jaga ya sebentar. Tapi kamu harus janji, jangan pernah membuka tutup pancinya sampai aku datang.” Kata Nawang Wulan.

“Baiklah.” Jawab Jaka Tarub.

Berangkatlah Nawang Wulan. Saat istrinya pergi, Jaka Tarub merasa penasaran. Dia membuka tutup panci yang dibuat istrinya memasak.

Alangkah terkejutnya Jaka Tarub melihat isi di panci yang hanya sebutir jagung.

“Jadi selama ini istriku hanya memasak dengan sebiji jagung? Makanya jagung di lumbung tetap banyak.” Kata Jaka Tarub dalam hati.

Tiba-tiba Nawang Wulan datang dan melihat Jaka Tarub membuka pancinya.

“Abang sudah mengingkari janji untuk tidak membukanya.” Kata Nawang Wulan sedih dan kecewa.

“maafkan aku istriku, aku hanya heran kenapa persediaan jagung kita selalu penuh.” Jawab Jaka Tarub.

“Sekarang aku tidak punya kekuatan lagi untuk masak dengan sebiji jagung.” Kata Nawang Wulan sedih.

Sejak saat itu dia masak seperti orang lain. Tidak bisa lagi dengan hanya satu butir jagung. Akibatnya hari demi hari persediaan jagungnya semakin menipis.

Kini tinggal satu ikat lagi yang tersisa. Diambilnya sisa jagung terakhir di lumbung.

“Apa ini?” Kata Nawang Wulan saat menemukan selembar selendang di bawah tumpukan jagung.

“Abang, apa ini?” tanya Nawang Wulan dengan berurai air mata.

“I.. itu..” jawab Jaka Tarub dengan terbata.

“Rupanya selama ini Abang membohongiku. Abanglah yang menyembunyikan selendangku sehingga aku tidak bisa pulang ke khayangan.” Nawang Wulan menangis.

“Maafkan aku Nawang Wulan. Itu karena aku menyayangimu.” Kata Jaka Tarub.

“Aku memaafkanmu, tapi aku tidak bisa lagi hidup denganmu. Aku akan kembali ke kahyangan.” Jawab Nawang Wulan.

“Jangan pergi, bagaimana dengan bayi kita Nawang Sih yang masih kecil ini. Dia butuh kamu untuk menyusu.” Jaka Tarub memohon.

“Abang letakkan saja Nawang Sih tiap malam di dekat sendang itu. Aku akan datang menyusuinya.” Kata Nawang Wulan sambil memakai selendangnya kembali.

Lalu Nawang Wulan pun menghilang.

Jaka Tarub sangat sedih, akibat kebohongannya dia telah kehilangan Nawang Sari. Tetapi Nawang Sari tidak mengingkari janjinya. Tiap malam dia datang menemui bayinya di Sendang.

Itulah kisah Jaka Tarub yang sampai saat ini pemakamannya masih ramai dikunjungi peziarah. Letaknya di Talang Siring kecamatan Larangan Pamekasan. Sendang tempat mandi Nawang Wulan dikenal dengan nama desa Sendang. Ke arah timur dari Talang Siring.

Di Asta Jaka Tarub terdapat banyak pohon bambu yang membuat rindang pemakaman. Pohon bambu ini dipercaya ditanam dari tusuk sate yang tumbuh jadi rumpun bambu.Biasanya orang yang punya keinginan menuliskannya di bambu ini setelah mengaji di pemakaman.

Selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya seru dan bagus kakakk

25 Sep
Balas

Iya tp ttp bagus

28 Sep
Balas

kakak hebat kakak di mana tau

30 Sep
Balas

Terima kasih kak, aku baru belajar

27 Sep
Balas



search

New Post