NEGERI 5 MENARA
identitas buku Negeri 5 Menara:
Judul buku: Negeri 5 Menara
Pengarang: Ahmad Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2009
Jumlah halaman: 423 halaman
identitas film Negeri 5 Menara:
- Judul film: Negeri 5 Menara
- Sutradara: Affandi Abdul Rachman
- Produser: Aris Nugraha, Salman Aristo
- Penulis skenario: Salman Aristo (diadaptasi dari novel karya Ahmad Fuadi)
- Tahun rilis: 2012
- Durasi: ± 117 menit
Unsur Intrinsik:
1. Tokoh Utama
- Alif Fikri – Tokoh utama yang berjuang mewujudkan cita-citanya meski awalnya tidak sesuai keinginannya.
Tokoh Pendukung
- Randai – Sahabat Alif sejak kecil.
- Raja, Said, Atang, Dulmajid, dan Baso – Teman-teman Alif di pesantren; mereka disebut Sahibul Menara (pemilik menara).
- Amak (Ibu Alif) – Sosok ibu yang bijak dan religius, selalu memberi dorongan kepada Alif untuk menuntut ilmu.
- Ustadz Salman – Guru di pesantren yang menjadi panutan dan pemberi motivasi bagi para santri.
2. Watak Tokoh
- Alif Fikri: Cerdas, pantang menyerah, tekun, dan bersemangat tinggi.
- Amak: Sabar, bijak, penyayang, religius.
- Randai: Ceria, setia kawan, tapi kadang keras kepala.
- Ustadz Salman: Tegas, disiplin, berwibawa, dan inspiratif.
- Baso, Raja, Atang, Dulmajid, Said: Masing-masing memiliki semangat tinggi dan impian besar.
3. Latar
A. Latar Tempat*
Pondok Madani (pesantren tempat Alif belajar)
Maninjau, Sumatra Barat (kampung halaman Alif)
Lapangan dan menara di pesantren
Ruang kelas, asrama, dan masjid pesantren
B. Latar Waktu
Sekitar tahun 1980–1990-an, ketika Alif masih menempuh pendidikan di pesantren hingga dewasa.
Waktu siang dan malam sering digambarkan sesuai kegiatan santri (belajar, salat, diskusi, dll).
C. Latar Suasana
Semangat dan inspiratif saat belajar dan bermimpi.
Haru dan rindu saat Alif teringat keluarganya.
Tegang saat menghadapi ujian dan konflik batin.
Bahagia saat cita-cita mulai terwujud.
4. Alur
Alur maju.
Cerita dimulai dari kepergian Alif ke pesantren Pondok Madani, perjuangannya menyesuaikan diri, proses belajar bersama sahabatnya, hingga mereka bertekad menggapai mimpi besar — sesuai semboyan “Man jadda wajada” (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil).
5. Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama (“aku”) – Diceritakan dari perspektif Alif Fikri, sehingga penonton melihat peristiwa dari sudut pandangnya.
6. Konflik
Konflik batin Alif yang awalnya tidak mau masuk pesantren karena ingin sekolah umum.
Konflik adaptasi saat Alif mulai belajar hidup di lingkungan baru yang disiplin.
Konflik perjuangan untuk mencapai cita-cita di tengah keterbatasan dan kerinduan terhadap keluarga.
7. Amanat
Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu karena usaha tidak akan mengkhianati hasil (Man jadda wajada).
Jangan pernah menyerah dalam meraih impian meskipun banyak rintangan.
Pendidikan dan doa orang tua sangat berperan penting dalam kesuksesan seseorang.
Persahabatan yang tulus dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi kehidupan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan

Komentar